13

60 8 0
                                    

Arkan tengah asyik memandangi Naira, entah sejak kapan gadis ini tidur memeluknya. Sebenarnya ia ingin beranjak, namun takut Naira terganggu dengan pergerakannya.

Kemudian Arkan mulai tegang saat Naira menggeliat. Ia berpura-pura menutup matanya kembali. Lalu tiba-tiba ia merasa Naira meraba dan mengelus-elus dadanya, sentuhannya terus turun kebawah.

Naira masih enggan membuka matanya, rasanya masih nyaman dalam posisi ini. Namun rasanya ada yang aneh dengam gulingnya ini tersa bidang? Ia pun meraba dan mengelus terus menyusuri kebagian bawah, kesadarannya masih belum terkumpul sampai akhirnya.

"STOP NAI!!!" Teriak Arkan, sontak Naira membuka mata
"Jangan dilanjut! Kalo sampe itu bangun kamu harus tanggung jawab." Sambung Arkan sambil mengarahkan pandangannya ke tangan Naira yang masih menyentuh perut bagian bawah bahkan nyaris ke bagian inti.

Naira mengikuti arah pandang Arkan, maksudnya itu apa yang bangun? Naira segera menyingkirkan tangannya saat ia melihat apa yang sedang ia sentuh itu.

"M-maaf!! aku g-gak sengaja a-aku kira guling." Entah karna malu atau apa Naira bicara dengan tergagap
Arkan tak menjawabnya. Ia bangkit bergegas ke kamar mandi.

"Astagfirullah memalukan sekali apa-apaan aku ini." Gumam Naira sambil menepuk-nepuk kepalanya. Rasanya begitu memalukan, namun mohon sodara-sodara maklumi ya keadaan bangun tidur belum sepenuhnya sadar ya.wkwk

Oh iya Naira baru tersadar ia bangun kesiangan kini. Lihat saja mentari pun sudah bersinar terang. Ah gara-gara semalam sulit tidur.  Baru juga hari pertama udah kesiangan aja. Apa kata mertuaku ya?

Sambil menunggu Arkan Naira membereskan dulu kamar tidurnya. Setelah semua beres Arkan masih juga belum keluar dari kamar mandi. Aneh mandi saja lama sekali. Kemudian Naira pun memilih menyiapkan baju untuk Arkan kerja hari ini.

Akhirnya Arkan pun keluar juga cepat-cepat Naira masuk ke kamar mandi dengan menunduk. Ia belum berani menatap Arkan lagi.

Arkan melihat sudah tersedia kemeja, celana bahan, jas, hingga dasi untuknya. Tanpa sadar ia pun mengguratkan senyuman. Karna baru kali ini ada yang menyiapkan pakaian kerjanya dan rasanya baru terasa kini ia memang benar-benar telah beristri. Hah aneh memang 10 tahun menikah tapi rasanya seperti pengantin baru menurutnya. Meskipun sadar telah menikah tapi bertahun-tahun hidup sendiri kayak jomblo ngenes dan kesepian membuatnya merasa seperti bujangan. Kadang mau cari yang lain eh tapi hatinya udah ada yang punya, sah lagi.

Sabar. Kalimat penguat untuk dirinya selama ini. Kadang ia merasa kesal, Naira pasti tak tahu rasanya menanti dan berharap sesuatu yang tak pasti itu begitu melelahkan.

***

Arkan menatap heran Naira yang terlihat begiti cemas.

"Udah siap Nai? Ayo turun dari tadi udah dipanggil buat sarapan"
"Hmm eh udah."
"Kenapa si?"
"Gapapa, yu."

Arkan berjalan terlebih dahulu, saat ia menengok Naira masih berdiri ragu di depan pintu. Entah apa yang membuat langkanhnya berat

"Nai" panggil Arkan
"Cepetan ih" sambungnya lagi
"B-bentar aku malu Arkan."
Arkan menghampiri Naira lagi
"Malu kenapa?" Tanyanya
"Aku kan bangun kesiangan. Masa jam segini baru turun. Tadi pagi gak bantuin apa-apa."
"Ya allah gapapa kali Nai, mama juga gabakal marah. Lagian Kak Putri juga semenjak disini gapernah bantuin keejaan rumah. Kamu tenang aja. Ayoo"
Arkan berjalan merangkul pinggang Naira.

Saat tiba dekat meja makan, Naira sedikit menggidikan bahunya agar Arkan melepas rangkulannya. Karna tak enak jiga dilihat yang lain nanti

"Aduh pengantin lama baru barengan, pagi-pagi udah rangkulan aja" kata Abraham

Arkan menanggapi cuek kakaknya. Karna memang Arkan itu terkenal cuek dan cool bagi orang-orang yang menengenalnya. Namun tidak dihadapan Naira. Entahlah kenapa begitu.

"Lah masih aja cuek gitu" kata Abraham
"Eh tapi wajah kamu berseri-seri sih Kan. Dikasih jatah pagi ya? Wkwk auranya keluar gitu." Sambung Abraham. Semua pun tertawa renyah. Kecuali Naira. Ia hanya tersenyum-senyum malu.

"Paan si Bang!" Sungut Arkan
"Sudah-sudah kalian cepet makan" titah bu Fuji pada Arkan dan Naira
"Dari tadi dipanggil baru turun sekarang, jadi kita sarapan duluan gapapa ya."

"Eh ia ma gapapa, maaf tadi Nai nungguin Mas Arkan mandinya lama banget."

'Aku mandi lama juga gara-gara kamu Nai' Batin Arkan

"Kok jadi nyalahin aku Nai, bukannya kamu yang gak mau bangun tadi?" Arkan coba membela diri

"Ekhem.. ekhem.. tuh kan, sut lah de masalah kamar jangan dibahas umum gini.wkwk" goda sang Abang kembali.

***

Yang lain telah meninggalkan meja makan melanjutkan kegiatan mereka. Tinggal Arkan dan Naira yang menikmati makanan mereka dalam hening. Setelah selesai Arkan pun pamit berangkat. Dan Naira hendak membereskan bekas makan mereka.

"Eh non gapapa biar bibi aja" kata Bi Mina asisten rumah tangga disini
"Gak papa bi, biar Nai bantuin"

Meskipun tak enak Bi Mina pun membiarkan Naira membantunya.

***

"Naira" sapa kak Putri
"Eh iya kak?"
"Kamu punya rencana gak hari ini?"
"Enggak kok kak, emang kenapa?"
"Kita jalan-jalan yuk, sekalian kamu biar tau daerah sini"
"Emm ayoo kak"
"Oke deh sekarang kamu siap-siap dulu. Kalo udah siap panggil aku."

***

"Ma, kita mau keluar dulu ya" pamit kak Putri
"Kalian mau kemana?"
"Ini aku mau anter Naira katanya dia pengen jalan-jalan."

Naira mengernyit bingung, kok jadi dia? Bukannya kak Putri yang mengajaknya?

"Oh gitu, yaudah kalian hati-hati pulangnya jangan kelamaan. Apalagi kamu Put kan lagi hamil besar kemarin juga seharian kamu jalan."
"Iya ma." Kata kak Putri

Mendengar ucapan bu Fuji tadi Naira sesikit tak enak hati karna alasan Kak Fuji jadi seolah Naira yang merepotkan. Seharusnya kak Putri banyak istirahatkan kalo dari kemarin sudah jalan-jalan terus.

Ah tapi sudahlah mungkin dia punya alasannya.

Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Naira yang belum akrab dan baru mengenal kak Putri merasa canggung meskipun terlihat sikap kak Putri cukup humble dan wellcome terhadapnya.

Mobil pun terhenti di sebuah parkiran mall cukup besar. Lagi-lagi ia merasa asing karna jujur tak terbiasa di tempat seperti ini, memang dikampungnya tak ada tempat sepeeti ini. Tapi Naira juga tak sekampungan itu. Ia hanya tak suka tempat ramai begini.

Dan lagi tak bisa dipungkiri dari penampilannya dan kak Putri yang sangat jauh berbeda membuatnya sedikit malu. Penampilannya sederhana. Tapi kak Putri meskipun stylenya sederhana juga namun terlihat begitu berkelas.

***

To be continue..










Hallo!!! Adakah yang merindu Arkan dan Naira? Berapa lama nih gak up.hehe bukan karna sibuk atau apalah tapi aku ini memang pemalas mungkin.wkwk banyak waktu luang tapi tetep gak sempet buat nulis.hadeuh.

Ceritanya biasa-biasa aja ya, tapi semoga ada yang suka😁

Kalo banyak typo mohon maklumi yaa






Garut, 31 Maret 2020
Love💕

Elisa Fauziah

Forgotten HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang