2

176 11 1
                                    

Perkebunan teh terhampar luas menyejukan pandanganku. Ya kami telah tiba di perkebuan yang kami tuju, perkebunan yang mungkin perkebunan terluas di desaku ini adalah milik pak Gumilar sahabat bapakku, sedari dulu memang perkebunan ini dikelola oleh bapakku. Karna Pak Gumilar tidak tinggal disini, jadi sebagai sahabatnya pak gumilar mempercai bapakku untuk membantunya mengurusnya disini.

"Bapak mau ngecek  ke sebelah sana dulu, kamu mau ikut atau mau kemana?"
"Engga ah Pak aku mau jalan-jalan aja"
"Heuuu bapak kira ikut kesini teh mau bantuin Bapak, taunya mau jalan-jalan aja."
"Hehe ya iyakan pak aku bosen di rumah pengen jalan-jalan butuh hiburan"
"Yasudah sana"
"Eh tapi nanti pulangnya tungguin ya pak"
"Iya."

                               ***

Padahal udara dirumah ku pun terasa sejuk, tapi disini jauh lebih menyegarkan mungkin karna letak geografisnya lebih tinggi lagi. Pemandangan hijau terhampar luas memanjakan penglihatanku. Aku sangat menyukai pemandangan seperti ini di ketinggian menikmati nuansa alam yang asri sungguh asyik. Walaupun aku lahir dan besar di Desa  yang terletak dengan banyak pengunungan ini, aku tak pernah bosan menikmati kehijauan ini bisa dibilang aku ini orang gunung yang suka gunung.

Saat sedang asyik berjalan terdengar suara orang memanggilku "Naira!" Sontak aku menoleh ke sumber suara, aku tersenyum kepadanya "Eh Bagas." Sapaku padanya
"Mau kemana Nai?" Tanyanya
"Mmm gak kemana-mana cuman mau jalan-jalan aja."
"Oh gitu, aku temenin yaa." Tawarnya padaku
"Emang kamu gak sibuk?"
"Yaa sebenarnya sibuk sih." Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yg aku yakin tak gatal
"Eh ya gak usah atu kalo lagi sibuk mah, aku sendiri aja takut ngerepotin."
"Iya maksudnya aku cuman sibuk mikirin kamu aja Nai.haha" Balasnya kemudian tertawa
"Haha apaan sih Gas geli ih."
Ya aku dan Bagas memang sudah berteman dari dulu, dan dia? Begitulah sering memberikan gombalan-gombalan aneh menurutku.
"Geli-geli tapi suka kan?" Ucapnya dengan nada menggoda.
Aku hanya memutar bola mataku, malas dengan ke PD-an nya.
"Yaudah hayu atu." Ajaknya kemudian

Sepanjang perjalanan kami tak henti mengobrol dan bersenda gurau, saat memandang tawa lepasnya aku sedikit terkesima, ada hal yang baru kusadari ternyata wajah temanku ini cukup tampan. Haha atau mungkin dari dulu juga tampan? Karna saat sekolah dulu Bagas ini cukup terkenal dan banyak juga yang menyukainya. Tapi setahuku dia tak pernah punya pacar, entah wanita seperti apa yang dia sukai.

Berbicara tengtangku dan Bagas, seperti yang ku bilang tadi aku dengan nya berteman baik. Kami cukup dekat sejak dulu dan mungkin karna kami sering pergi-pergi berdua, jadi banyak warga desa mengira bahwa kami pacaran. Tapi entah mengapa Bapak dan Ibuku tak menyukai kedekatanku dengan Bagas. Padahal aku senang berteman dengannya, dia selalu ada untukku di segala situasi, dia juga memperhatikanku dengan baik. Entah karna terbiasa atau apa bersamanya aku nyaman. Tapi jika kalian menganggap ini adalah perasaan sukaku terhadap Bagas, aku tak yakin itu saat aku berfikir baiklah tak apa jika aku menyukainya, selalu ada hal yang mengganjal dalam hatiku entah hal apa itu membuatku menjadi ragu pada perasaanku. Aku merasa hatiku ini telah ada yang memiliki.haha aneh bukan? Padahal aku saja belum pernah pacaran dan belum pernah jatuh hati pada siapa pun. Jangan tanya alasannya, karna seperti yang ku bilang bapak dan ibuku sperti melarang aku dekat dengan lawan jenis. Padahal gadis-gadis di desaku memiliki adat menikah muda, bahkan sangat muda dan yaa di umur yang belia. Untung saja aku tidak demikian.

                                     ***
"Udah sampe tuh sana masuk." Kami berdiri di depan pagar rumah ku
"Eh iya, mau mampir dulu?"
"Gak sekarang ah, belum berani sendiri." Jawab Bagas sembari menyengir.

Memang dulu Bagas pernah kena semprot ibuku karna kami pulang terlalu malam, waktu itu aku dan Bagas pergi ke pasar malam yang ada di Desa sebelah. Saat berada disana, aku terlalu asyik bermain-main sampai lupa waktu dan malam semakin larut. Saat mengantarku pulang sampai rumah Bagas Terkena makian Ibuku yang panjangnya melebihi kereta api, dan Bapakku hanya melempar tatapan tajam kepada Bagas. Setelah hari itu aku semakin dilarang bertemu Bagas, dan Bagas pun tak berani lagi datang ke rumahku. Mengingat kejadian itu aku masih tak enak hati pada Bagas.

"Dih gak berani sendiri? Emang rumahku angker." Ucapku merespon jawaban Bagas tadi
"Bukan gitu maksudnya Nai."
"Ya terus?"
"Nanti deh aku mampirnya sama orang tua dan keluargaku buat sekalian lamar kamu." Ucap Bagas seraya mengangkat sebelah alisnya
"Hahaha kamu kecapean ya Gas abis jalan-jalan tadi? Ngaco gitu ngomongnya."
"Aku serius lho Nai. Tapi tungguin aku sukses dulu ya. Biar bisa bahagiain kamu sama orang tua kita." Ucap Bagas dengan nada tiba-tiba serius sambil mengusap lembut puncak kepalaku .

Sepersekian detik aku terangah dengan ucapan dan tindakan Bagas tadi, saat aku mengerjapkan mataku Bagas sudah belari menjauh dan berteriak "Dah Nai, jangan lupa besok jadi yaa"
Melihatnya lagi-lagi aku tersenyum "Dasar kenapa dengan orang itu?"

                                       ***

Aku memasuki rumah sambil mengucap salam. Ibu tengah menonton tv bertanya padaku "Pulang bareng Bapak Nai?"
"Astagfirullah iya Bapak, aduh Nai lupa bu."
"Kenapa?"
"Tadi Nai minta bapak nungguin biar pulang bareng."
"Lah sekarang kok kamu pulang sendiri?" Tanya ibu
"Iya, Nai lupa tadi abis jalan-jalan males balik ke kebun lagi jadi langsung kesini."
"Hilih kamu gimana sih, yasudah gapapa Bapak mu nanti juga pulang."

                                     ***

To be continue..








Maaf jika banyak typo nya dan terimakasih sudah membaca😊

Jika berkenan voment yaa!!!

Garut, 17 Februari 2020
Love💕

Elisa Fauziah

Forgotten HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang