10. Tali Takdir (2)

497 82 5
                                    

Di tengah kepanikan yang terjadi, Eisa malah merasakan kekosongan. Semua orang sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing, tetapi Eisa sendiri malah memikirkan asal suara peluru itu. Matanya mengamati satu persatu orang yang ada di ruang ini. Sembari menarik dan mengeluarkan napas panjang.

"Semua tamu undangan diperiksa terlebih dahulu, sebelum memasuki ruangan ini. Sudah pasti pelakunya adalah kerabat Juan. Aku lupa, ada banyak orang yang dulu pernah berusaha menghabisi Juan," gerutu Eisa.

Eisa tak mempedulikan suaminya yang lebih memfokuskan diri untuk menyelamatkan mantan kekasihnya. Wanita itu diam-diam mengamati tempat pernikahannya, meskipun ayah dan ibu mertuanya memanggil-manggil Eisa untuk segera pergi dari tempat ini.

Sebelum melangkah keluar, Eisa diam-diam berjalan ke arah tempat buah-buahan berada. Eisa yakin, arah peluru berasal dari tempat para pelayan berada. Namun, ketika Eisa ingin memastikan pelakunya, tiba-tiba seorang pelayan melingkarkan tangannya pada leher Eisa. Pelayan pria itu menarik leher Eisa ke belakang, kemudian menjulurkan pisau ke depan leher Eisa.

"Berhenti! Kalian jangan berani menangkapku, atau pun mendekat sedikit saja! Jika kalian berani melakukannya, pengantin kalian akan m*ti mengenaskan hari ini juga!" gertak pria itu.

Para pengawal terkejut, melihat Eisa dijadikan sandera pria berpakaian pelayan. Apalagi ibu Juan, yang berteriak-teriak panik di hadapan para tamu undangan yang sedang melarikan diri. Mereka semua takut, benda tajam di depan leher Eisa menggores kulit Eisa sedikit saja. Namun, orang yang disandera malah tampak santai, dengan mata runcing menatap tajam ke depan.

"Apa maumu sebenarnya?! Datang-datang mengacaukan acara pernikahan putraku, dan sekarang malah mencoba menghabisi menantuku! Apa yang sebenarnya kau mau?!" teriak Ibunya Juan panik.

Orang yang mengarahkan pisau ke leher Eisa meneguk ludahnya sendiri. Dia berkata, "Keluarga kalian sudah merampas hak orang-orang tak mampu! Bisa-bisanya kalian mengadakan acara pernikahan dengan penuh kebahagiaan, di bawah penderitaan kami! Kami ingin pertanggung jawaban kalian! Serahkan dokumen tanah proyek baru kalian, jika tak ingin melihat menantumu m*ti mengenaskan!"

"Apa maksudmu merampas? Kami sudah meminta izin, dan memberikan uang kepada kalian semua, sesuai dengan perjanjian!" teriak ayahnya Juan.

"Pembohong! Kami tak mendapatkan uang sedikit pun!" teriak orang itu.

"Kami sudah menyerahkannya pada pihak pengurus bangunan dan lahan, jika uang itu tak sampai kepada kalian, harusnya kalian menagig orang itu, bukan malah membuat kekacauan seperti ini! Kalian bisa saja kami laporkan!" teriak Ayahnya Juan.

Eisa terdiam mengamati pisau bergetar di depan lehernya. Hanya dalam melihat gerak-gerik orang di bekakangnya, Eisa tahu jika orang itu tak berbakat melakukan penculikan. Dia orang suruhan yang dipaksa untuk melakukan hal ini.

Sejujurnya, melepaskan diri dari orang yang ketakutan seperti ini bukan hal yang sulit bagi Eisa. Eisa bisa saja menyiku perut, atau memberi pukulan untuk melepaskan diri. Namun, Eisa masih penasaran dengan konflik yang terjadi antara si penyusup dan ayahnya Juan.

"Hmm, sepertinya bukan orang ini yang tadi menembak. Lalu sia---" Eisa memelototkan mata, melihat seorang pengawal yang bersembunyi di balik tembok. Pria itu memposisikan pistolnya ke arah ayah Juan, hingga akhirnya Eisa tak memiliki pilihan lain, selain menyiku perut orang di belakangnya, kemudian merampas pisau di tangannya.

Hanya dalam hitungan detik saja, Eisa berpura-pura panik dan melempar pisau di tangannya tepat ke arah orang yang memposisikan pistolnya pada sang ayah mertua. Orang itu terkejut, dan pistolnya bergetar hingga akhirnya peluru kembali salah sasaran mengenai balon-balon di dinding.

Asal suara itu bisa dilihat jelas oleh para pengawal, hingga akhirnya keberadaan orang yang bersembunyi itu ditemukan juga. Mereka semua menangkap para penyusup, kemudian memastikan keamanan Eisa dengan kening mengernyit. Begitu pula dengan ibunya Juan yang mendekati Eisa, dengan panik.

"Menantuku!"

••• 

••• 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang