BAB XVIII : The Real Traitor

84 16 0
                                    

Siapa yang mau berteman dengan gadis jelek dan culun seperti Chika Almira? Sedari kecil, hidupnya selalu penuh dengan masalah. Ayah dan Ibunya tidak pernah harmonis dan selalu saja bertengkar. Bahkan mereka tidak mempedulikan Chika yang saat itu masih berusia 10 tahun. Mental Chika di rusak untuk pertama kalinya oleh kedua orang tuanya sendiri.

Chika kecil masuk ke rumah setelah pulang dari sekolah. Seperti biasanya, Chika di jemput oleh sopir pribadi keluarganya. Dengan memegang beberapa lembar kertas ujian, Chika dengan semangat ingin menunjukkan hasil ujiannya kepada sang ibu. Ia membuka pintu kamar ibunya dan melihat sesuatu yang tidak pantas untuk anak kecil lihat. Ibunya tengah bersetubuh dengan pria yang jelas jelas bukan Ayahnya.

Dengan rasa kecewa yang mendalam, Chika akhirnya menutup pintu kamar tersebut. Dia melangkahkan kakinya pergi dengan air mata yang membasahi pipinya. Kenapa Tuhan memberikannya keluarga yang seperti ini? Ia merasa iri kepada teman - temannya yang selalu mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya.

Ayahnya yang suka kasar dan ibunya yang tukang selingkuh, Chika akan semakin gila jika hidup terus menerus bersama dengan mereka. Chika ingin sekali melarikan diri dari rumah. Tapi ia bisa apa? Ia hanya anak kecil berusia 10 tahun.

"Nona Chika?"

Chika berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat kepalanya. Di depannya sudah ada Bu Martha, pembantu sekaligus pengasuhnya. Selama ini, Bu Martha lah yang sudah mengurusnya sedari kecil. Bahkan Chika lebih menganggap Bu Martha sebagai orang tuanya dibandingkan dengan orang tua kandungnya sendiri.

"Nona Chika kenapa menangis?"

"Kenapa hidupku begini? Kenapa aku terlahir di keluarga seperti ini..." Lirih Chika.

"Non..."

"Aku capek, Bu! Aku capek lihat Mama sama Papa! Aku mau mati!" Kata Chika perlahan mulai histeris.

"Non... Jangan bilang seperti itu. Nona Chika masih punya Bu Martha..." Dengan sekali dekap, Bu Martha memeluk erat Chika.

"Biarkan saja Bapak sama Ibu bertingkah seperti itu. Nona Chika harus membuktikan jika Nona Chika akan menjadi sukses ke depannya." Kata Bu Martha lagi.

"Aku capek...." Hanya itu yang bisa Chika ucapkan. Setelahnya, hanya terdengar suara tangisan pilu dari seorang Chika Almira.

***

"Apa ini!? Kamu gagal masuk sekolah negeri!?"

Chika hanya menunduk setelah mendengar kemarahan dari sang ayah. Ia memang sudah menduga akan gagal masuk SMP Negeri setelah melalui tes akademik. Malam sebelum tes di mulai, ia sama sekali tidak bisa belajar setelah mendengar pertengkaran hebat antara kedua orang tuanya. Jangankan untuk belajar, untuk tidur nyenyak saja Chika harus meminum obat tidur.

Dan hari ini, setelah hasil dari pertengkaran hebat itu keluar, mereka berdua malah menyalahkan Chika. Tidak kah mereka pernah berkaca dari diri mereka sendiri? Bisa - bisanya mereka menekan seorang anak kecil seperti Chika.

"Dasar anak tidak berguna! Sia - sia aku menyekolahkan mu selama 6 tahun jika hasilnya seperti ini!" Bentak sang ayah.

"Memalukan! Dari kecil saja sudah membuat malu, apalagi saat besar nanti! Aku menyesal telah melahirkan mu!" Kata sang ibu.

"Memangnya aku pernah meminta untuk dilahirkan di keluarga seperti ini!? MEMANGNYA AKU PERNAH MEMINTA DILAHIRKAN DARI RAHIM MU!?" Sahut Chika dengan kemarahannya yang memuncak.

"Kurang ajar!" Desis sang ibu.

PLAK!

Tamparan keras dari sang ibu membuat sudut bibir Chika berdarah. Saat ini air matanya sudah kering tidak berbekas. Dengan tatapan tajam, Chika berkata dengan kata - kata yang menusuk.

TRUE FAMILY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang