BAB X : Kita Punya Tuhan

76 21 0
                                    








Kali ini giliran Felix yang bertugas untuk menjaga Citra di rumah sakit. Sudah lewat tiga hari, namun Citra belum kunjung sadar. Felix berusaha untuk berpikir positif dan meyakinkan diri jika ini baru tiga hari dari perkiraan dokter.

Felix membawa baskom berisi air hangat serta handuk kecil. Ia berniat untuk membasuh tubuh Citra, mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Felix melakukannya dengan hati - hati supaya tidak menyenggol alat - alat medis pada tubuh saudara kembarnya itu.

Tanpa Felix sendiri sadari, air mata jatuh di ujung matanya. Entah kenapa, ia merasa emosional saat melakukan ini. Seharusnya ia tidak berpikir seperti ini, tapi bagaimana jika Tuhan lebih menyayangi Citra? Bagaimana jika Citra pergi lebih dulu?

Demi Tuhan, Felix tidak akan pernah bisa memaafkan Nabilla dan Julia. Mereka akan dihukum dengan setimpal atas perbuatan mereka. Felix tahu, hukum di negara ini sangatlah miris. Bahkan untuk seorang koruptor yang merugikan banyak orang, hanya dihukum 2 tahun penjara. Itu juga terpotong remisi karena kelakuan baiknya selama di penjara.

Tapi Felix tidak akan membiarkan itu terjadi. Kejahatan adalah kejahatan, tidak ada namanya kebaikan dalam kejahatan. Jika sampai pihak pengadilan ataupun kepolisian berbuat curang kepada kasus ini, Felix bersumpah akan melaknat mereka semua. Kembarannya yang sedang terbaring tak berdaya ini, pantas mendapatkan keadilan.

Felix mulai membasuh jemari Citra dan tidak membiarkan ada satupun noda yang boleh hinggap disana. Dengan hati - hati, Felix juga membasuh tangan Citra yang penuh lebam.

"Cepat sembuh citra..." Bisik Felix sebelum akhirnya mengecup puncak kepala Citra.

Felix menaruh baskom dan sapu tangan tadi kedalam kamar mandi. Felix keluar setelah mendengar suara pintu terbuka. Ia mendapati sang papa yang berdiri di ambang pintu.

"Papa kenapa nangis!?" Kata Felix berjalan menghampiri papanya.

"Kasus Citra dihentikan. Pelakunya telah bebas." Kata Papa disela tangisnya.

"Apa....?" Gumam Felix pelan.

"Kita tidak bisa membawa kasusnya ke pengadilan karena salinan bukti rekaman CCTV nya hilang." Kata Papa.

"Kan bisa di ambil di sekolah lagi??? Tanya Felix.

"Rekaman CCTV di sekolah di hapus oleh orang tidak bertanggung jawab. Kita tidak bisa berbuat apa - apa lagi." Kata Papa.

"Aku punya salinan rekamannya! Aku punya, pa!" Kata Felix.

"Kamu....dapat dari mana nak?" Tanya Papa.

"Papa gak perlu tahu. Intinya aku punya salinan itu di flashdisk aku." Kata Felix.

Felix mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah flashdisk yang isinya salinan rekaman CCTV. "Didalam ini, ada semua bukti kejahatan Julia, Nabilla dan satu orang pelaku yang belum ditemukan."

Papa tersenyum dan menghapus air matanya, "Kalau begitu, kamu ke kantor polisi sekarang dan tunjukan kepada Pak Lay!"

"Iya pa!" Sahut Felix.

Felix dengan segera keluar dari rumah sakit dan menuju parkiran. Ia menaiki motor kesayangannya dan berangkat menuju kantor polisi. Yang ada dalam pikiran Felix sekarang adalah bagaimana caranya ia sampai di kantor polisi dan memberikan CCTV itu kepada Pak Lay.

"Citra akan dapat keadilan.... Citra akan dapat keadilan....." Hanya itu yang ada di pikiran Felix.

***

TRUE FAMILY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang