BAB II : TENTANG CITRA

98 19 0
                                    






Felix kembali ke rumah setelah Papa datang ke rumah sakit. Sekarang giliran Papa untuk menjaga Citra di rumah sakit. Felix masuk ke dalam rumah dan mendapati Mama tengah menghidangkan makan malam. Biasanya ada Citra yang membantu Mama menghidangkan makanan, tapi sekarang hanya Mama seorang diri di sana. Semuanya berubah drastis ketika Citra tidak ada di sekeliling mereka.

Dari kejauhan, Felix bisa melihat Mama menangis. Piring yang ada di tangannya bergetar, karena tangisannya yang teramat dalam. Di antara mereka bertiga, yang paling sedih atas insiden yang menimpa Citra adalah Mama. Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya berniat untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Felix tidak bisa membayangkan betapa sedihnya Mama ketika tahu alasan Citra bunuh diri adalah bullying.

Melihat Mama menangis, Felix juga ingin menangis. Tapi ia tidak bisa, ia harus kuat di depan kedua orang tuanya. Ia mendekat ke arah Mama dan mengusap bahu Mama supaya Mama bisa lebih tenang.

“Mama jangan nangis.. Citra pasti gak suka Mama nangis.” Kata Felix.

“Hati Mama sakit lihat keadaan Citra, Lix. Sebenarnya ada masalah apa sampai Citra niat bunuh diri?” Kata Mama di sela tangisnya. “Polisi masih usut kasus ini dan Mama yakin, ada sesuatu yang terjadi sama Citra di sekolah.”

“Kenapa Mama bisa yakin?” Tanya Felix.

“Ada bekas memar di lengan Citra. Lengan itu kayak bekas pukulan. Mama sebenarnya ragu, tapi Mama rasa Citra jadi korban bullying.” Kata Mama.

Tepat! Tebakan Mama memang benar. Insting seorang ibu tidak ada yang bisa mengalahkan. Bahkan Felix saja butuh beberapa waktu untuk menyadari jika Citra adalah korban perundungan. Felix menghapus air mata di wajah Mama dan tersenyum, “Everything will be okay, ma. Badai pasti akan segera berlalu.”

Mama mengangguk, “Semua pasti akan berlalu....”

Felix duduk dan memakan masakan yang sudah Mama siapkan. Suasana di meja makan sangat sepi, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang berpadu jadi satu. Yang makan hanya Felix, sedangkan Mama belum mau untuk makan. Tidak apa, Felix tidak akan memaksa untuk hari ini. Susah bagi seorang ibu untuk memasukkan sesuatu ke dalam tubuhnya ketika anaknya dalam kondisi tidak baik – baik saja.

Selesai makan, Felix mengajak Mama untuk tidur. Ia mengantarkan Mama hingga masuk ke dalam kamar. Felix menaikkan selimut Mama dan mengecup dahi Mama. “Good Night, Ma..”

Felix keluar dari kamar Mama dan hendak masuk ke kamarnya. Tapi saat hendak masuk, mata Felix tertuju pada kamar Citra yang tepat berada di depan kamarnya. Entah sudah berapa lama Felix tidak masuk dan bermain di dalam kamar Citra. Mungkin sekitar 4 tahun....? Tepatnya setelah mereka beranjak remaja.

Biasanya Felix akan datang ke kamar Citra dan meminta Citra untuk mengajarinya fisika. Saat SMP, Felix sangat membenci fisika. Maka dari itu ia lebih memilih masuk IPS ketimbang masuk IPA sama seperti Citra. Dengan pelan, Felix membuka knop pintu kamar Citra. Pintu terbuka dan menampakkan suasana kamar Citra yang begitu sepi.

Tatanan dan cat dindingnya masih sama seperti yang terakhir kali Felix lihat. Berwarna merah muda dan bernuansa putri kerajaan. Citra adalah gadis yang sangat feminim dan suka dengan karakter dari Disney. Bahkan Felix masih ingat ketika saat ulang tahun mereka yang ke 10 tahun, mereka merayakan ulang tahun dengan tema bernuansa Disney. Felix memakai kostum pangeran, sedangkan Citra memakai kostum Cinderella.

Felix masuk ke dalam kamar Citra dan sangat takjub betapa rapi dan wanginya kamar ini. Berbeda dengan kamarnya yang sangat berantakan. Citra sangat suka dengan kerapian, yang jelas sangat bertolak belakang dengan Felix.

TRUE FAMILY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang