8. KEINGINAN SENJA : bagian2

47 9 0
                                    

Tomi turun dari motornya, kemudian berjalan perlahan menuju Senja dan... "Argh!" Senja terkejut karena ulah Tomi.

"Tomiii!" Ucap Senja, memanyunkan bibirnya, seakan-akan ia sedang menggoda Tomi.

"Ututu, maaf ya Senja." Kata Tomi. Duduk disebelah Senja, kemudian mengelus-elus rambutnya. Layaknya anak kecil.

"Berhenti, aku bukan anak kecil lagi!" Tegasnya, memalingkan wajahnya dari Tomi.

"Menurut aku kamu seperti anak kecil, jika kamu sedang marah padaku." Ucap Tomi, jongkok di hadapan Senja.

"Hilih." Singkat Senja. Ia bangun dari duduknya, kemudian berjalan ke arah patung ulang tahun.

"Ngapain ke patung itu? Kau percaya?" Tanya Tomi.

"Ya aku percaya. Buktinya aku mendapatkan apa yang aku mau." Jawabnya, tersenyum manis ke arah Tomi

"Keinginan kamu adalah.."

"Bertemu dengan dirimu." Sambung Senja, sekali lagi tersenyum manis ke arah Tomi.

Tomi hanya mengangguk dan tidak berkata lagi. Senja berhenti didepan patung itu, kemudian menyuruh Tomi meminta keinginannya kepada patung itu, "Tomi cobalah, siapa tau saja keinginan kamu tercapai olehnya." Rayu Senja.

"Tidak terimakasih, aku tidak percaya yang begituan." Ucap Tomi.

Nampaknya Senja tidak suka dengan omongan Tomi yang tidak percaya akan terkabulnya keinginan melewati patung ulang tahun itu.

***...

"Dimana kakaknya Niki?" Tanya suster.

Devita menghampiri suster tersebut, kemudian masuk ke dalam ruangan tempat Niki di rawat.

"Jadi dia bagaimana dokter?" Tanya Devita, kegelisahan sudah merasuki dirinya.

"Dia mengalami cedera yang parah. Kau tahu bahwa leher anak sekecil Niki itu masih tahap pertumbuhan?" Tanya dokter kepada Devita

"Iya dokter saya tau, bahwa tulang anak kecil seperti Niki sedang mengalami pertumbuhan. Lalu kenapa?" Devita bertanya balik.

"Lehernya mengalami kerusakan yang parah, dikarenakan beban yang ditanggungnya." Jawab dokter

"Apa maksudnya?" Devita bertanya kembali

"Kamu bilang kepala Niki tersangkut bukan di lampu gantung?" Dokter bertanya kembali

"Iya dokter, kepalanya tersangkut di lampu gantung." Jawab Devita, berjalan perlahan menuju tempat Niki agar melihat bagaimana kondisinya.

"Jadi karena itu lehernya mengalami kerusakan yang parah." Ucap dokter, berjalan menghampiri Devita.

"Apakah harus di operasi, atau harus di bedah?!" Devita bertanya, dia tidak bisa tenang bahkan satu detik saja.

"Tenang-tenang Devita, Niki tidak perlu di operasi. Ia hanya butuh penyangga leher, itupun hanya sampai 1 tahun dibutuhkan." Ucap dokter, menenangkan Devita agar tidak terlalu panik.

"Syukurlah hanya memakai penyangga leher saja, tidak di operasi." Ujar Devita, menghela nafasnya.

Dokter meninggalkan Devita di ruangan Niki di rawat, untuk bertujuan supaya Niki lebih cepat sadar dari pingsannya. Sebelum itu suster sudah menyiapkan selimut dan bantal yang ditinggalkan di sofa, agar Devita bisa beristirahat.

Happy BirthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang