9. Mimpi Bersambung Kenyataan

48 7 2
                                    

"Senja!" Tomi terbangun dari mimpi buruk. Tomi tidak tahu kenapa mimpinya sangatlah buruk. Untuk menenangkan dirinya, Tomi menuju dapur untuk meminum sekotak susu kambing.

Lampu dapur dinyalakan, membuka kulkas, mengambil susu kambing, lalu meminumnya. Saat sedang minum, dari arah belakang Tomi, pisau dan semacamnya melayang di udara, kemudian menargetkan Tomi.

Seketika pisau dan semacamnya yang tadi melayang berubah bentuk menjadi monster. Pisau dan semacamnya membentuk sebuah tubuh yang tingginya sekitar 200 meter, membentuk mata, hidung dan tangan yang lancip.

Mengangkat tangannya, bersiap menusuk Tomi dari belakang dan tertusuk. Kotak susunya terjatuh dari pegangannya, mengeluarkan darah dari mulutnya. Tangan monster yang menusuk tepat di jantung Tomi berada. Sehingga jantung Tomi keluar dari sarangnya.

Sesosok wanita cantik berjalan mendekat. Memakai topi kerucut bertuliskan 'Tomi', memegang piring kecil, memegang garpu dan sendok.

Mencium pipi Tomi, mengambil jantungnya, kemudian memakannya dengan menambahkan krim kue diatasnya. Tidak lupa mengucapkan selamat ulang tahun kepada Tomi.

Tomi melihat sekilas kalung yang dikenakan wanita cantik tersebut. Dia tidak ingin mencurigainya, namun setelah mendengar suaranya, dia percaya bahwa dialah orangnya. Dan mata Tomi pun tertutup.

Matanya terbuka kembali. Melihat keadaan sekitar, memeriksa seluruh tubuhnya apakah dia sudah mati atau belum.

"Masih hidup, hanya mimpi itu." Menghela napas panjang. Sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Membenarkan bantal, menarik selimut, kemudian mematikan lampu, kemudian tidur kembali.

Dua jam berlalu setelah Tomi berusaha untuk tidur kembali. Keadaan kamarnya sangat sunyi, gelap dan memiliki udara yang dingin.

"Sial gue enggak bisa tidur lagi." Keluh Tomi.

Alhasil Tomi pun beranjak keluar dari kamar tidur, mungkin saja Tomi bisa tidur diluar kamar tidur.

Tomi berada di ruang tengah, duduk di kursi sofa panjang yang empuk serta hangat.

Tomi terduduk diam seperti patung, tidak berbicara, tidak bergerak bahkan matanya hampir tidak bisa berkedip akibat suhu di rumahnya begitu dingin. Padahal Tomi sudah mengatur suhunya menjadi 37°Celsius, namun masih terasa dingin.

Punggungnya terasa sakit sekali akibat terlalu tegak saat duduk. Lehernya perlahan beku, susah untuk digerakkan. Matanya juga hanya menatap pada satu arah yaitu televisi yang menyala.

Kedinginan menghantui malam Tomi, matanya memerah akibat tidak berkedip selama satu jam, nafasnya terasa sangat sesak, agaknya paru-paru Tomi membeku akibat kedinginan di ruangan tertutup.

"MMM!" 

Televisi itu berubah saluran. Tidak tahu nama salurannya, di saluran itu hanya ada seorang pria yang berada di sebuah ruangan kumuh. Di ruangan tersebut terdapat perlengkapan memburu dan juga perlengkapan untuk memutilasi orang.

Pria itu terduduk di sebuah kursi tunggal yang sepertinya berbahan besi.

Seseorang berkubah merah masuk ke dalam ruangan pria tersebut. Tomi tidak tahu apa yang ingin dia lakukan terhadap pria yang terduduk di kursi itu. Tomi hanya bisa berpikiran negatif terhadapnya.

Pria itu disiram air panas oleh orang berkubah merah itu. Pria tersebut terkejut bangun, kulitnya melepuh dan mengelupas, mengeluarkan nanah serta darah. Pria itu berteriak kesakitan, namun tidak ada suaranya. Sepertinya pita suara serta lidah pria tersebut diambil olehnya.

Happy BirthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang