Langit siang ini tampak mendung. Awan abu - abu bergumpal di atas sana. Sea yang saat ini sedang sibuk memasukkan makanannya ke dalam tempat bekal pun hanya bisa menatap langit dengan tatapan khawatir. Ia sedang memasak untuk bekal Yuma—Ibunya serta sang adik— Riki yang siang ini akan berangkat ke kampung halamannya. Besok, akan ada acara pernikahan sepupunya di sana dan Sea terpaksa tidak ikut mengingat ia sedang sibuk mengerjakan skripsinya.
Suara langkah kaki kecil yang terdengar membuat Sea menoleh, ia melihat Riki sedang berdiri di belakangnya dengan wajah cemberut. Bibir Sea tersungging melihat tingkah adiknya yang tengah merajuk, ia lalu meletakkan tempat bekal yang ia pegang ke atas meja. Sea berlutut, mensejajarkan tingginya dengan Riki.
"Kok cemberut gitu sih?" Tanya Sea sembari mengelus kepala Riki pelan.
"Kakak jahat sama Riki dan Ibu. Kenapa biarin kita berdua aja pergi? Ntar kalau Riki sama Ibu kenapa - napa di jalan gimana? Kak Sea tega?" Oceh Riki. Matanya tampak berkaca - kaca dengan bibir yang mencebik.
"Aduh jangan ngomong gitu dong, Ki." Sea memeluk tubuh Riki dan membuat lelaki kecil itu menumpahkan air matanya yang sedari tadi ia tahan. "Kamu masa gak seneng pergi berdua sama Ibu aja? Kalau ada Kakak kan pasti kamu kesel gara - gara rebutan kursi di samping jendela."
"Iya tapi kalau hari ini Kakak ikut, Riki pasti ngalah supaya Kakak bisa duduk di deket jendela," ucap Taejin yang masih menangis.
"Hari ini Riki aja yang duduk di samping jendela, oke? Kakak bener - bener gak bisa pergi. Maaf ya? Ntar Kakak kena marah guru Kakak, kamu tega?"
"Gak tega, tapi kan Riki sedih Kakak gak ikut. Kakak sendirian lagi dong di rumah?"
"Iya sendirian, tapi gak apa - apa kok, Kakak kan udah besar jadi gak takut lagi kalau sendirian." Sea menepuk - nepuk punggung Riki pelan bermaksud menenangkan adik satu - satunya itu. "Nanti kalau kamu pulang, Kakak beliin mainan yang kamu mau deh. Tapi bolehin Kakak tinggal dulu, oke?"
Riki yang masih sesenggukan mendongak ke arah Sea. "Beneran ya? Kak Sea janji?"
"Iyaa janji, sekarang Riki siap - siap dulu sana, Kakak mau beresin makanan dulu buat bekal kamu sama Ibu, oke?"
Kepala Riki mengangguk pelan, ia lalu berlari masuk ke dalam kamar, menyusul Yuma yang sedang mengemaskan barang - barang yang akan ia bawa. Sea meraih handphonenya dan mengetikkan nama Joshua untuk menelepon pria itu. Rencananya hari ini ia akan mengajak Joshua makan di restoran atau lebih tepatnya tempat makan mengingat kedai itu tidak mewah dan sedikit berlebihan jika menyebutnya restoran.
Namun sudah beberapa kali Sea menelepon Joshua, hanya suara operator yang terdengar alias Joshua tidak mengangkat panggilannya. Sea menatap layar handphonenya bingung, tidak biasanya pria itu mengabaikan panggilan teleponnya sesibuk apapun ia.
"Se, Makanannya udah siap?" Tanya Yuma yang tiba - tiba saja sudah berdiri di samping meja makan.
"Eh? Udah, Bu. Tinggal dibawa aja." Jawab Sea. "Ibu jam berapa mau Sea antar?"
"Sebentar lagi juga boleh kalau kamu bisa. Hari ini kamu gak kerja atau ke kampus emangnya?" Tanya Yuma lagi.
Sea hanya menggeleng sebagai jawaban. Ia sebenarnya izin dengan Jenna hari ini namun ia memilih untuk tidak memberitahukan hal tersebut pada Yuma karena ia tau pasti Ibunya itu akan menyuruh Sea untuk bekerja dibanding mengantarkannya ke stasiun kereta.
"Yaudah kalau gitu kamu masukkin aja ke tas makanannya. Trus kamu pesenin taksi ya buat kesana, repot kalau pakai bis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluos ✔
Romancemel·lif·lu·ous (adj) • (of a voice or words) sweet or musical; pleasant to hear. • Sea tak sengaja bertemu dengan seorang pria tampan di kafe tempat ia bekerja. Ia pikir hanya akan sekali saja bertemu dengan pria menawan yang memilki suara selembut...