Siang hari ini Sea sedang memasak dengan asiknya di dapur apartemen Joshua. Sementara Sea memasak, Joshua berolahraga di gym yang terletak di lantai dasar gedung apartemennya. Lelaki itu bilang ia sudah lama tidak melakukan olahraga karena kesibukannya di rumah sakit. Ah iya, Joshua sudah menjadi Dokter Bedah Anak sekarang setelah beberapa lama melanjutkan studinya.
Sea tersenyum kecil saat melihat foto Joshua dengan jas dokternya yang terpampang di meja buffet apartemennya. Lelaki itu sangat pintar sehingga bisa meraih gelar Dokter Bedah Anak di umur dua puluh delapan tahun.
Ketika sedang menyusun hasil masakannya di ata meja makan, Joshua tiba - tiba datang dengan kaos tak berlengan serta celana training. Rambutnya berantakan, begitu pula wajah dan badannya yang penuh dengan keringat. Sea mengerjap sejenak, walau sudah hampir dua tahun berpacaran, ia masih belum bisa mengontrol ekspresi wajahnya jika harus berhadapan dengan Joshua yang sedang dalam mode 'tidak sopan'.
"Kamu udah selesai masaknya?" Tanya Joshua sembari mengelap peluhnya dengan handuk kecil yang ia bawa.
Mendengar pertanyaan Joshua, kepala Sea hanya mengangguk pelan. Ia tidak berniat memandangi tubuh kekasihnya itu mengingat wajahnya gampang merona jika melihat tubuh kekar milik Joshua.
"Aku mandi dulu ya? Gerah," tutur Joshua yang lagi - lagi hanya dibalas anggukan dan dehaman oleh Sea. "Oh iya, abis ini aku mau ajak kamu ngomong serius— gak serius banget sih tapi ya bisa dibilang serius juga."
"Iya, Mas. Mandi aja dulu sana, ntar dingin nih makanannya." Balas Sea.
Joshua terkekeh. "Oke, Sayang." Joshua mengecup puncak kepala Sea sekilas lalu pergi begitu saja, meninggalkan Sea yang sudah ketar - ketir dibuatkannya.
Selama Joshua mandi, Sea hanya duduk di kursi meja makan sembari membalas beberapa pesan masuk dari murid maupun kliennya. Ia memiliki dua pekerjaan sekarang, yaitu guru bahasa Inggris dan juga penerjemah. Ia berhenti bekerja di kafe setelah beberapa bulan wisuda dan diterima di salah satu kursus bahasa.
Setelah kurang lebih sepuluh menit di kamar mandi, Joshua pun keluar dengan kaos oblong hitamnya serta celana jeans hitam senada. Aroma musk Joshua tercium hingga ke meja makan, mengalahkan bau masakan Sea. Joshua berjalan menuju Sea dengan tangan terentang lebar.
Sea mengernyit, "Ngapain, Mas?"
"Aku udah wangi abis mandi, peluk dulu dong. Tadi gak sempat peluk gara - gara aku udah keringetan pas mau gym." Kata Joshua. Tanpa persetujuan Sea, Joshua sudah terlebih dahulu merengkuhnya ke dalam pelukan. "Kapan ya serumah sama kamu? Kan enak kalau kangen tinggal peluk."
"Emangnya kalau serumah masih bisa kangen ya?"
"Bisa lah, apalagi kalau serumah sama kamu."
"Aku kenapa?"
"Ngangenin."
Reflek Sea melepas pelukan Joshua dan mencibir, "Ibu sama Riki aja gak pernah bilang tuh kalau mereka kangen aku."
"Gak bilang kan bukan berarti gak kangen," balas Joshua. Ia lalu duduk di kursi meja makan bersebrangan dengan Sea. "Ngomongin soal kangen, Mama sama Papa mau ketemu kamu tuh katanya."
"Hm?" Gumam Sea. "Ngapain?"
"Ya ketemu aja sayang, kok nanya ngapain. Namanya juga orang tua pengen ketemu calon menantu."
Bibir Sea mengerucut. "Mama marah gak ya misalnya nanti tanya - tanya soal nikah tapi aku bilang aku belum siap?"
"Gak bakal marah, palingan Mama cuma nanya aja kenapa belum siap. Secara kan kita udah hampir dua tahun pacaran. Tunangan juga udah, kok belum mau gitu." Jelas Joshua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluos ✔
Romancemel·lif·lu·ous (adj) • (of a voice or words) sweet or musical; pleasant to hear. • Sea tak sengaja bertemu dengan seorang pria tampan di kafe tempat ia bekerja. Ia pikir hanya akan sekali saja bertemu dengan pria menawan yang memilki suara selembut...