Sea's
Setelah berfikir dengan matang dan berdiskusi dengan Ibu, aku akhirnya memutuskan untuk mengiyakan tawaran Dokter Joshua. Ibu bilang aku kan cuma nemenin aja, lagipula Dokter Joshua udah cukup baik karena cuma minta temenin ke pesta pernikahan temannya. Kalau aku nolak dan kekeuh buat bayar, uangnya dapat dari mana? Gaji pertamaku aja belum keluar.
Ini sudah hari ketiga semenjak Riki masuk rumah sakit. Aku melangkah keluar kampus dan berniat buat naik bis ke Rumah Sakit, tapi tau - tau cowok cantik alias Arzan datang menawarkan tumpangan.
"Ayo, bareng aku aja. Kalau nunggu bis pasti lama," bujuk Arzan.
"Gapapa, Zan. Aku bisa naik bis."
"Ih, dibilangin bandel banget sih! Kalau naik motor lebih cepet tau."
Jangan heran, Arzan memang cerewet.
"Tapi—"
"Sea bareng saya aja."
Aku menoleh dan ngeliat ada Dokter Joshua di samping, "Loh? Kok Dokter disini?"
Dia senyum, "tadi ada urusan sama rektor. Kamu mau ke Rumah Sakit kan? Sama saya aja, saya juga mau kesana."
"Eh eh! Sea bareng saya, Dok."
Aku mendelik kearah Arzan, dasar tukang ganggu!
"Kamu pulang sana, Mamamu pasti nyariin. Lagian rumah sakit sama rumahmu jaraknya jauh, aku sama Dokter Joshua aja."
"Tapi—"
"Sea udah bilang gak, kenapa ngeyel?" kata Dokter Joshua yang membuat Arzan menatapnya kesal.
"Orang saya yang booking Sea duluan," sahutnya sambil menggerutu.
"Memangnya aku barang pakai di booking? Sana sana! Aku pergi dulu, kamu hati - hati dijalan."
Aku lalu ditarik Dokter Joshua menjauh dari Arzan yang udah misuh - misuh. Aku tertawa pelan, Arzan itu beda banget sama pas pertama kali aku kenal dia. Dulu dia kalem, sekarang malah cerewet banget.
"Kenapa ketawa?" celetuk Dokter Joshua.
Aku sampai lupa dia ada disini. "Gapapa, Arzan lucu." Setelahnya, aku masuk ke mobil Dokter Joshua.
"Kamu masih manggil saya pakai embel - embel 'Dokter' ya?"
Aku mengangguk, "Kenapa?"
"Kenapa gak panggil saya 'Mas' aja kaya waktu itu?" Tanyanya sambil memasang seatbelt dan menghidupkan mesin mobil. "Seatbelt kamu."
"Gapapa memangnya?" Tanyaku dengan tangan yang memasang seatbelt.
"Ya gapapa. Dulu awal - awal kamu juga manggil saya Mas kan?"
Iya sih...
"Mas kenapa tadi ke kampus?"
Dia tersenyum, tuhkan rasanya tiba tiba jadi aneh kalau aku manggil dia mas. "Saya bakalan ngisi materi di Fakultas Kedokteran nanti," Jawabnya. "Oh iya gimana judul skripsi kamu? Udah ketemu?"
Aku mengangguk sebagai jawaban. Ya memang udah ketemu dan dikasi ke Pak Meru tapi tetap aja dosen itu gak pernah gak ngomel kalau aku datang.
"Kamu jurusan Sastra Inggris kan?"
"Iya, kenapa?"
"Gak heran Bahasa Inggris kamu bagus."
Aku menoleh lalu tertawa meledek, "jadi malu di puji orang Amerika."
Dia tertawa ganteng setelahnya. Tau kan dia seganteng apa?
Setelahnya kami cuma diam sambil dengerin lagu dari radio. Dokter Joshua—maksudku Mas Joshua bersenandung pelan dengan suara yang merdu. Aku jadi ingat pas pertama kali ketemu dia di kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluos ✔
Romancemel·lif·lu·ous (adj) • (of a voice or words) sweet or musical; pleasant to hear. • Sea tak sengaja bertemu dengan seorang pria tampan di kafe tempat ia bekerja. Ia pikir hanya akan sekali saja bertemu dengan pria menawan yang memilki suara selembut...