32 ; Together

995 131 18
                                    

Hari ini Sea bangun pagi sekali karena kemarin Yuma berpesan bahwa ia memiliki banyak pesanan kue yang dimana artinya Sea— sebagai anak yang baik, harus membantunya. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan Yuma sudah heboh membangunkan Sea. Sementara yang dibangunkan hanya bisa berkata mengiyakan dan membuka matanya selebar mungkin agar tidak kembali tertidur.

Ia mengecek handphonenya yang kosong tanpa ada pesan masuk satu pun lalu mendengus. Seharusnya ia tidak mengharapkan Joshua akan mengabarinya kan? Ini seminggu lebih sejak Sea menantangnya. Jujur saja, jauh di dalam lubuk hatinya ia sebenarnya tidak tega jika harus memberi tantangan seperti itu. Ia ingin sekali memaafkan Joshua dan memperbaiki hubungan mereka seperti sedia kala. Tapi ia punya malu dan gengsi. Lagipula, kalau ia memaafkan Joshua begitu saja tanpa membuat lelaki itu berjuang, ia takut hal yang sama akan terjadi kembali. Maka dari itu sebagai hukuman dan pemberi pelajaran, Sea dengan sangat terpaksa memberikan tantangan yang entah bisa diselesaikan Joshua atau tidak.

Dengan langkah gontai, Sea keluar dari kamarnya. Ia memandangi langit yang masih gelap di luar sana dan menguap. Ia berpikir pasti melelahkan jadi Yuma yang harus bangun pagi setiap hari hanya untuk membuat kue.

"Sea bantuin apa, Bu?" Tanyanya.

"Tolong bawain bahan - bahan kuenya ke sini, terus kamu keluarin ya?" Suruh Yuma.

Yang disuruh hanya mengangguk dan mulai mengikuti apa yang diperintahkan Yuma barusan. Ia sibuk mengeluarkan barang - barang lalu menyusunnya sementara Yuma mulai mengadon kue. Beberapa menit hanya hening, Sea sibuk dengan kegiatannya begitupun Yuma. Belum lama hening, Yuma tiba - tiba bergumam.

"Se, kamu tuh putus ya sama Joshua?"

Gerakan tangan Sea terhenti. Ia memandangi Yuma gugup lalu kembali bergerak. "Gak kok, kenapa?"

"Bohong," cetus Yena. "Kenapa Joshua gak pernah ke sini lagi?"

"Kan dia sibuk, ngapain juga dia mau ke sini? Sea kan udah gak kuliah lagi," jawab Sea. "Ibu tuh kenapa deh nanya begitu?"

"Ya gak apa - apa, cuma heran aja kok dia gak pernah ke sini lagi. Sesibuk - sibuknya dia biasanya masih juga ke sini main bentar," jelas Yuma. "Suruh ke sini dong, Se. Ibu kangen deh tiba - tiba sama dia."

Sea terbelalak. "Ih Ibu, dia sibuk—"

"Sibuk apa kalian putus?" Tanya Yuma dengan nada intimidasi.

"Udahan ah nanya yang begituan," Gerutu Sea.

Lidah Yuma mendecak, "Kalau putus tuh ya bilang aja ke Ibu, gak bakalan Ibu marahin juga."

Wajah Sea tampak kusut, ia sedang tidak ingin membicarakan hal ini. Namun ia terpaksa mengangguk karena tidak mungkin kan ia menyembunyikan hal ini terus menerus?

"Iya, Sea putus. Kemarin emang ada masalah tapi udah selesai," kata Sea. "Jadi gak bisa dibawa ke sini ya, Bu."

Yuma menghela napasnya pelan. Ia menatap Sea lembut, "Kenapa bisa putus?"

"Kemarin Sea denger dia mau nikah—"

"HAH?!"

"Dengerin dulu," potong Sea. "Nikahnya sama Briana. Ya Sea kaget bukan main, Sea putusin lah. Ternyata itu terpaksa, perusahaan orang tua Mas Joshua itu hampir bangkrut dan dibantu sama orang tua Briana dengan syarat Mas Joshua harus nikah sama Briana. Sekarang Mas Joshua lagi coba benerin perusahaan dan batalin pernikahan."

"Ampun deh, drama amat. Jadi kamu udah balikan?"

"Belum."

"Kok belum?"

"Ya tunggu batal beneran lah, ntar kalau gak jadi batal kan yang sakit Sea juga. Emangnya Ibu tega?"

Yuma menyengir, "Gak sih. Tapi kan harusnya kamu semangatin dia, Se. Ngurus perusahaan itu kan pasti gak gampang."

Mellifluos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang