Pagi ini cuaca cerah, begitupun hati Sea yang kembali cerah setelah tertutup awan abu - abu selama beberapa hari. Rasa senang dan gugup pun menjadi satu karena hari ini hari dimana Joshua akan mengajaknya pergi ke suatu tempat yang mana Sea sendiri belum diberi tahu tujuannya. Hal itu juga membuat perutnya terasa sedikit mulas disertai jari - jari tangan yang terasa dingin. Ingin rasanya berteriak namun bagaimana mungkin ia berteriak di depan ibunya sendiri? Pasti wanita itu akan memarahinya dan mengatakannya berlebihan. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sendiri belum pernah menjadi sedekat ini dengan pria manapun kecuali ayahnya dan Jungwoo yang hanya ia anggap teman dekat.
Suara ketukan pintu rumah terdengar di telinga Sea. Rasa gugupnya semakin menjadi - jadi. Ia tidak mengerti, mengapa ia bisa segugup ini?
"Sea, bukain pintu sana. Kok malah melamun?" Ujar Yuma dengan dagu yang menunjuk pintu.
Dengan gesit, Sea membuka pintu rumahnya dan mendapati Joshua dengan senyuman manisnya tengah berdiri di depannya. Melihat hal itu ia ikut - ikutan tersenyum. Siapa yang bisa menahan senyumnya apabila melihat senyuman seorang Joshua Hong?
"Mas kenapa senyum - senyum?" Tanya Sea.
Joshua tertawa, "Masa ketemu kamu gak senyum sih?"
Untung saja Sea bukan coklat atau es krim yang bisa meleleh melihat senyuman secerah matahari milik Joshua.
"Masuk yuk."
Kaki Joshua melangkah masuk berdampingan dengan Sea. Ia memandangi ruang tamu Sea yang tampak bersih dan rapi sampai sebuah suara memecah keheningan.
"Dokter Joshua!" Tangan mungil milik Riki melingkar di paha Joshua.
Joshua menunduk, menyamakan tingginya dengan Riki yang tampak senang melihatnya. "Hai Riki, gimana kakinya? Udah sehat?"
"Udah! Riki udah bisa jalan dan lari lagi sekarang. Makasih ya, Dokter." Ucap Riki sembari tersenyum lebar - lebar hingga giginya terlihat.
"Sama - sama. Tapi jalannya harus hati - hati, oke?"
Riki mengangguk patuh, "Oke Dokter." Ia lalu berlari masuk ke dalam dan kemudian digantikan dengan Yuma yang tersenyum ramah ke arah Joshua.
"Hari ini kalian mau kemana?" Tanyanya.
"Ke pantai, Tan." Jawab Joshua.
Sea yang hari itu hanya menggunakan kaus putih biasa dan celana jeans pendek pun terkejut. "Kalau gitu aku harus ganti baju—"
"Gapapa Sea, gitu aja. Udah cantik kok," cetus Joshua.
Yuma menatap keduanya dengan tatapan menggoda, "Duh anak muda, ibu jadi iri, Se. Udah lama rasanya gak kasmaran sama ayah kamu." Ucapnya yang membuat Sea mendadak terdiam. Menyadari ucapannya barusan, Yuma berdeham lalu tertawa kecil. "Udah ah, sana pergi. Ntar pulangnya kemaleman. Hati - hati ya, Dokter Joshua. Jangan sampai Sea pulang dalam keadaan lecet!"
"Iya Tante, saya pamit ya." Kekeh Joshua. Ia menyalami tangan Yuma diikuti oleh Sea yang setelah itu dibisiki godaan - godaan dari Yuma.
Keduanya lalu masuk ke dalam mobil dan langsung melaju ke pantai seperti yang Joshua katakan. Selama di perjalanan, keduanya tidak terlalu banyak bicara. Joshua hanya sesekali bertanya pada Sea, pertanyaannya pun bukan pertanyaan berarti. Hanya sekedar bertanya apakah sudah makan, bagaimana tidur tadi malam, apakah Sea suka pantai, dan sebagainya. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam lebih sehingga Sea sempat tertidur sejenak sebelum akhirnya dibangunkan oleh Joshua.
Saat membuka matanya dan takjub saat ia melihat pantai tepat di depan matanya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak ke pantai. Terakhir kali hampir empat tahun lalu saat ia lulus dari sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluos ✔
Romancemel·lif·lu·ous (adj) • (of a voice or words) sweet or musical; pleasant to hear. • Sea tak sengaja bertemu dengan seorang pria tampan di kafe tempat ia bekerja. Ia pikir hanya akan sekali saja bertemu dengan pria menawan yang memilki suara selembut...