empat

164 38 17
                                    

Aku tenggelam bersama hujan
Kan berlabuh di tepi ruang tak berujung.

HUJAN DI BALIK JENDELA - SENANDUNG

🍃

Jehian terbangun karena petir yang menyambar begitu kencang, suara hujan membuat lelaki itu berdecih. Jehian benci hujan, ia benci dengan suara nya.

Ia menutup wajah nya menggunakan bantal tetapi tidak berhasil, lelaki itu beranjak dari kasur nya dan keluar dari kamar.

Lampu ruang tengah masih menyala, dan tv nya pun juga menyala. Tunggu, kan di rumah cuma ada Jehian dan Affandra?

"Rampok?" pikir Jehian.

Jehian mengambil sapu yang ada di sebelah nya, ia menuruni tangga pelan pelan dan mempererat pegangan sapu di tangan kanan nya. Ia juga komat kamit membaca doa, jika bukan perampok jadi itu adalah hantu.

Lelaki itu melihat seseorang duduk di sofa sambil meminum coca cola milik Affandra.

1

2

3

PLAK!














Jehian duduk berlutut menghadap Sabitah yang sedang mengompres kepala nya dengan es batu. Pukulan sapu dari Jehian cukup kuat sampai sampai membuat Sabitah hampir pingsan.

"Bang..gue udah minta maaf kan, udahan dong marah nya."

"Capek nih berlutut kek gini setengah jam."

Sabitah menarik telinga kanan Jehian, sehingga lelaki itu berteriak kesakitan. "Untung ye gue gak pingsan, kalo gue pingsan terus gegar otak..lo yang gue salahin!" teriak Sabitah.

Jehian menundukan kepala nya, ia memanyunkan bibir nya dan mengumpat kakak nya di dalam hati. "Gak usah ngambek ngambekan, udah gede juga."

"Dah, lurusin kaki lo. Kalo lama lama kek gitu, bisa bisa besok gak bisa jalan."

Jehian meluruskan kaki nya, ia juga memijat mijat kaki nya yang pegal. Sabitah berdiri dari tempat nya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.

Sembari memijat mijat kaki nya, netra Jehian tertuju pada piano yang berada di ujung ruangan. Piano itu sudah jarang dimainkan karena sang penghuni rumah sudah memiliki kesibukannya masing masing.

Sebelum Sabitah keluar dari rumah, setiap malam mereka selalu berkumpul untuk menyanyikan lagu dan Sabitah yang memainkan piano nya. Kadang Jehian juga mengiringi nya menggunakan gitar, keadaan sudah berbeda.

Jehian rindu masa masa itu, walaupun rumah nya tidak pernah hangat tetapi ia rindu masa dimana ia bisa berkumpul dengan keluarga tanpa meributkan hal hal sepele.

"Bang Bitah."

"Apaan?"

"Mainin piano dong, lama gak lihat lo maen piano." kata Jehian.

TENTANG HARI ESOK [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang