tiga belas

149 35 12
                                    

Apa hari ini kamu sudah meminta maaf kepada diri mu sendiri?

🍃

Jehian mengigiti kuku nya dengan hati yang tidak tenang. Baru saja polisi memberitahu kalau saksi sudah sadar dan sudah bisa dijenguk.

Maka dari itu, Jehian bersama keluarga nya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Bunda yang menyadari Jehian mengigiti kuku nya terus menerus langsung meraih tangan anak tengah nya. Wanita itu juga mengelus tangan Jehian dengan lembut, senyum teduh ia ukir di wajah cantik nya.

"Jangan gugup, santai ya. Insya Allah semua nya bakal baik baik aja."

Jehian tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada bunda nya. Walaupun diri nya masih panik tetapi omongan bunda membuat setengah pikiran negatif Jehian berkurang.

Beberapa saat kemudian, mobil mereka berhenti di depan rumah sakit. Tidak ada wartawan sama sekali, hanya ada dua polisi yang sepertinya menunggu kedatangan Jehian.

Saat melihat dua polisi yang berperut buncit itu seketika tangan Jehian langsung gemetaran hebat. Padahal dia tidak bersalah tetapi kenapa dia malah panik?

"Tenang bang." Affandra menepuk pundak Jehian, ia lalu keluar dari mobil menyusul ayah.

"Je, yakin mau turun? kalau misalnya masih deg deg an, gue kasih ta--"

"Gue yakin kok bang, ka..kan gue gak salah." Jehian tersenyum berusaha menyembunyikan rasa panik nya. Dengan tangan yang gemetar, lelaki itu membuka pintu mobil dan menjejakkan kaki nya di tanah.

"Gue gak salah, gue gak salah. Gue gak boleh takut."

🍃

"Benar, dia pelaku nya."

Jehian mengusap muka nya dengan kasar, ia melihat sang pelaku tersenyum licik di hadapan nya.

"Apa bapak benar benar melihat Jehian sebagai pelaku? apa bapak yakin?" tanya Sabitah.

Pria berumur 40 tahunan itu mengangguk anggukan kepala nya, Sabitah menghela nafas nya dengan berat.

"Drama macam apa ini?" batin Affandra.

Affandra yang melihat dan mendengar semua ini hanya bisa menggeleng gelengkan kepala nya, ini seperti drama Indo$iar yang sering Leo lihat.

"Gue udah bilang, gue gak bersalah." kata Deva dengan senyuman licik nya.

"Dilogikakan aja, gue ada disana buat nolong bapak ini dari hajaran orang jahat. Pas gue mau lerai, eh dia malah ngancem gue dan gue tiba tiba aja di knock." jelas Deva.

"Polisi dateng di waktu yang tepat, bayangkan kalo mereka belum dateng. Mungkin gue bisa mati di tangan dia." Deva tersenyum licik sambil menunjuk Jehian.

"Kerjaan lo muter balik fakta ya? semua yang keluar dari mulut lo itu dusta." kata Jehian sambil menatap Deva dengan tatapan tajam.

"Jelas jelas lo yang muter balik fakta, buktinya bapak ini sudah bersaksi kalau lo pelaku nya."

Jehian tidak bisa berkata kata lagi, semua nya hancur. Dia yakin bahwa orang ini sudah menyuruh bapak nya untuk menutup mulut.

TENTANG HARI ESOK [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang