Tidak semua rumah adalah tempat yang nyaman untuk beristirahat. Ada beberapa rumah yang menjadi tempat dimana mental kita di permainkan.
🍃
Memendam semua nya sendirian.
Itu yang dilakukan Sabitah selama hidup nya. Dia bukan tipikal orang yang akan menceritakan masalah hidup nya, karena dia tidak mau membebani teman teman nya.
Teman teman nya bahkan Salsa sudah memiliki masalah yang harus mereka hadapi, dan Sabitah tidak ingin menambah pikiran mereka.
Jika sudah di titik dimana Sabitah benar benar lelah, dia akan melampiaskan semua itu ke tubuh nya. Tidak, dia tidak menoreh luka di tangan nya. Dia hanya merebahkan tubuh nya di kasur dan tidak melakukan apa apa.
Merenungi kesalahan nya lalu menangis sampai ia merasa lega. Mengigiti bibir sampai berdarah, itu yang selalu Sabitah lakukan dan itu salah satu bentuk pelampiasan. Padahal itu termasuk self harm.
Saat Jehian menanyakan "Sampai kapan abang kayak gini?" membuat Sabitah termenung. Kilas balik hidup Sabitah terputar di otak nya seketika, kesalahan yang ia perbuat, dan kesenangan yang ia terima semasa hidup.
"Abang!"
"Hah?"
Sabitah terbuyarkan dari lamunan nya, "Ngelamun wae, gue kira lo kemasukan wewe gombel."
"Sembarangan!"
Jehian terkekeh pelan dan di susul oleh kekehan Affandra. "Lo belum jawab pertanyaan nya, kapan lo mau kayak gini terus bang?"
"Gue gak ngerti."
"Maksud gue, kapan abang berhenti memprioritaskan keluarga terlebih dahulu? kapan abang kasih waktu buat diri sendiri?"
Waktu untuk diri sendiri.
Sabitah tidak familiar dengan kalimat itu, apa dia tidak pernah menyempatkan waktu untuk diri nya sendiri? Sabitah kira menghabiskan waktu bersama keluarga adalah salah satu hal untuk menenangkan pikiran nya.
"Gue udah nyempetin waktu buat diri sendiri kok. Dengan gue ngehabisin waktu sama keluarga, itu juga termasuk kan?"
Jehian menggeleng gelengkan kepala nya, "Maksud nya, self healing bang. Gue tau lo kerja sampai larut buat bayarin pendidikan kita. Kapan lo istirahat?"
Istirahat?
"Istirahat..? gue gak ngerti Je."
Jehian menepuk jidat nya dengan pelan, "Kek nya kita gak cocok deh bahas deep talk deep talk gini." kekeh nya.
"Bukan gak cocok, tapi kita udah jarang ngumpul." Affandra membuka mulut nya.
Sabitah dan Jehian menatap si bungsu dengan tatapan bingung, "Kita sudah lama gak ngumpul, cerita cerita, sharing our problems. Jadi nya yah kayak sekarang, kita bingung gimana jelasin perasaan yang kita rasain sekarang."
Affandra membuang nafas nya, ia lalu menatap langit langit kamar Jehian. "Dulu, gue sering denger bang Sabitah sama bang Jehian curhat curhat. Pas gue masih kelas 6, gue selalu denger curhatan bang Jehian ke bang Bitah soal nilai nilai nya yang menurun."
"Gue juga sering denger bang Bitah ngedumel sendiri di kamar, entah soal ayah atau soal tugas sekolah nya."
"Kalo boleh jujur, rasanya nyesek inget inget hal itu. Gue sebagai anak bungsu, pingin banget jadi tempat curhat buat abang abang gue tapi gak ada yang dateng." kata Affandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG HARI ESOK [ON HOLD]
FanfictionSemua anak memiliki suka duka nya masing masing, tidak sedikit anak yang membanding bandingkan diri nya dengan saudara nya yang lain. Sabitah, si sulung yang memendam semuanya sendirian. Jehian, si tengah yang terpaksa dewasa oleh keadaan. Affandra...