6.|lets start the game.

3.2K 595 255
                                    

Tidak perlu munafik menutupi semua luka, jika kain yang digunakan tidak cukup membungkus semua kebohongan, mau tidak mau sedikit luka itu harus terlihat.

Dan tidak seharusnya seseorang terfokus pada satu hal, dan melupakan struktur lain yang mendukung satu hal itu agar menjadi nyata.

Tanpa satu perak maka tidak akan ada satu juta. Begitulah konsep, dimana kita harus memperhatikan setiap bagian dengan rinci.

"Vel lo kok keliatan pucet gitu, lo sakit?" Pertanyaan zia menghentikan pekerjaan gue yang lagi ngelap meja.

"Gapapa, mungkin cuma kecapekan" Jawab gue. Zia ngehela nafas dan ngelihat jam yang nunjukin pukul 11 malem, kedai juga udah mulai sepi sama pengunjung.

"Lo nginep rumah gue lagi aja ya, kalo di paksain pulang nanti makin sakit" Ajak zia.

"Eumm.. "

"Ahjussi! " Panggil zia.

"Iya, " Laki laki usia 50 tahunan itu mendekat.

"Apa tidak apa jika hari ini kami ijin pulang lebih awal, sepertinya vella sakit"

"Ahh.. Baiklah, pulanglah, istirahat yang cukup"

"Terimakasih" Gue sama zia bungkuk hormat. Demi apapun ahjussi pemilik kedai ini baik banget,beda jauh sama bos cafe yang suka marah marah.

...

"Gue minta maaf ya zi, malah ngerepotin"

"Gak lah, udah gih minum teh anget nya biar badan lo enakan" Zia nyondorin secangkir teh anget ke gue, yang gue Terima dengan senang hati.

Sementara zia balik ke dapur gue milih buat neliti dan ngelihat seisi kamar.

Kasur lantai, dan sebuah lemari di sudut, ditambah satu meja belajar yang gak mewah, kosan ini keliatan sederhana.

Gue taruh cangkir isi teh anget pemberian zia karena pandangan gue tertarik sama figura foto di meja belajar, dan karena kepo akhirnya gue ambil figura itu. Foto dimana ada 4 orang di dalemnya, gue bisa tebak ini ayahnya zia, ibunya zia dan adek dia.

Tanpa sadar gue senyum, walaupun keliatan sederhana dengan background sawah dan pakaian seadanya, kenapa gue jadi kangen keluarga gue?

"Hei, lagi liat apa? " Tanya zia.

"Eumm ini"

"Ahh itu, itu ayah, ibuk sama adek gue, choi Beomgyu."

"Woahh, mereka dimana sekarang? " Tanya gue lagi.

"Ayah sama ibuk, kerja jadi petani di desa, terus Beomgyu sekolah di hanlim"

"Wah hanlim? Eumm jadi kalian jauh dari orang tua? "

"Iya gitu deh hehe"

"Eumm kenapa lo gak tinggal bareng sama adek lo? "

Raut wajah zia keliatan berubah,gue juga heran kenapa dia kelihatan sedih gitu. "Sejak orang yang dia suka meninggal  2 tahun lau, dia jadi berubah,gatau kenapa dia malah benci sama gue"

"Hmm? Kok, kan.. "

"Cewek dia meninggal gara gara gue vell, padahal niat gue bebasin dia dari cewek gak bener itu, sampe akhirnya pada suatu malam pas gue marah dan labrak cewek itu, pas akhirnya kita pisah setelah gue kalah dan kena pukul.. Paginya, dia di temuin meninggal"

"What? "

"Beomgyu pikir, gue yang udah bunuh cewek dia karena kepala cewek dia gue temuin di depan kosan"

Gue ngerutin kening heran, kasus ini kenapa gak jauh beda sama berita berita pembunuhan belum lama ini.

"Padahal polisi juga udah nyatain gue gak bersalah, tetep aja Beomgyu gak percaya sama kakaknya sendiri, andai dia tau kalo cewek itu cuma jalang pasti dia gak bakal kayak gini"

Psycho Close ||kim sunoo-BP SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang