3

418 59 12
                                    

Lima Tahun berlalu.

"Sudah kau selesaikan?" Tanya lelaki bernama Haruto itu ketika aku melewati ruang utama.

Aku hanya mengangguk, dan meletakkan sebuah senjata api dari saku ku ke sebuah lemari kaca.

Ia tersenyum kecil dan merangkulku.
"Kerja bagus." Ucapnya mengacak rambut pendekku.

Aku menatap sebentar ke arahnya dan segera menepis tangannya dari pundakku. Ku lihat pantulan diriku di cermin kala itu. Mengerikan sekali. Aku telah berubah menjadi monster pembunuh. Pembunuh bayaran yang digunakan oleh para elit melalui gangster sialan ini, Red Viper.

Ku lihat lelaki itu tersenyum dan mendekatiku. Ia mengelus lembut kepalaku.

"Melenyapkan orang-orang yang terpilih itu adalah sebuah kehormatan. Aku menyukai tatapanmu ketika kali pertama membunuh presdir Han. Ku rasa kau memang ditakdirkan sebagai golden card." Ujarnya menepuk pundakku.

Mataku bergetar, aku benar-benar menyesal hidup seperti ini. Seorang lady killer? Bagaimana aku bisa menemui In Yeop dengan keadaan yang seperti ini? Aku adalah seorang pembunuh! Pembunuh yang mengerikan!

******

Musim gugur telah berlalu, kini musim dingin kembali menyelimuti Korea Selatan. Aku menatap ke arah jendela kamar, salju-salju kecil itu mulai berjatuhan. Mereka terlihat cantik dan tenang.

Kemudian sebuah pesan masuk, aku segera mengeluarkan ponsel dari saku jaket kulitku. 'Target selanjutnya, CEO muda JJ Group, Jung Jaehyun. Seoul, Korea Selatan.'

Aku membulatkan mataku ketika melihat nama Seoul disebutkan pada pesan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku membulatkan mataku ketika melihat nama Seoul disebutkan pada pesan itu. Ku ambil sebuah senjata api glock meyer 55 dari dalam laci dan beranjak menuju lantai 68. Haruto brengsek! Batinku

*******

Brak!! Pintu terbuka, terlihat lelaki itu rupanya sedang menungguku. Ia tersenyum kecil dan menujuku.

"Kau melanggar perjanjian!" Teriakku menodongkan senjata itu pada dahinya.

Ia memandangiku dengan tatapan remeh, tangannya memegangi tanganku yang sedang menodongkan pistol pada dahinya.

"Tarik pelatuknya." Ucapnya pelan seolah memprovokasi.

Aku memejamkan mataku dan kemudian berteriak sekeras-kerasnya. Bangsat! Aku tak bisa melakukannya!

"Kenapa harus Seoul?! Kenapa?!" Tanyaku padanya.

"Kau bilang tak kan pernah mengembalikanku ke sana lagi." Sambungku

Ia menatapku tajam. Tangannya menarikku menuju balkon. Ia kemudian merebut senjata itu dariku dan menodongnya balik.

"Kau tak ingin balas dendam?!" Teriaknya

"Masih memikirkan lelaki sialan itu?! Seorang lady killer takkan pernah bisa hidup dalam percintaan! Kau hanya akan mati dalam dendam jika melakukannya!" Sambungnya meneriakiku di tengah senyapnya malam di Busan kala itu.

Rahangku mengeras ketika mendengarnya. Aku betul-betul dibuat geram, namun bodohnya tak ada yang bisa ku lakukan.

"Kau adalah golden card. Dan kau adalah milikku." Ucapnya lalu menembakkan sebuah peluru ke arah ujung balkon yang berada tepat di belakangku.

Outside X Watanabe Haruto || Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang