9

330 53 7
                                    

Club Sky Florida

Suara dentuman musik menusuk telingaku, tarian-tarian gila dari para orang yang melepas stress di sana membuatku merasa mual. Bagaimana bisa mereka melepas stress dengan menjadi gila? Ah aku tak habis pikir.

Hari ini, Haruto mengajakku ke sebuah club terbesar di Seoul. Yaitu, Club Sky Florida. Club malam ini dikelola oleh salah satu pentolan Red Viper, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mark Lee. Mark mengundang kami turut merayakan party untuk dua tahun dijalankannya usaha itu. Aku hanya menurut karena tak mau berdebat dengan Haruto, maka dari itu kuputuskan ikut.

Setelah menunjukkan VVIP Invitation Card, kami dipersilahkan memasuki ruang VVIP. Di sana sudah menunggu para anggota Red Viper dan beberapa wanita penghibur. Mereka segera berdiri sembari menyambut kedatanganku dan Haruto.

"Selamat datang." Ucap mereka secara bersamaan.

"Ya. Duduklah." Balas Haruto mempersilahkan anggotanya untuk kembali duduk dan menikmati party.

Maklum ini party para gangster, jadi hal-hal seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan hal-hal kotor lainnya menjadi hal yang lumrah. Dan aku? Aku hanya duduk di pojokan menikmati sebotol wiski sembari melihat kebodohan mereka.

Ku lihat Haruto berpesta layaknya orang gila, ia betul-betul menari dan berteriak dengan keras bersama sebotol sampanye di tangannya. Ia berpesta seakan-akan mati besok. Kemudian saat matanya menangkapku, ia segera menghampiriku dengan senyuman khasnya. Senyuman itu bagiku menggambarkan kesedihan, kesadisan, dan tak ada ampun. Ia adalah orang yang misterius. Sangat misterius. Kebaikannya tak dapat disebut kebaikan, begitu pula sebaliknya. Sering kutemui dua sisi yang berbeda dari dirinya.

"Kau tak mau bergabung?" Tanyanya sempoyongan padaku.

Aku hanya menatapnya dengan tatapan remeh. Bedebah sialan, batinku.

"Kau saja." Jawabku ketus tanpa menatap ke arahnya

"Kau membenciku kan?" Ucapnya dengan pertanyaan bodoh.

Aku melirik ke arahnya, ia benar-benar mabuk ternyata.

"Kau lihatnya bagaimana? Benci atau tidak aku padamu?" Tanyaku balik padanya, mumpung ia lagi mabuk aku akan bicara kurang ajar padanya.

"Benci." Jawab Haruto sembari memanyunkan bibirnya tanda sedih.

"Ya, kau benar. Aku benar-benar membencimu, brengsek." Balasku kemudian menenggak wiski yang ada di meja itu. Puas saja rasanya setelah mengumpat pada seorang Watanabe Haruto.

Ia kemudian duduk di sampingku, matanya cukup lama memandangiku.
"Benarkah? Padahal aku berharap kau menyukaiku." Ucapnya.

Outside X Watanabe Haruto || Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang