"Dimitri ... Dimitri ... Dimitri," panggil Jeff tanpa menoleh. Dia lebih memilih mengamati gelas kecil yang sudah terisi vodka sambil meletakkan kedua kakinya di meja kerja Ella. Pria itu melirik Dimitri yang tengah menunduk dalam.
Dia meletakkan kembali kakinya ke lantai kemudian beringsut berdiri. Kaki panjangnya mulai dia langkahkan perlahan menuju asisten sang kekasih.
"Kau bilang Ella ada di Korea, kan? " tanya Jeff dengan tatapan mengintimidasi. Dimitri tidak berani menatap mata Jeff dengan aura kelamnya sekarang. Jadi, dia hanya menganggukkan kepalanya. Jeff tiba-tiba menyentuh dagu mulus Dimitri, membuatnya sedikit terlonjak Mau tidak mau, Dimitri menatap mata Jeff dan menelan mentah-mentah aura kelamnya.
"Kau punya mulut kan? " Jeff berjalan menuju jendela kaca ruang kerja Ella yang menampakkan hiruk-pikuk kesibukan kota Seoul. Dia mengerjap pelan kemudian menyesap sedikit vodkanya. Tangannya dia letakkan di saku celana bahannya.
"I-iya mr. "
"Di dekat kita kan? " tanya Jeff dengan nada berharap. Dimitri menelan ludahnya kasar. Sejujurnya dia tidak tahu tempat pasti Ella sekarang. Dia hanya tau jika Ladynya berada di negara ini.
"Mungkin. "
Keraguan.
Jeff lelah dengan segala ketidakpastian ini! Jika saja Ella bukan wanita satu-satunya dalam sehidup sematinya, mungkin saat ini sudah mencari yang baru. Daya pikat Ella membuatnya tidak bisa berkutik. Sehingga, pria mata keranjang sepertinya bisa jinak dengan satu wanita. Yaitu Ella.
"Lalu... MENGAPA SAMPAI SEKARANG DIA BELUM BERADA DI PELUKANKU?! " teriak Jeff lantang. Gelas vodkanya sudah dia banting kemudian serpihannya dia lempar ke arah Dimitri hingga mengenai pipi mulus Dimitri.
Dimitri hanya diam. Membiarkan Jeff meledak. Karena, sudah pasti dia tidak bisa meredam. Jika nekat, mungkin hanya akan menjadi duplikat karung tinju Jeff.
"Kau sebenarnya memberikanku informasi salah kan? Mengaku saja!" ucap Jeff sambil menunjuk wajah Dimitri. Matanya menampakkan kilat-kilat kemarahan.
Tangan Jeff terulur kemudian mencengkeram pipi Dimitri dengan kuat. Membuat lukanya semakin terbuka. Ugh! Rasanya juga sangat perih! Dimitri memejamkan matanya paksa menahan sakit.
"Agar aku terhibur. Dan perlahan menerima jika Ellaku sudah mati," ucap Jeff dengan penuh penekanan. Kemudian melepaskan cengkeramannya. Dimitri memegangi luka pipinya.
"Lady belum mati," tegas Dimitri. Jeff terkekeh miris. Dia mengulas senyuman manis yang mengandung duka mendalam. Dia menunduk sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya kemudian mengulum bibirnya sejenak.
"Ucapanmu semanis gula. Mr Dimitri. " Jeff mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia mengarahkan telunjuknya di dada bidang Dimitri.
"jika kau memaksakan kenyataan... Sebaiknya kau lakukan cara apapun agar kau bisa menemukan Ella dalam waktu dekat. Aku tidak sudi menerima berita buruk. Kerahkan semua pasukanmu," titah Jeff kemudian beringsut duduk kembali di meja kebanggaan Ella.
"Sesuai keinginanmu mr. "
"Apa yang kau tunggu? "
"CEPAT PERGI! ATAU AKU AKAN MENGEBIRIMU DENGAN PEDANG SAMURAI MILIK ELLA!! " bentak Jeff sambil menggebrak meja. Dimitri mengangguk kemudian membungkukkan badannya sekali lagi.
"B-baik mr. Saya permisi dulu," ucap Dimitri sambil tergagap. Dia berlari terbirit-birit menuju pintu keluar. Dia tidak rela jika benda kebanggaannya menjadi korban.
Huft.
Dimitri menghirup napas pendek sambil memegang dadanya yang terasa sesak. Padahal hanya lari jarak pendek. Dia mengusap kasar wajah rupawannya beberapa kali. Dan... Darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Days My Lady
FanfictionGrizella Jane. Ya, atau yang kebih dikenal dengan sebutan Lady Jane. Siapa yang belum kenal dengan wanita itu? Sudah tersohor berkat beberapa julukannya. Seperti, Beauty Devil, Pretty Gangster, Lady Poison, Ratu Dunia Gelap dan Medusa. Pertama kali...