Eps. 5. Angelic Voices

51 11 0
                                    

"I do believe all the love you give
All of the things you do
Love you, Love you

I'll keep you safe, don't you worry
I wouldn't leave, wanna keep you near
Cause i feel the same way too
Love you, Love you,"

Micha membuka netranya kala mendengar nyanyian dengan nada lembut seseorang. Dia mendudukkan dirinya. Sejenak dia menutup matanya sambil menajamkan indera pendengarnya.

"Want you to know that I'm with you
I will love you and love you and love you
Gonna hold you and hold you and squeeze you
I will please you for all time

I don't wanna lose you and lose you and lose you
Cause I need you and need you and need you
So I want you to be my lady
You've got to understand my love."

Micha menerbitkan seulas senyuman manisnya. Sebentar... Dia sepertinya merasa familiar dengan suara ini. Micha berdiri mencari sumber suara.

Dia berdiri kaku ketika melihat Jee bernyanyi sambil memetik senar gitar. Dia tidak menyangka jika pria itu bisa bernyanyi sebaik itu. Tapi, apa benda yang dihadapannya itu? Seperti figura foto. Micha memilih tidak mendekati pria itu. Dia ingin mendengar pria itu menyelesaikan tembang cintanya.

"You are beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful girl
You are beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful girl
I will love you and love you and love you

Gonna hold you and hold you and squeeze you
I will please you for all time
I don't wanna lose you and lose you and lose you
Cause I need you and need you and need you
So I want you to be my lady-"

Nyanyian pria itu terhenti. Mungkin karena pria itu melihat dirinya. Dia melihat ke arah lain sambil memainkan ujung kaos oblong yang dia pinjam dari laki-laki itu. Sudah tertangkap basah. Ya sudah.

"Micha? Kenapa kau berdiri di sana?" tanya Jee. Micha mengulum bibirnya sejenak.

"Eum... Aku...."

"Duduklah di sini," ucap Jee sambil menepuk tempat kosong yang ada di sampingnya. Micha menganut. Dia mengamati foto seseorang yang menurutnya asing. Micha mengernyitkan alisnya. Jee tersenyum simpul setelah mengikuti arah pandang Micha.

"Dia istriku," ucap Jee singkat. Micha mengangguk mengerti. Dia mengambil figura itu. Menelisik wajah wanita cantik tanpa cela itu. Jika dilihat-lihat, dia mirip sekali dengan Eri.

"Kalian... Bercerai?" tanya Micha hati-hati. Dia takut membuka luka lama pria itu. Jee menggeleng.

"Tidak." dia mengernyitkan alis. Wanita ini meninggalkan pria sebaik Jee? Atau dia sudah memiliki pria lain? Jahat sekali.

"Lalu?" sorot mata Jee berubah menjadi kelam. Micha yang menyadari hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.

Lalu? Dia meninggal? Heol?!

"Maut yang menceraikan kami. Aku juga tidak bisa melakukan apapun," ucap Jee kemudian tersenyum getir. Micha merutuki dirinya karena sudah berfikiran yang tidak-tidak pada wanita itu.

"Maaf." Micha sedikit menundukkan badannya. Pria itu menarik sebuah senyuman paksa. Micha memejamkan matanya paksa merutuki dirinya sendiri.

"Tidak masalah."

"Suaramu bagus. Kenapa tidak jadi penyanyi saja?" tanya Micha. Jee menggeleng kecil.

"Aku hanya menyanyi untuk dia," ucap Jee sambil tersenyum tipis memandang wajah dalam figura itu. Micha menggeleng tidak terima. Hei! Ini namanya bakat. Tidak patut disia-siakan! Bisa jadi, lewat suara emasnya ini dia bisa sukses!

"Jee... Kau punya keinginan untuk menjamin kehidupan putrimu di masa depan nanti?" tanya Micha. Memang ini bukan haknya untuk mengatur. Tapi, menurutnya sangat salah jika seseorang terus memendam potensi dirinya sendiri.

"Tentu saja! Ayah mana yang tidak ingin membahagiakan anaknya?" jawab Jee sewot. Dia melirik Micha dengan tatapan mengintimidasi. Micha hanya merotasikan bola matanya malas.

"Maka dari itu, jadilah penyanyi untuk Eri," ucap Micha tegas. Jee melirik gadis itu. Micha tau arti tatapan itu. Ya ya ya. Terserah. Nanti juga pria itu akan berterimakasih padanya.

"Ya! Memangnya siapa dirimu?" hardik Jee. Micha tetap tenang. Dia bahkan tidak tersulut emosi sedikitpun.

"Ya ya ya... Aku memang bukan siapa-siapamu. Tapi, kau tidak bisa jika terus monoton begini. Pekerjaanmu menjadi kurir distribusi barang kurasa tidak akan cukup. Biaya hidup sekarang lebih mahal! Coba pikirkan Eri." Micha menjeda kalimatnya.

Dia sejenak mengulum bibirnya kemudian memandang Jee dengan tatapan datar. Sedangkan Jee memandang Micha dengan tatapan menghunus. Micha tau, maka dari itu dia hanya mengabaikan.

"Coba bayangkan... Jika Eri nanti sudah besar. Kau tidak ingin dia dirundung teman sebayanya karena dia miskin? Aku tidak berniat menghina pekerjaanmu. Tapi, ya... Kau juga harus pikirkan masa depan juga," sambungnya. Pria itu tampak berpikir. Micha tersenyum simpul. Dia terpengaruh!

Iya juga. Bahkan baju sudah beberapa kali pakai saja kadang dilirik remeh. Apalagi, jika kebanyakan siswa di sekolah adalah kalangan chaebol. Pasti akan dicaci habis-habisan!

"Aku sarankan kau untuk ikut audisi," sarannya kemudian berlalu. Jee masih diam tak bergeming. Jee menatap lamat wajah wanita yang ada di dalam foto itu.

"Dia keras kepala sepertimu."

Kehadirannya di sini membuatku tidak bisa mengikhlaskan dirimu untuk pergi. Aku sejenak berpikir jika jiwamu berpindah ke raganya! Sifat kalian mirip! Bahkan, caramu dan caranya memanggil namaku sama persis. Bahkan nada bicaranya... Argh! Aku suka ketika kalian memanggil namaku dengan nada seperti itu!

 Argh! Aku suka ketika kalian memanggil namaku dengan nada seperti itu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana?

Moga kalian suka 😊

Kalian bisa cek!
Adem banget suaranya! 😭😭😭😭

730 Days My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang