WARNING!
PART INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN DAN KESADISAN. SEDANG MEMBICARAKAN DARAH JUGA.
YANG PHOBIA DARAH, ATAU JIJIK SAMA DARAH, ATAU NGERI SAMA PEMBUNUHAN. DILARANG KERAS MEMBACA!!! NANTI KALIAN MUNTAH!
TIDAK DIANJURKAN MAKAN CEMILAN SAAT MEMBACA PART INI. NANTI MUNTAH.
"Selagi aku bercerita. Jangan menyela ataupun berkomentar," ucap Micha datar sambil melemparkan sorotan tajam kepada pria itu. Dia hanya mengangguk kemudian merotasikan bola matanya malas.
"Iya! Cepatlah! " ucap Jee sambil menggertakkan giginya seolah menuntut Micha untuk segera bicara. Perempuan ini membuatnya menunggu dengan rasa penasaran. Micha hanya merotasikan bola matanya malas.
"Intinya... Aku tidak melakukan tindakan kriminal. Hanya membantu seseorang, " ucap Micha. Jee yang merasa tidak puas dengan penjelasan Micha, langsung menekan keras sudut bibir Micha yang luka. Itu membuat Micha kontan berteriak. Sialan! Darahnya keluar lagi.
"Katakan dengan jelas atau aku akan memperburuk luka-lukamu, " ancam Jee. Micha memandang Jee tidak suka. Itu terkesan memaksa. Dan tatapan matanya seolah mengintimidasinya. Micha merotasikan bola matanya malas.
"Aku menolong seorang wanita hamil—"
"Hah?! Kau menolong? Pasti kau terkena pukulan wanita yang melahirkan itu kan? Hahaha! Maaf. Tapi, aku izin tertawa, " ucap Jee kemudian tertawa dengan keras. Bahkan ada setitik air matanya yang turun karena derai tawanya.
Micha naik pitam. Melemparkan kantong plastik yang berisi bawang ke arah Jee sampai mengenai wajah tampannya.
"YA!! Micha! Kau gila?! "
"Kau yang gila! Kau menyuruhku mengatakan apa yang terjadi. Kau malah menyela kemudian tertawa tidak jelas seperti para pasien penghuni rumah sakit jiwa,"
"Ya ya ya... Terserah. Lanjutkan, "
"Ya..., "
Flashback
Micha menggandeng Eri dengan sedikit mengayunkan tangannya. Dia tersenyum cerah sambil melihat-lihat sekeliling. Menurutnya, pasar tidak seburuk itu. Tapi, mungkin jika Jee menyuruhnya untuk pergi ke pasar lagi. Dia akan memakai masker saja. Setidaknya jika dia melakukan hal idiot, orang-orang tidak akan melihat wajahnya.
Micha melirik Eri yang sibuk menjilat gulali yang baru saja dibeli lima menit yang lalu. Dia tersenyum kemudian dibalas senyuman balik oleh Eri. "Kau menyukainya? " tanya Micha.
Eri hanya menganggukkan kepalanya lucu "Sangat." tangan Micha terulur untuk mengusak gemas rambut gadis cilik itu sambil tersenyum manis.
"Eonni, " ucap Eri sambil berhenti melangkahkan kakinya. Gadis cilik itu tampak membeku ditempat sambil meremat lengan hoodie yang dipakai Micha.
"Eung? " Eri menunjuk sesuatu. Micha menyipit. Terlihat beberapa orang preman mengobrak-abrik kedai milik seorang wanita hamil. Wanita itu tampak menghadang. Tapi, apalah dayanya yang lemah. Preman itu mendorongnya hingga jatuh terhuyung ke belakang. Lalu menendang dan menginjak-injak perutnya beberapa kali.
Bangsat!
Micha merasa hatinya terketuk. Ingin sekali memelintir leher pria botak itu sampai putus. Ataupun memukul dengan keras kepala bagian belakang sampai gegar otak atau bisa-bisa tingkahnya berubah jadi autis. Dia melihat ke sekitar orang-orang hanya memandangi wanita itu tanpa melakukan pertolongan. Mungkin takut terkena getahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Days My Lady
FanfictionGrizella Jane. Ya, atau yang kebih dikenal dengan sebutan Lady Jane. Siapa yang belum kenal dengan wanita itu? Sudah tersohor berkat beberapa julukannya. Seperti, Beauty Devil, Pretty Gangster, Lady Poison, Ratu Dunia Gelap dan Medusa. Pertama kali...