"Dimitri... Kau sudah mengumpulkan semua data-data kapal yang mengunjungi dermaga itu?" tanya Jeff dengan ekspresi dingin. Dimitri berdiri lalu mengangguk.
Tanpa diminta, Dimitri kini bahkan masih menyewa detektif handal demi menelusuri hilangnya Lady Jane. Dia juga bahkan turut andil dalam pencarian. Memang sesetia itu Dimitri pada Ladynya.
"Sudah mister."
"Good. Bawa kemari," ucap Jeff. Dengan cekatan dia membuka dokumen yang diberikan oleh Dimitri. Sialan! Banyak sekali kertas ini. Butuh berapa abad untuk memeriksanya? Dia melemparkan dokumen itu. Merutuki dalam hati. Apa tidak di seleksi dulu ketikannya? Kenapa sangat kecil? Yang membaca dia atau semut?!
Dia memejamkan matanya paksa masih memijit pelipisnya. Dia mengingat-ingat apa saja yang biasanya ada di dermaga? Dia juga berpikir... Apa perlu mencari tahu dengan siapa Negara Gajah Putih itu bekerja sama? Ah! Tidak. Sepertinya terlalu ribet. Itu juga membutuhkan banyak waktu!
"Apa ada cctv di sana?" tanya Jeff berharap-harap. Dimitri mengernyitkan alis. Dia mencoba mengingat-ingat detail dari seluruh dermaga itu. Dia mempunyai ingatan yang cukup baik.
"Sepertinya ada. Tapi, mungkin hanya beberapa mister."
Ddang! Bagus!
Brak!
Jeff menggebrak mejanya. Bagus! Dia menjentikkan tangannya. Dia mengisyaratkan Dimitri untuk mengambil salinan rekaman. Dimitri mengangguk patuh kemudian membungkuk hormat kemudian berlalu.
"Ella. Kau di mana?" tanya Jeff dengan nada sendu. Dia mengambil sebuah figura dengan sebuah foto dirinya dan Ella ketika pre-wedding. Dia mengelus foto wajah Ella. Lalu memeluk figura itu.
Seharusnya dia dulu mencegat Ella. Jika Ella tidak hilang, maka besok mereka akan menikah. Jeff terkekeh miris. Bahkan demi pernikahannya, dia rela memboking satu gedung hotel bintang satu dengan dua puluh lantai.
Uang hangus sih tidak apa-apa. Itu hanya sebagian kecil dari hartanya. Ella menghilang yang justru jadi masalah besar.
"Kuharap kau segera ditemukan."
•
•
•
•"Appa. Aku mempunyai nama untuk kakak ini. Kami tadi sudah berdiskusi," ucap Eri sambil mengunyah sisa kimchi yang ada di dalam mulutnya. Lalu menyuapkan kembali mie ramyunnya yang sudah setengah dingin.
"Benarkah?"
"Eum!" Eri mengangguk antusias. Jee tersenyum manis sampai kedua matanya menghilang.
Micha ikut tersenyum. Melihat Jee yang seperti ini, sepertinya sangat sulit baginya. Hidup sebagai singel parents. Dia pasti berada dalam kesulitan saat Eri mulai menanyakan siapa ibunya. Mengubah topik pembicaraan anak-anak pasti jalan ninjanya.
Apa Jee tidak berniat menikah lagi? Agar anaknya ada yang mengurus. Supaya anaknya dapat kasih sayang seorang ibu juga sih. Dia jadi berpikir. Apakah dirinya sudah menikah? Atau bahkan memiliki anak? Ah! Sudahlah! Pasti belum. Tidak usah terlalu dipikirkan. Jalani saja yang terjadi hari ini.
"Appa bagaimana pendapatmu tentang nama Micha?" tanya Eri. Jee menampakkan raut berpikir. Sekarang dia tau, kenapa Eri selalu menampakkan raut seperti itu saat berpikir. Meniru ayahnya rupanya.
"Hm... Kalau dia tidak keberatan. Ya tidak apa-apa," ucap Jee sambil mengelus lembut rambut putrinya. Eri tersenyum manis.
"Aku tidak keberatan. Terima kasih Eri. Aku suka namanya. Itu terdengar imut," ucap Micha. Eri hanya mengangguk dengan mulut penuh ramyun.
Gimana?
Moga kalian suka 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Days My Lady
FanfictionGrizella Jane. Ya, atau yang kebih dikenal dengan sebutan Lady Jane. Siapa yang belum kenal dengan wanita itu? Sudah tersohor berkat beberapa julukannya. Seperti, Beauty Devil, Pretty Gangster, Lady Poison, Ratu Dunia Gelap dan Medusa. Pertama kali...