Eps. 8. It's You?

47 12 0
                                    

"Micha. Tolong kau pergi ke pasar ya. Aku ada latihan vokal. Kau tidak keberatan kan? " tanya Jee. Micha mengulas senyuman paksa kemudian mengangguk. Dia setuju saja sih. Pria itu kelihatan terburu-buru.

"Oh iya. Setengah jam lagi Eri pulang. Tolong kau jemput juga ya. Uang dua puluh ribu Won cukup kan? " tanya Jee. Micha mengangguk. Eh tidak tahu sih. Dia kan tidak pernah ke pasar.

"Daftar belanjaan ada di meja makan. Aku buru-buru. Maaf. Terimakasih. Sampai jumpa, " ucap Jee sambil melambaikan tangannya kepada Micha. Dia tersenyum manis. Tidak tidak! Pria itu tersenyum tulus!

Baru kali ini dia melihat senyuman tulus pria galak itu yang ditujukan kepadanya. Dia merasa... Terharu. Atau bahagia?

Dia menarik napas dalam sambil memejamkan matanya. Oke. Mari mulai bersiap-siap untuk menjemput Eri ke sekolah. Dan ke pasar. Bahunya melorot. Dia benci pasar.

Dia pikir dia belum pernah menginjakkan kakinya di pasar. Eh. Entahlah kalau di kehidupannya dulu dia malah jadi penjual sayur di pasar. Entahlah. Tapi, dia merasa tidak nyaman ketika mendengar kata pasar.

Dia membuka lemari kamarnya. Huft. Hanya tiga potong celana ini saja. Untuk kaos, biasanya dia meminjam milik Jee. Dia tidak pernah meminta untuk dibelikan baju. Karena di pikir... Dia akan merepotkan. Sudah menumpang. Malah minta ini itu.

Bahunya makin melorot. Bagaimana jika Eri nanti akan merasa malu jika dijemput olehnya dengan pakaian seperti ini? Sebentar... Apa Jee masih menyimpan baju istrinya dulu?

Tidak! Nanti jika Jee melihat pasti akan marah. Atau mungkin... Luka lamanya akan terbuka kembali. Baiklah pinjam hoodie miliknya Jee saja. Dia cemberut. Ya sudah. Memang dia tidak ada baju.

Micha berjalan menuju kamar Jee dengan langkah gontai. Huft. Sampai di kamar Jee, Micha  melirik jam yang ada di nakas. Dia terlonjak kaget. Lima belas menit lagi Eri pulang! Dan dia? Belum bersiap sama sekali.

Dia melihat dirinya di pantulan cermin besar di kamar Jee. Eum... Masih layak kok. Legging hitam dipadukan dengan kaos oversize bergambar ironman milik Jee. Dan rambutnya yang dikuncir kuda. Dia menyambar sisir Jee untuk sedikit merapihkan poninya. Oke, sudah. Mari menjemput Eri.

...

"Kau yakin kalau Ella ada di sekitar sini? " tanya Jeff memastikan. Pasalnya di sini... Bukan lingkungan yang biasanya dihuni oleh kalangan orang seperti Ella. Jeff jadi tidak yakin. Dimitri mengangguk cepat.

"Dimitri... Kau tahu kan? Ini lingkungan apa? " tanya Jeff sambil menggertakkan giginya geram. Dimitri lagi-lagi hanya mengangguk. Jeff memandang datar pria di depannya yang sedang menyetir.

"Saya sudah memeriksa semua alamat orang yang bekerja di perusahaan itu. Karena ini yang paling dekat dengan tempat kita, maka dari itu saya memulainya dari sini, " ucap Dimitri. Jeff hanya merotasikan bola matanya malas. Untuk apa memeriksa semua alamat pekerja?lagipula feelingnya tidak mengatakan jika Ella di sini.

Dimitri yang tahu jika Jeff tidak mempercayainya hanya tersenyum simpul. Dia memang keras kepala.

"Bisa saja jika Lady Jane di bawa ke rumah salah satu pegawai? Kau tahu kan? Tipu muslihat orang kalangan menengah kebawah," ucap Dimitri sambil menyunggingkan senyum remeh.

Oh iya! Benar! Benar sekali perkataan Dimitri ini. Kaum menengah kebawah biasanya memiliki banyak tipu muslihat. Demi mengeruk harta pastinya. Jeff terkekeh remeh. Dasar bajingan miskin.

...

"Hei Eri! " Seru Micha sambil melambaikan tangannya kepada Eri. Gadis cilik itu nampak sumringah. Dia berlari kemudian memeluk erat leher Micha.

"Micha eonni! Tumben kau yang menjemputku? Di mana appa? " tanya Eri sambil mempoutkan bibirnya. Micha tersenyum lembut sambil menyelipkan anak rambut Eri yang tampak berantakan.

"Appa sedang latihan vokal di agensinya. Untuk menjadi seorang penyanyi harus banyak latihan kan? " ucap Micha lirih. Eri hanya mengangguk setuju.

"Kabar baiknya! Kita ke pasar untuk pertama kalinya! Aku akan membelikanmu tteokbokki! " kalau uangnya cukup. Lanjut Micha dalam hati. Gadis cilik itu bersorak bahagia.

"Ayo," ucap Micha sambil menggandeng tangan kecil Eri dan mengayunkannya pelan beberapa kali.

Selepas kepergian keduanya, bisik-bisik antara ahjumma pun tak terelakkan. Mengenai siapa yang menjemput Eri. Hingga perkiraan jika Jee menikah lagi. Ya... Mulut mereka lemas saat sedang bergosip. Biarkan saja. Iri tanda tak mampu.

Gimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana?

Moga kalian suka 😊😊😊

730 Days My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang