Eps 14. Mission

36 9 0
                                    

"Jiwon! Jiwon! Itu!" ucap Dimitri sambil menepuk-nepuk keras paha Jiwon. Laki-laki malang yang tengah menikmati tidur siangnya langsung membuka matanya lebar mengikuti arah pandang Dimitri.

"L-lady?!" ucapnya tergagap. Dia bergegas membuka pintu mobil. Hampir saja kakinya ingin mengecup aspal jalanan pasar. Tapi, sudah dihentikan oleh interupsi Dimitri. Dimitri memukul kepala belakang Jiwon dengan keras. Dia hanya menunduk meringis sambil mengusap bekas pukulannya yang masih meninggalkan rasa nyeri.

Inilah sebabnya aku bertambah tolol.

"Kau mau ke mana bodoh!"

"Tentu saja menghampiri Lady Jane," ucap Jiwon jujur. Dimitri merotasikan bola matanya malas kemudian menarik napasnya tajam. Dia menghadiahkan tatapan membunuh kepada Jiwon. Pria tampan itu hanya meneguk ludahnya kasar kemudian menundukkan kepala.

"Tidak! Jangan dulu. Aku hanya ingin memastikannya dulu. Siapa tau itu hanya orang biasa yang berwajah mirip Lady." Jiwon mengangkat alisnya heran. Memang ada yang seperti itu? Wajah sempurna nyaris tanpa cela milik Lady, tidak mungkin ada duplikatnya!

"Ah! Kau benar! Kita ikuti saja dia dari belakang," ucap Jiwon hendak membuka pintu mobil. Niat hati mengikuti sang Lady. Dimitri malah menarik kaos belakangnya dengan kejam. Membuat lehernya tercekik sesaat.

"Bodoh! Tidak usah. Dia pasti akan menjemput anak kecil itu," geram Dimitri. Jiwon mengerutkan keningnya bingung. Anak kecil siapa lagi? Perasaan Dimitri ini tidak pernah memberitahunya soal anak kecil. Mungkin sudah. Tapi, dia sibuk dengan balasan pesan kekasihnya.

"Anak kecil? Siapa—" ucapan pria itu terpotong oleh Dimitri. Membuatnya mendengus kecil. Dia tidak pernah dibiarkan bicara dengan baik. Selalu saja disela. Jiwon merutukinya dalam hati.

"Jangan bertanya. Tunggu saja mereka baru ikuti dari belakang. Kita perlu tau tempat tinggalnya. Dan..., " ucap Dimitri menggantung. Dimitri memandang patung kucing mobil dengan pandangan menerawang.

"Dan?"

"Mungkin tempat itu yang akan jadi rumah sementara kita. Atau hanya kau?" Jiwon menunjuk dirinya sendiri. Ada sedikit rasa tidak terima.

"Aku?"

"Ya, kau. Kau akan menjadi mata-mata. Segeralah menikah. Lalu, menempati rumah yang berada tepat di samping atau di depan rumahnya."

"Lalu kau?"

"Aku tidak bisa membiarkan bisnis Lady terus-terusan berada dibawah kungkungan Jeff. Dia semakin hari, semakin tidak jelas mentalnya. Sedangkan musuh bebuyutan Lady, Christ terus berusaha untuk menjatuhkan bisnis Lady. Ada hal yang lebih mengejutkan lagi. Kau tau siapa tangan kanannya?"tanyanya. Jiwon nampak berpikir. "Siapa? Mr Jeff?" tebak Jiwon. Dimitri mengusap wajahnya kasar. Menyiapkan cadangan beberapa umpatan dan makian yang akan dilayangkan kepada pria bodoh di depannya.

"Bukan bodoh! Hyun Soo. Si primadona kantor," ucap Dimitri kesal. Jiwon membulatkan bibirnya kemudian mengangguk-angguk pelan. Setelah beberapa detik, dia menyadari bahwa... Apa? Siapa?! Hyun Soo? Dia mengerjap beberapa kali kemudian melihat Dimitri dengan tatapan memastikan.

"HAH?! B–benarkah? Heol! Aku tidak menyangka! Hampir saja diriku jatuh dalam pesona matanya! P–padahal biasanya kami makan siang bersama sambil bercerita mengenai kehidupan masing-masing!" ucap Jiwon sambil memandang langit-langit mobil. Dimitri melipat tangannya masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"Ya... Orang-orang seperti itu sudah pasti pandai berakting. Mungkin dia memiliki kemampuan hipnotis? Atau sebagainya? Kau tau kan? Hipnotis. Membuat orang yang melihat matanya akan mengiyakan semua perintahnya. Aku juga akan menyelidikinya lebih lanjut. Juga mengenai para anak buah Lady yang turut serta dalam mencarinya," lanjut Dimitri. Jiwon menunduk sambil mengusap wajahnya kasar beberapa kali.

730 Days My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang