"Jiwon! Tampar aku! " ucap Dimitri sambil memandang Jiwon dengan rahang mengeras. Jiwon mengerem mobil mendadak. Membuat Jidat mulus Dimitri berciuman mesra dengan dashboard mobil dengan keras. Setelah itu, terdengar lolongan keras kesakitan dari siempunya.
Dimitri melemparkan sorotan tajam kepada Jiwon sambil mengusap-usap jidatnya yang terasa nyeri. Ini sakit. Pasti yang dia lihat tadi nyata. Oke, setidaknya dia tidak mendapatkan-.
Plak
"YA! KENAPA KAU MENAMPARKU?! " teriak Dimitri keras di depan wajah ketakutan Jiwon. Jiwon menunduk dalam sambil menelan bulat-bulat segala makian dan umpatan yang dilayangkan oleh Dimitri. Hei! Dia melakukan apa yang Dimitri suruh 'kan? Lantas, mengapa dia sekarang marah?
"K-kau yang menyuruh tuan," bela Jiwon. Dimitri menatap horor bawahannya. Y-ya tidak salah sih. Tapi, dia tadi sudah tersadar dengan insiden jidat. Dia mengusap kasar wajahnya beberapa kali. Kenapa Lady Jane menerima orang seperti dia?!
Hah!
"Lupakan! Kita akan menunggu di sini sampai pagi. Jangan menanyakan alasan," ucap Dimitri telak. Jiwon hanya mengangguk patuh.
Dimitri mengamati tempat sekitarnya. Dia menghembuskan napas frustrasi. Pertama, ini bahkan belum lebih dari lima puluh kilometer dari rumah Lady. Dia curiga, jika anak buahnya hanya pergi ke luar tanpa mencari dengan benar keberadaan Lady Jane. Oke, akan dia urus nanti saja.
Kedua, kenapa Lady Jane tidak pulang jika dia tau jika dirinya berada di dekat rumah? Tidak mungkin jika Lady menemukan seorang pria lalu mencintainya 'kan? Apalagi, tadi dia menggandeng seorang anak perempuan berusia sekitar lima atau enam tahun.
Tidak mungkin juga jika Lady sudah memiliki anak! Orang bodoh pun tau jika bayi akan lahir setelah sembilan bulan. Kecuali prematur, itu hanya tujuh bulan. Sedangkan, Lady menghilang sejak enam atau tujuh bulan yang lalu.
Kalaupun Lady sudah menikah dan memiliki seorang anak, pasti masih dalam kandungan! Pembuatan anak tidak secepat membuat roti tawar. Yang terpenting... Apakah orang itu hanya seseorang yang mirip dengan Lady? Mungkin... Oh! Tidak-tidak! Lady tidak memiliki kembaran. Wajahnya bukan pasaran! Tidak mungkin! Oke, ini cukup masuk akal untuk kasus lupa ingatan.
Dimitri menggelengkan kepalanya sambil menampar pelan mulutnya. Dia merutuki batinnya. Mengapa dia berpikir jika wajah Lady pasaran?! Haish! Tapi, untuk kasus lupa ingatan, masih bisa dicerna otak.
"Kau tidak apa tuan?" tanya Jiwon memastikan. Dimitri hanya mengangguk. Merogoh saku celananya kemudian menghidupkan layar pipih itu. Dan kembali melanjutkan aktivitas melihat wanita berpakaian sexy. Otaknya membutuhkan refreshing agar tetap bisa berpikir dengan jernih.
Drrttt... Drrrtt.
"Tuan... Kekasihku menelepon. Boleh aku mengangkatnya?" izin Jiwon. Dimitri memandang horor anak buahnya.
"Lalu aku akan mendengarkan keromantisan kalian?! Jangan harap!" sentak Dimitri. Jiwon hanya mengangguk kemudian menolak panggilan kekasihnya. Dia kemudian mengirimkan pesan jika bosnya cemburu ketika mereka akan berbicara romantis.
"Dasar bujang lapuk," dumal Jiwon pelan. Sambil mengetikkan balasan kekasihnya.
"Ya! Aku mendengarnya!" sentak Dimitri. Jiwon hanya diam tidak mendengarkan. Lebih memilih mengetik balasan untuk kekasihnya.
.
.
."Ah iya Hyung. Besok ya? Baiklah, aku akan berkemas sekarang," ucap Jee sambil mengacak pelan rambutnya. "Ne, jalja," ucap Jee kemudian menekan tombol merah untuk memutus sambungan teleponnya.
Tut
Jee menghirup napas pendek. Besok dia akan pindah ke asrama. Dia ingin debut, tapi tidak rela jika harus meninggalkan putri semata wayannya hanya dengan Micha. Apalagi, setelah kejadian yang menimpa Micha tadi. Hah! Otaknya memikirkan sesuatu yang menyeramkan.
Dia menggelengkan kepalanya mengenyahkan segala overthingkingnya. Memilih untuk mulai berkemas sekarang. Tidak banyak. Hanya beberapa potong jeans, kaos oblong dan lima buah hoodie. Dia tidak sampai hati membiarkan Micha selalu memakai pakaian yang sama.
Terutama, fotonya dan istrinya yang telah lama wafat. Foto bertiga. Dia, istrinya, dan Eri yang masih dalam kandungan. Itu bisa disebut foto bertiga kan? Dia menatap sendu wajah istrinya kemudian memeluk figura dengan erat. "Kau pergi begitu cepat sebelum aku memenuhi impianmu," ucap Jee sedih. Dia beringsut meletakkan figura itu ke kopernya.
"Appa? Kau mau pergi?" tanya Eri tiba-tiba. Nampak matanya yang setengah terpejam dengan rambut berantakan dan sebuah boneka teddy kecil usang hadiah dari istrinya dulu.
"Eri? Kau belum tidur?" tanya Jee balik. Eri menggeleng. Jee hanya terkekeh kecil. Pembohong kecil. Dia tau mungkin Eri terbangun karena ingin ke kamar kecil. Dia lantas mendekati putrinya lalu, membawanya kedalam dekapannya. Mengelus lembut rambut putrinya dengan sayang.
"Aku ingin tidur dengan appa. Aku tau kau akan pergi sekolah," ucap Eri dengan mata terpejam. Trainee, disebut Eri sekolah. Oke, tak apa. Jee tertohok. Boleh jika dia menangis sejenak? Dia juga tidak bisa mengajak putrinya ikut ke asrama.
"Ya, appa akan ke sekolah. Tapi, seminggu sekali akan mengunjungimu dengan banyak makanan dan mainan! Eri mau kan?" tanya Jee antusias. Eri hanya mengeliat.
"Eung. Terserah appa. Aku hanya ingin appa berada didekatku," cicit Eri yang terdengar seperti gumaman. Jee menggigit pipi dalamnya kuat. Ketegaran hatinya seolah rontok setelah mendengar kalimat terakhir putrinya sebelum mengetuk alam mimpi.
Jee memandang lekat wajah manis Eri sambil mengelus pelan rambutnya yang sudah acak-acakan. Dia terkekeh kecil ketika mengigat saat pertama kali memandikan Eri waktu bayi. Shampo yang dipakaikannya mengenai mata kanan Eri. Itu cukup membuatnya kalang kabut. Padahal, produk shampo bayi yang dia pakai tidak pedih di mata. Hm... Papa muda amatir.
"Tumbuhlah dengan baik, appa akan membuatmu hidup nyaman di masa depan," ucap Jee kemudian memeluk erat Eri. Memberikan beberapa kecupan selamat tidur untuk Eri sebelum mengetuk pintu alam mimpi.
Gak yakin nanti bisa update. Makanya update sekarang. Gpp ya? 😃Gimana?
Moga kalian suka 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Days My Lady
FanfictionGrizella Jane. Ya, atau yang kebih dikenal dengan sebutan Lady Jane. Siapa yang belum kenal dengan wanita itu? Sudah tersohor berkat beberapa julukannya. Seperti, Beauty Devil, Pretty Gangster, Lady Poison, Ratu Dunia Gelap dan Medusa. Pertama kali...