CHAPTER 7

4.7K 404 18
                                    

Dilain sisi, Seokjin malah sedang asik mengerjakan tugas-tugas kantornya tanpa memikirkan sang istri yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Ani. Mungkin bukan mengerjakan, melainkan hanya membolak-balik kan berkasnya tanpa membacanya terlebih dahulu.

Di meja kerjanya bukan hanya ada berkas yang bertumpuk-tumpuk, tapi ada juga beberapa botol wine serta beberapa bungkus rokok yang tidak tertata rapi disana. Padahal sudah jelas-jelas dia membuat peraturan jika di dalam kantornya tidak boleh ada yang merokok, tapi kini malah dirinya sendiri yang melanggarnya.

Bahkan penampilan nya saat ini sangat miris. Dasi yang sudah entah dimana letaknya, kancing kemejanya yang terlalu terbuka, serta rambutnya yang mulai berantakan.

Kini tangannya bergerak ke botol wine itu berada. Ia mengambil itu dan langsung membuang botolnya ke dalam tempat sampah didekatnya. Bukan hanya itu, semua bungkus rokoknya pun ia buang di tempat sampah. Karna apa? Ya tentu saja karna itu sudah habis semua.

Pintu ruangannya pun dibuka oleh seorang wanita yang lumayan tinggi tapi tidak lebih tinggi darinya. Wanita itu berjalan anggun mendekati atasannya. "Sajangnim, ada yang ingin bertemu dengan anda"

"Siapa?"

"Tuan Jackson wang"

"Suruh dia masuk" perempuan itu mengangguk, lalu membalikkan badannya untuk menjalankan perintah atasannya.

Beberapa detik kemudian, pintu ruangannya pun terbuka lagi. Tapi kali ini menampakkan seorang yang disuruhnya masuk tadi. Orang itu berjalan santai mendekati meja kerja Seokjin.

Ia sesekali menghirup udara di ruangan itu. Ternyata ia kenal sekali dengan aroma yang ia hirup ini.

Orang itu lantas berjalan menuju sofa yang terletak tidak jauh dari meja kerja Seokjin, lalu ia mendudukkan dirinya sana. Tak lupa, kaki kanannya ia letakkan di atas paha kiri.

"Kenapa gak ngajak ngerokok bareng-bareng, 'kan lebih enak jika bersama-sama." Seokjin menghentikan sebentar kegiatannya lalu melihat ke arah Jackson, setelah itu ia lanjutkan lagi kegiatan tidak jelasnya itu.

Sementara itu, Jackson hanya tertawa kecil melihat reaksi tidak senang Seokjin. "Apa kau tidak pernah membawa Jisoo untuk melihat dunia luar, hmm?"

"Dia gak ada waktu buat liat itu" jawab Seokjin tanpa melihat lawan Bicaranya.

"Benarkah? Bukan kah kau yang tidak ada waktu untuknya" oke. Kini emosi Seokjin sudah terpancing oleh Jackson. Ia beranjak dari tempatnya lalu berjalan mendekati rekan bisnisnya itu. "Kenapa kesini, lanjutkan saja pekerjaan mu" tegur Jackson.

"Mau apa kau sebenarnya?" Jackson kini berdiri dari duduknya lalu membenarkan jasnya yang sedikit berantakan. Ia pun berjalan mendekati dimana Seokjin berdiri. Mulutnya pun didekat kan dengan telinga Seokjin. "Jika kau keberatan dengan keberadaan Jisoo dirumah mu, lebih baik dikirim kerumah ku saja" cicitnya di tepat di telinga Seokjin.

Dengan cepat Seokjin menonjok wajah Jackson. Lalu ia tarik kerah kemeja Jackson. "Kau kira Jisoo barang?! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memberikan Jisoo padamu!! Ingat itu!" Seokjin pun mendorong tubuh Jackson agar menjauh. Tapi yang dilakukan Jackson hanya tertawa kecil. Ia pun menghapus darah yang keluar dari ujung bibirnya.

"Lalu untuk apa dia dirumah mu jika dia terus saja kau sakiti. Lebih baik kau berikan pada ku. Aku berjanji akan membuatnya seperti Istri ku sendiri"

"BRENGSEK!!" Seokjin mulai menonjok lagi pipi Jackson. Ia menonjokki nya dengan sangat bruntal. Seakan-akan tidak ada ampun bagi Jackson. Jackson juga tidak mau mengalah. Ia bangkit dan langsung menonjok balik wajah Seokjin. Jackson juga menghajar badan Seokjin tidak kalah bruntal juga.

Bad Husband || Jinsoo (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang