CHAPTER 28

5K 399 50
                                    

Special for you :))

Jan lupa banyakin komen biar author nya ngegas up:>

___________

Sudah tiga tahun semenjak kepergian Jisoo, itu membuat kehidupan Seokjin berubah drastis. Semuanya sudah hilang dan pergi. Ia menjadi pribadi yang dingin dan suka mabuk-mabukan lagi. Seokjin seperti itu juga karna memikirkan keberadaan Jisoo. Ia sudah tidak lagi memikirkan keadaan Sowon karna ia yakin Sowon juga sudah bahagia di tempat lain.

Jika kalian penasaran kenapa Seokjin beranggapan seperti itu, maka akan aku ceritakan kejadiannya.

Saat kejadian dirumah sakit dulu, Seokjin sangat terkejut dengan ucapan Dokter. Dokter itu bilang jika kandungan Sowon sudah tidak bisa di selamat kan. Seokjin sangat sedih mendengarnya apalagi Sowon, ia sangat-sangat sedih bahkan ia menangis kejer karna ia sudah gagal menjaga calon anaknya. Seokjin hanya bisa memeluk Sowon dan memberikan semangat untuk Sowon.

Keluarga Seokjin yang mendengar itu merasa senang karna akhirnya anak mereka tidak jadi menikah dengan Sekretaris nya yang mereka sebut licik itu. Tapi dengan begitu keluarga Seokjin juga masih mempunyai rasa kasihan, maka dari itu setelah mendengar kabar itu kedua orang  tua Seokjin datang kerumah sakit untuk menjenguk Sowon.

Setelah empat hari menginap di rumah sakit, Sowon akhirnya diperbolehkan pulang. Tepat sampai dirumah, Sowon mengajak Seokjin untuk duduk di taman belakang karna ia ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin penting baginya dan juga Seokjin.

"Seokjin, Sekarang kamu udah gak ada tanggungjawab lagi. Kamu gak harus nikahin aku karna bayi yang aku kandung juga udah gak ada, jadi kamu bisa bebas. Kamu bisa ajak Jisoo buat tinggal lagi disini." Sowon memberikan jeda sebentar.

"Aku mau ke London. Aku akan ngelanjutin kuliah aku disana. Aku mungkin gak akan balik lagi kesini karna aku akan menetap disana. Aku begini karna aku malu, Seokjin. Aku malu karna udah jadi perusak rumah tangga kamu. Aku malu sama Jisoo. Aku malu sama keluarga kamu. Dan aku malu sama kamu." Tak terasa air mata Sowon keluar.

"Jadi aku mohon, buat Jisoo tinggal lagi disini dan bilang sama dia kalo aku minta maaf atas semua kesalahan yang aku buat. Aku terlalu malu buat ngomong langsung ke Jisoo. Seokjin, kamu mau kan ngabulin permintaan aku." Tanya Sowon dengan mata yang berair.

Seokjin hanya menatap datar Sowon. Sejujurnya ia juga sedih karna kegugurannya kandungan Sowon. Seokjin tidak tahu ingin melakukan perintah Sowon atau tidak. Ia tentu tau, pasti tidak mudah membawa Jisoo kesini lagi apalagi kejadian dirumah sakit lalu itu malah membuat Jisoo semakin membencinya.

Akhirnya tangan Seokjin bergerak menghapus air mata Sowon yang sedari tadi mengalir.

"Aku gak yakin kalo Jisoo mau tinggal lagi sama aku. Dia pasti benci banget ngeliat aku, Sowon." Sowon menggeleng kecil.

"Sebenci-bencinya Jisoo, pasti dia masih cinta sama kamu. Aku yakin pasti dia mau balik sama kamu. Dan satu hal lagi yang mau aku kasih tau ke kamu"

"Apa?"

"Kejadian aku kepleset itu emang bener-bener kecelakaan. Itu bukan salah Jisoo. Itu emang akunya aja yang gak hati-hati." Mendengar itu, Seokjin malah makin merasa bersalah karna sudah menuduh Jisoo bahkan ia menampar Jisoo lumayan kencang.

Sowon memeluk Seokjin perlahan. "Besok sore aku akan berangkat kesana. Kamu jaga diri baik-baik". Seokjin membalas pelukan nya.

Jadi karna itulah Seokjin menganggap Sowon sudah bahagia di tempat lain.

Ceklek!

"Hyung, ini udah jam makan siang. Apa Hyung gak mau makan?" Tanya Taehyung yang menjabat sebagai Sekretaris Seokjin. Tapi yang ditanya malah diam, tidak menjawab apapun dan itu membuat Taehyung kesal.

"Hais. Punya dosa apa aku dulu, sampe sekarang aku jadi sekretaris dari mayat hidup ini?" Gumam Taehyung tapi Seokjin bisa mendengarnya. Seokjin pun menatap nya tajam.

Taehyung yang merasakan tatapan tajam Seokjin hanya bisa tersenyum kotak.

"Dasar alien" kata Seokjin yang untung saja bersuara didalam hati.

"Hyung, ayolah makan. Aku kasihan melihat mu seperti ini terus. Bahkan aku yakin berat badan mu berkurang dua puluh kilo"

Tak!

Akhirnya satu pulen berhasil mengenai kepala Taehyung dan itu membuat Taehyung menggerutu.

"Kenapa cerewet banget sih. Kalo kamu mau makan siang ya makan aja"

"Ish, aku 'kan peduli sama Hyung. Ayolah Hyung kita makan bersama." Seokjin masih tidak menjawab.

"Huft, baiklah kalo Hyung gak mau makan. Kalo gitu, aku juga gak mau ngelanjutin nyari Jisoo. Ok, Bye" Taehyung berjalan menjauh dari meja kerja Seokjin.

"Ya! Ya! Ya! alien, ah maksud ku Taehyung-a aku akan makan bersama mu" dengan cepat Taehyung membalikan badannya dan menghampiri Seokjin.

"Baiklah, ayo" ajak Taehyung sambil menautkan tangan mereka.

"Ya! Aku bisa jalan sendiri"

________________

"Mama, ayolah. Pasti Mama tau 'kan dimana Jisoo tinggal sekarang?"

Dari tadi Seokjin terus saja memohon pada Tuan dan Nyonya Kim agar kedua orang tuanya itu memberitahukan keberadaan Jisoo.

"Papa, Papa pasti tau kan dimana Jisoo? Ayolah, Pah. Aku mau ketemu Jisoo sama anak aku. Pasti anak aku udah besar. Pah jawab, pah." Tuan Kim juga tidak merespon sedikitpun ucapan Seokjin. Ia malah sibuk membaca koran yang ia pegang.

"PAPA!!!" Tuan Kim menatap Seokjin yang barusan meneriaki namanya. "Papa denger aku ngomong gak sih dari tadi?!"

"Denger kok. Terus?" Mendengar jawaban ayahnya yang terlalu santai, itu membuat Seokjin hampir saja mengeluarkan air matanya.

"Pah, aku mau ketemu sama keluarga aku. Aku mau ketemu Jisoo sama anak aku"

"Udah itu doang?"

"Aku mau minta maaf sama Jisoo" lirih Seokjin.

Tuan Kim menutup korannya dan meletakkannya di meja. Ia berdiri dan berjalan mendekati Seokjin yang sedang menundukkan kepalanya.

Sejujurnya ia juga tidak tega melihat keadaan anaknya ini. Sudah tiga tahun Seokjin terus saja merengek meminta diberitahukan tempat Jisoo tinggal sekarang. Tapi ia juga kesal bahkan marah dengan perilaku Seokjin. Tentu Tuan Kim tau kenapa menantunya itu bisa pergi dari Seoul. Semua itu ia tau dari Minhyuk. Kepindahan Minhyuk ke Daegu juga Tuan Kim yang suruh karna ia ingin Minhyuk juga menjaga Jisoo dan juga Cucunya.

"Udah nyesel? Udah kerasa nyeselnya?" Seokjin hanya diam. "Terus kalo kamu udah minta maaf ama Jisoo kamu mau apa? Mau nyiksa lagi dia sampe mati?" Seokjin mengangkat kepalanya dan menggeleng cepat.

"Dia udah bahagia sama Cucu Papa. Kamu gak usah ganggu lagi kehidupan Jisoo. Kasihan dia kalo kamu muncul lagi" lanjutnya.

"Papa cuma kasihan sama Jisoo, apa Papa gak kasihan sama anak aku. Dia juga butuh seorang ayah, dan orang itu adalah aku. Anak aku mungkin belum ngerti, tapi lama kelamaan pasti dia bakal nanyain aku, ayahnya" jawab Seokjin.

"Se–PD itu ya kamu. Apa kamu yakin kalo anak kamu akan nyariin kamu. Mungkin aja Jisoo udah nikah lagi sama orang lain dan anak kamu bisa ngerasain kasih sayang seorang ayah dari suami baru Jisoo."

"Papa kenapa sih gak mau bantuin aku buat dapetin Jisoo lagi. Jisoo gak mungkin nikah lagi karna status dia masih jadi istri aku. Kalo Papa gak mau bantuin aku nyari Jisoo, ya Papa bilang aja. Gak usah pake manas-manasin aku. Aku akan nyari Jisoo sendiri!!!"

Seokjin pun berjalan keluar dengan perasaan marah. Sedangkan Tuan dan Nyonya Kim yang menyaksikan itu hanya diam. Itulah yang mereka inginkan, Seokjin harus mencari Jisoo sendiri tanpa bantuan orang lain. Jika Jisoo dan Seokjin masih berjodoh maka pasti mereka akan dipertemukan, tapi jika tidak... Ya kita bisa apa.

Bersambung..

Bad Husband || Jinsoo (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang