CHAPTER 35

5.2K 402 70
                                    

Kini, kehidupan Seokjin kembali suram seperti sebelumnya. Ia menyerah jika harus membuat Jisoo kembali padanya. Tapi, ia masih tidak sanggup jika harus kehilangan Jisoo dan Younghoon. Ia tidak bisa hidup tanpa mereka.

Setelah kembali ke Seoul, Seokjin menjadi malas lagi untuk pergi bekerja. Karna jika ia lakukan itu, pikirannya hanya tertuju pada Jisoo dan Younghoon. Sehingga ia tidak dapat fokus dengan pekerjaannya. Jadi untuk apa ia bekerja?

Bahkan sekretarisnya yang harus menghandle semua pekerjaannya Seokjin, dan itu tentu tidak cuma-cuma. Taehyung meminta Seokjin untuk menaikan gajinya tiga kali lipat jika Seokjin mau dirinya yang menghandle semua pekerjaannya. Dia kira semua ini gampang(?). Tapi dengan entengnya, Seokjin menyetujui itu dan membuat Taehyung bersorak kegirangan.

Bagi Seokjin, uang bukan segalanya tapi keluargalah yang sangat penting dalam hidup kita. Jadi, untuk apa punya uang banyak jika tidak ada keluarga.

"Hei, mau sampai kapan begini?" Ujar Minhyuk yang sedang bermain di rumah Seokjin. Minhyuk memang sudah mengetahui penyebab adiknya seperti ini. Siapa lagi kalo bukan karna Jisoo dan Younghoon. Minhyuk bahkan tau jika Seokjin sudah menemukan keluarga nya.

Seokjin hanya menolehkan kepalanya ke arah sang kakak. "Gue brengsek banget ya, Hyung, ampe Jisoo gak mau maafin gw?"

Minhyuk menghela nafasnya, "iya. Lu baru nyadar. Bukannya gw udah sering ngatain lu brengsek?" Seokjin mengangguk membenarkan ucapan sang kakak

"Hyung, gue harus gimana? Gue gak bisa hidup tanpa Jisoo sama Younghoon. Apa gue mati aja, Hyung?" Ucapnya dengan nada yang sangat lirih.

Minhyuk langsung menatap Seokjin kala adiknya berkata seperti itu. Jujur, ia juga kasihan dengan dengan itu. Tapi apa daya, mungkin Jisoo sudah terlanjur kecewa pada Seokjin.

"Mau mati? Terus kalo udah mati mau ngapain?" Tanya Minhyuk dengan santai, lalu mendudukkan bokongnya di samping kiri Seokjin.

"Gak tau"

Sungguh.

Pembicaraan absurd apa ini.

"Lu beneran udah nyerah?" Tanya Minhyuk sekali lagi. Padahal ia tidak mau melihat Seokjin menyerah begitu saja. Jisoo juga pasti masih mempunyai rasa pada Seokjin, hanya saja adik iparnya itu masih sakit hati.

"Ya terus mau gimana lagi, Hyung. Jisoo nya aja udah gak mau lagi sama gue"

Minhyuk melirik Seokjin sambil mengerutkan keningnya. "Lu nya aja yang gak mau berusaha, bego"

"Gue udah berusaha, Hyung, tapi dia tetep gak mau balik ke gue hiks.. hiks.." Minhyuk mendelik geli mendengar Seokjin terisak. Ingin sekali ia tertawa sekarang.

"Lagian elu sih, pas dulu jahat banget sama Jisoo. Udah kek psikopat, hampir kek dakjal malah"

Seokjin malah semakin terisak. Ia berbalik badan dan langsung saja ia memeluk tubuh Minhyuk. Salah satu kakinya ia taro di atas paha Minhyuk dan tangannya memegang badan Minhyuk.

Geli dan Jijik. Itulah yang Minhyuk rasakan saat ini.

Untung saja dirumah Seokjin sedang tidak ada orang, kecuali mereka berdua, jika saja ada orang yang melihat, entah mau taro dimana muka Minhyuk.

"Hyung, bantuin gue dong hiks.. lu kan kakak gue, masa lu gak mau bantuin adek lu yang tampan ini hiks.."

Minhyuk merotasikan bola matanya. Jika saja adiknya ini sedang tidak bersedih, maka ia akan membuangnya ke tempat yang jauh, seperti kutub Utara, mungkin.

"Dih ogah. Itukan masalah elu, ya selesaiin sendiri lah"

"Ah lu mah gitu dah hiks.." Seokjin semakin menelusup kan kepalanya.

Bad Husband || Jinsoo (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang