Chapter 30

275 42 7
                                    

Terkadang Nana membayangkan bagaimana jika saat ia dan Jaehyun tertangkap basah oleh karyawan lain ketika mereka sedang berduaan. Nana penasaran seperti apa reaksi mereka. Nana belum menceritakan kabar kencannya dengan Jaehyun ke siapa pun termasuk Yuta kakaknya sendiri.

Seharian ini Jaehyun pergi bersama Doyoung, dan hanya di kantor saat pagi saja. Jadilah Nana tak bisa melihat wajah kekasihnya itu di kantor. Tapi sore ini beruntung, Jaehyun menyempatkan waktu untuk menjemput Nana di kantor dan mengantarnya pulang.

"Maaf harus berjalan kaki, karena di dekat sini ada perbaikan jalan. Jadi mobil tidak dapat lewat," kata Nana, yang hanya dijawab dengan sebuah senyum oleh Jaehyun.

Jaehyun merasa tak keberatan sama sekali, lagi pula apartemen Nana tidak terlalu jauh. Justru dengan berjalan kaki berdua begini, Jaehyun dapat berbincang-bincang dengan Nana, sebab seharian ini ia tak bertemu dengan wanitanya di kantor.

Jaehyun menggandeng tangan Nana, dan satu tangannya lagi membawakan tas Nana. Dua sejoli itu melangkah menyusuri jalanan yang tak terlalu ramai, seraya menikmati langit sore dan terpaan angin sejuk yang mengenai kulit.

Sampai akhirnya di tengah langkah mereka, Nana menepuk pundak Jaehyun dan menujuk ke suatu arah. Ternyata sebuah rumah bertingkat dua dengan halaman luas, dan memiliki taman kecil di sana.

"Lihat rumah itu." Nana tersenyum memandangi rumah yang ada di seberang jalan.

Jaehyun ikut melihat rumah yang ditunjuk Nana, dengan penasaran. "Iya, aku lihat. Kenapa dengan rumah itu?" tanya Jaehyun.

Nana mendekatkan bibirnya ke telinga Jaehyun. "Aku suka melihat rumah itu," bisik Nana, kemudian terkekeh.

Lalu Nana melepaskan genggaman tangan Jaehyun, kemudian menautkan kedua tangannya di depan dada. "Aku mau berdoa dulu, agar kita bisa punya rumah yang bagus seperti itu," ucap Nana sembari melirik Jaehyun.

Jaehyun mengangguk, dan melihat bagaimana Nana mulai memejamkan matanya perlahan. Sampai tanpa sadar ternyata ia sudah melukis senyuman, sebab melihat Nana yang tengah berdoa di bawah sorot sinar matahari sore yang menghangatkan tubuh, sekaligus hatinya.

"Nah sudah," ucap Nana dan membuka matanya.

Jemari Jaehyun meraih kembali tangan Nana, tanpa menghapus senyuman di wajahnya.

**

Nana membuka pintu apartemennya, dan mempersilakan Jaehyun masuk. Ternyata menempuh perjalanan dengan jalan kaki, tak buruk juga. Bahkan Nana tak merasa pegal di kakinya sama sekali.

"Aku hanya mampir sebentar," ucap Jaehyun setelah ia melepas sepatunya.

Nana mengangguk paham, karena Jaehyun tak bisa meninggalkan Nora terlalu lama. Pria itu memiliki segudang kewajiban, dan Nana bisa memakluminya.

Nana menyalakan lampu, dan meninggalkan Jaehyun sendirian di depan TV.

"Aku mau pesan makanan, kau mau?" tanya Nana dari dalam kamar mandi, gadis itu sedang membersihkan riasan wajahnya di sana.

Jaehyun yang sedang mengistirahatkan kaki dan punggung di sofa itu tak begitu jelas mendengar apa yang Nana ucapkan.

"Aku tidak bisa mendengarmu," ucap Jaehyun,

Nana menggeleng tak habis pikir. Apakah Jaehyun sudah setua itu sampai-sampai muncul gejala penuaan seperti berangsurnya hilang indera pendengaran.

"Nana-ya, apa kau punya obat sakit kepala?" tanya Jaehyun.

Tiba-tiba saja Jaehyun merasa kepalanya berdenyut hebat, dan terasa berat sekali. Karena terlalu pusing kepalanya, bahkan ketika Jaehyun memejamkan matanya ia sampai mengeluarkan air mata.

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang