Chapter : 8

297 41 13
                                    

Iringan piano mengalun lembut mengisi ruang dan waktu, walau tak sebagus seorang masterpiece, namun Fur Elise yang dibawakan Nora bisa dibilang cukup lancar untuk anak seusianya.

Jemari gadis itu bergerak dengan lihai, ia bahkan tak memerlukan buku lagu untuk petunjuk. Nora dan Fur Elise, seperti kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Maha karya Beethoven ini, seolah mendarah daging di diri Nora. Entah sudah berapa kalinya lagu ini dimainkan, sejak selesai mandi hingga menuju malam Nora tak ada bosan-bosannya.

Sejak usia empat Nora memang sangat terobsesi dengan musik, dan semakin bertambahnya usia gadis itu juga menyukai piano. Tapi karena dulunya keterbatasan biaya, maka Jaehyun hanya mampu membelikan sebuah keyboard untuk Nora berlatih. Hidup pun terus berjalan dan berputar, kini Nora menjadi putri dari wakil direktur keuangan asuransi jiwa, gadis itu mempunyai piano sendiri bahkan mengikuti kursus tiap Sabtu.

Jaehyun yang tampak lebih segar karena habis mandi keluar dari kamarnya usai beres-beres. Hidup berdua saja dengan Nora, membuat Jaehyun melakukan banyak peran penting di rumah seperti memasak, beres-beres, untuk soal mencuci pakaian Jaehyun menyerahkannya ke binatu. Setelah Nora menginjak usia tiga tahun, Jaehyun mampu menyewa apartemen sendiri, kemudian ketika Nora berusia lima tahun Jaehyun pindah ke apartemen yang lebih besar.

Semua yang ada di dunia selalu berproses, belajar, pekerjaan, dan menata hati. Jaehyun masih dihantui rasa penasaran soal perundungan yang dialami Nora. Anak gadisnya itu menutup rapat-rapat bibirnya, dan enggan memberi tahu apa pun.

Seperti saat ini, Jaehyun duduk di samping Nora. Segelas susu dingin kesukaan Nora diletakkan di atas piano, itu sebagai salah satu upaya Jaehyun agar Nora mau membuka suara.

"Sayang, di sekolah tadi belajar apa saja?" tanya Jaehyun. Pertanyaan yang selalu ia berikan tiap malamnya. Jaehyun mengusap puncak kepala Nora dengan lembut, dan menciumnya. Jaehyun selalu suka wangi rambut anaknya itu. Wangi buah segar, dan sangat menenangkan.

"Bahasa Inggris," jawab Nora. Singkat, dan padat. Nora memang selalu seperti itu, jarang tertawa, tersenyum, dan tidak banyak berbicara. Sangat pendiam dan kaku. Gadis itu sulit menunjukkan perasaannya melalui ekspresi maupun perkataan.

Jaehyun memperhatikan jemari Nora yang sibuk menari di atas tuts. Jari-jari kecilnya tampak manis dan menggemaskan, hingga kedua sudut bibir Jaehyun terangkat. "I love you, Baby." Jaehyun mengecup pipi tembam Nora, gemas.

Nora hanya diam saja tak merespons ucapan Jaehyun. Baginya, Fur Elise lebih seru dan menyenangkan.

"Nora, adakah yang membuat Nora ketakutan di sekolah?"

Beberapa detik kemudian Nora menggeleng. "Tidak."

Lagi, lagi gagal. Jaehyun sudah menanyakan hal yang sama sejak Nora pulang sekolah. "Tapi Nora dikurung di toilet," ucap Jaehyun. Ia mencoba menahan emosinya agar tidak meluap, karena jujur jika mengingat kejadian Nora yang dikurung sangat memukul hatinya.

"Nora tadi bersembunyi, lalu tidak bisa keluar."

Jaehyun termenung beberapa saat. Bagaimana bisa gadis kecil di sampingnya ini tetap bungkam saat ditanya siapa yang mengganggunya? Jaehyun mempelajari satu hal, menjadi orang tua memang tidak mudah. Sedekat apa pun hubungan orang tua dengan anak, jika tidak mampu mengerti apa yang dimau dan dirasakan sang buah hati—saat itu juga timbul rasa kecewa yang amat besar.

Dulu Jaehyun pernah berjanji, akan terus menjaga Nora. Tapi ternyata, ketika mengetahui Nora mengalami hal merugikan di sekolah, ia merasa seolah gagal menepati janjinya, dan itu membuatnya sedih.

"Kalau ada yang membuat Nora takut, atau sedih di sekolah. Bilang ke ibu guru ya?" Jaehyun mengecup kening Nora, kemudian Jaehyun menyandarkan kepalanya di pundak kecil Nora, tangannya merangkul tubuh anaknya itu dengan resah. Sedih dan sesalnya tak mampu dijabarkan dengan kata-kata yang jelas.

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang