Chapter 12

228 39 10
                                    

"Oh let the bullets fly, oh let them rain.

My life, my love, my drive, it come from pain."

Believer - Imagine Dragons

---

"Astaga hujan," gumam Nana.

Nana melihat hujan di luar yang begitu deras, padahal seharian cuacanya cerah dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. Tapi, Nana beruntung karena kebiasaannya yang selalu membawa payung lipat di tas tidak sia-sia sekarang.

Terdapat beberapa orang berkumpul di lobby, sepertinya mereka terjebak hujan dan terpaksa harus menunggu reda. Nana mengeluarkan payung birunya dari tas. Kakinya melangkah sampai tiba di depan pintu keluar, di sana barulah Nana mengembangkan payungnya.

"Sudah mau pulang, Nana-si?"

Suara baritone itu membuat Nana menoleh, kemudian mengangguk begitu matanya bertemu pandang dengan Jaehyun. "Iya Wakil Direktur," jawab Nana.

Tak sengaja Nana melihat sepatu Jaehyun yang terkena percikan hujan. "Kalau Wakil Direktur sendiri, sudah mau pulang?" tanya Nana, yang lalu dibalas gelengan oleh Jaehyun.

"Aku masih harus datang ke acara makan malam dengan dewan direksi." Jaehyun tersenyum tipis. "Hujannya deras sekali, hati-hati di jalan Nana-si."

Nana hanya diam. Matanya melihat jalan besar di depannya. Halte bus tujuannya tepat di seberang sana, tidak begitu jauh. Lalu terlintas sebuah ide, melihat Jaehyun yang terjebak hujan dan tahu ia akan menghadiri makan malam, Nana ingin menyerahkan payungnya. Karena sepertinya Jaehyun lebih membutuhkan payung itu.

"Wakil Direktur, kau bisa memakai payungku jika mau. Sepertinya butuh waktu lama hujannya untuk reda." Nana menyodorkan gagang payungnya. "Tenang saja, aku hanya berjalan sampai halte di depan sana. Tidak apa-apa," imbuhnya, ketika melihat sorot mata Jaehyun yang datar.

Beberapa detik keduanya diam saling beradu pandang, dan hanya terdengar tetesan hujan yang deras. Jaehyun memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana, lalu menatap Nana. Pria itu seperti ingin mengutarakan sesuatu, namun menunggu waktu yang tepat.

Merasa aneh karena terus ditatap seperti itu oleh Jaehyun, Nana pun jadi salah tingkah. Tatapan Jaehyun sekarang ini selalu muncul saat Nana melakukan kesalahan, maka dari itu Nana bertanya-tanya kesalahan apa lagi yang ia perbuat di mata atasannya ini.

"Aku meminjamkan payung ini dengan senang hati, jadi tidak apa-apa bila kau pakai, karena sepertinya Wakil Direktur lebih membutuhkan ini sekarang," ucap Nana dengan hati-hati, takut bila salah bicara.

Jaehyun tidak menjawab, dan justru memperhatikan jam tangannya. Tak berselang lama, Yeji datang dan menghampiri Jaehyun. Terlihat di tangan sekretaris Jaehyun membawa payung lipat.

Pantas saja dia tidak menerima payungku, ternyata membawa sendiri. Tapi kenapa tidak langsung menolaknya, dan diam saja. Buat orang memikirkan yang tidak-tidak, batin Nana

"Ini Wakil Direktur payungnya yang tertinggal." Yeji menyerahkan payung itu ke tangan Jaehyun, lalu meninggalkan Jaehyun dan kembali ke dalam gedung.

Jaehyun menatap payung lipat di genggamannya. "Nana-si," panggil Jaehyun, lalu menatap Nana. "Kenapa kau selalu menempatkan dirimu sendiri di kerugian?"

Kerutan di dahi Nana semakin dalam, dan kedua alis wanita itu saling bertemu. "Permisi, maksud Wakil Direktur apa?"

Payung yang di genggaman Jaehyun itu lalu dikembangkan. Sebuah raut wajah remeh ditampakkan kepada Nana. "Aku tidak melarangmu berbuat kebaikan, tapi bukankah jika itu membuat diri sendiri rugi tidak baik jika dibiasakan, betul bukan Nana-si?" Jaehyun memperhatikan Nana yang kini mematung di hadapannya. "Kau menyerahkan payungmu kepadaku, lalu membiarkan dirimu sendiri basah terkena hujan. Bukankah itu termasuk merugikan diri sendiri?"

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang