Chapter : 7

281 50 17
                                    

Sepasang mata kosong mengarah ke luar jendela, bersamaan dengan itu rambut tipis Nora tertiup angin hingga membelai wajahnya. Lapangan kosong di luar, ingin rasanya Nora pergi ke sana. Tidak nyaman di dalam kelas, terlalu gaduh di telinga dan pening di kepala. Saat ini tengah berlangsung pelajaran bahasa Inggris, Nora membenci segala pelajaran yang mengandung materi tentang bahasa.

Gadis usia tujuh tahun itu lebih menyukai keheningan, dan amat sangat membenci keramaian. Sejak jam pertama pelajaran mulai, yang dilakukan Nora hanya diam seraya menatap jendela. Walau Nora kurang perhatian dengan penjelasan di kelas, perkembangan kognitif gadis cilik itu sama sekali tidak ada masalah. Akan tetapi tak mudah bagi Nora untuk memahami sebuah perintah atau penjelasan yang kompleks.

"Jung Nora."

Kedua alis Nora tersentak bersamaan. Kepalanya menoleh setelah beberapa detik namanya dipanggil oleh guru.

"Dapatkah kau memperhatikan papan tulis? Ibu guru sedang menggambar denah, kau harus memperhatikan agar bisa menunjuk arah menggunakan bahasa Inggris saat ulangan nanti, Nak," kata Seolhyun, si guru bahasa Inggris yang belum lama mengajar di sekolah.

Nora tak berani menatap Seolhyun, dan memilih menundukkan kepala, kemudian mengangguk pelan. "Iya, Bu Guru," jawabnya dengan intonasi rendah.

Akhirnya pelajaran dilanjutkan kembali. Beberapa anak yang duduk di belakang masih sesekali memperhatikan Nora. Para penghuni kelas memang tak lagi heran bila Nora sering terkena teguran, dan pasti hanya seputar tentang memperhatikan dan konsentrasi di kelas. Bukan suatu hal baru juga, jika Nora sering kedapatan melamun dan menyendiri di kelas. Gadis kecil itu bahkan enggan mencari teman dan ditemani siapa pun, berteman bagi Nora seolah sebuah belenggu.

Bel yang ditunggu-tunggu berbunyi. Semua murid berhambur ke luar kelas untuk menikmati jam istirahat, biasanya jam itu dihabiskan untuk makan dan bermain di luar kelas. Ketika semua anak bermain, bersenda gurau, berlarian di lapangan, serta mengantre di kantin, Nora duduk menyendiri di kelas seraya menikmati bekal makan siang buatan ayahnya.

Bento berwarna merah muda, dengan isi telur gulung dan daging yang ditata rapi oleh Jaehyun, terlihat sangat lezat. Dengan lahap Nora menyantapnya, tak lupa sebuah susu pisang turut menjadi pelengkap makan siang Nora.

Sedang tentram menyantap bekal, dua jagoan cilik kelas datang dan membuat Nora waspada. Chenle, dan Haechan. Dua bocah yang langganan mengganggu ketenangan seluruh penghuni kelas, terutama Nora.

"Wah! Hai Nora!" teriak Haechan. Kakinya berlari ke meja Nora, begitu memasuki ruang kelas.

Satu hari yang berat akan dimulai lagi. Nora diam dan tidak menggubris mulut berisik Haechan. Gadis itu buru-buru mengunyah dan menelan makanannya, sampai tersedak-sedak.

Melihat itu pun Chenle menepuk-nepuk punggung Nora. "Aigoo, Si Bodoh ini salah tingkah melihat Haechan," ucap Chenle, lalu diikuti tawa renyah dari mulutnya.

Haechan dan Chenle memang terkenal jahil, entah dari perkataan maupun tindakan. Tak jarang kedua orang tua mereka diundang ke sekolah, akibat perilakunya yang membuat temannya terganggu.

Haechan menarik kursi, dan duduk di sebelah Nora. Bocah itu menatap Nora dan tersenyum jahil. "Kenapa kau tidak sopan dengan guru? Tidak pernah memperhatikan, dan tidak mau bermain dengan kami? Kenapa kau sombong sekali Nora? Apa ibumu tidak pernah mengajarkannya di rumah?" Lalu Haechan menepuk kepalanya. "Ah iya! Nora tidak punya ibu. Kasihan."

Selalu saja Haechan dan Chenle menyinggung soal ibu, ibu dan ibu. Nora saja tidak tahu rupa ibunya seperti apa, di mana ibunya saja ia tidak tahu. Nora menyelesaikan makannya, lalu kemudian merapikan meja.

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang