Chapter 32

355 39 10
                                    

"Tempat di mana aku meninggalkanmu, tempat aku berlari darimu

Itu adalah pusat kenanganku denganmu"

The Eye - Infinite

"Sepertiya kau sibuk akhir-akhir ini, Putriku," ucap Yoochun sembari mengaduk kopi hangatnya.

Pagi-pagi memang paling cocok jika ditemani secangkir kopi hangat, sembari menunggu sarapan disajikan. Tentunya akan lebih sempurna jika sarapan dengan anggota keluarga. Tapi, sepertinya Yoochun akan sarapan hanya berdua dengan istrinya, karena putri semata wayangnya akan segera berangkat bekerja.

Rose meminum teh hijau kesukaannya itu sembari mengukir senyum. "Mungkin aku akan jarang pergi ke rumah sakit," ucap Rose.

Mendengar itu, Yoochun menatap Rose serius. "Apa maksudmu, kenapa memangnya?" tanya Yoochun. Tampak kebingungan di raut wajah yang tak lagi muda itu.

"Aku sudah bekerja di stasiun TV sekarang untuk menjadi dokter narasumber di sana. Bukankah itu menakjubkan. Ah ... ini juga bisa meninggikan nilai saham rumah sakit kita," ucap Rose.

Yoochun menghela napasnya dan menggeleng pelan. "Kau harus ingat, bahwa kau ini satu-satunya pewaris Ayah. Kau tahu kalau aku sudah tua," ucap Yoochun, kemudian beralih membaca surat kabar.

Rose sudah bisa menebak kalau ayahnya akan bicara semacam itu. Padahal Rose baru saja merasakan sebagian kecil mimpinya terwujud. Mungkin tidak menjadi seorang idol, melainkan menjadi seseorang yang memiliki penggemar dan tampil di publik.

**

Matahari siang kali ini cukup terik, dan paling nikmat jika ditemani segelas smoothie dingin. Selain menyegarkan kerongkongan, juga banyak vitamin yang diperlukan tubuh. Kebanyakan wanita di Seoul sangat menyukai smoothie atau jus buah, karena menurut mereka sangat bagus untuk kulit.

Seperti saat ini Nana dan Jisoo sedang menikmati sisa waktu istirahat siangnya dengan segelas smoothie di cafeteria.

"Ahh menyegarkan sekali, smoothie dengan buah beri memang paling enak," ucap Nana sembari tangannya mengaduk-aduk smoothie-nya dengan sedotan.

Jisoo yang duduk tak jauh dari Nana mengangguk. Wanita itu sedang asyik menggeser jarinya di atas layar ponsel, melihat aktivitas dan kabar terbaru di Korea saat ini lewat internet. Kalau soal mengenai hal baru, dan gossip hangat—Jisoo pakarnya, wanita itu tak pernah ketinggalan jaman.

Tiba-tiba saat suasana sedang hening, Jisoo mengeluarkan suara yang membuat Nana terkejut.

"Daebak!" cicit Jisoo, seraya menutup mulutnya sendiri.

Nana menoleh, dan buru-buru menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan Jisoo. "Ada apa?" tanya Nana penasaran. Ia pun ikut melihat ke layar ponsel Jisoo.

"Dokter muda yang baru-baru ini sedang jadi pembahasan di Korea Selatan, ternyata mantan kekasih Si Wakil Direktur kita?!" ucap Jisoo.

Nana tersentak begitu mendengar ucapan Jisoo, dan langsung merebut ponsel Jisoo dan melihat berita yang tertulis.

"Lee Rose ... dia—mirip sekali dengan Nora," ucap Nana lirih begitu melihat foto masa muda Rose dan Jaehyun yang terpasang di dalam berita tersebut.

Mendadak sekujur tubuh Nana lemas, jantungnya berdebar tak karuan. Bahkan untuk bernapas saja terasa berat.

"Hey, Nana-si. Kau tidak apa-apa?" tanya Jisoo yang khawatir melihat perubahan raut wajah Nana.

Nana jelas sekali melamun. Tatapannya kosong ke depan, dan kedua alisnya nyaris bertaut, tampak sekali menyiratkan sebuah kekhawatiran yang begitu amat besar di sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang