Chapter : 4

411 61 32
                                    

"Aku tidak tahu apa yang harus dikatakan,

atau bagaimana untuk menahanmu."

Super Junior - Coagulation

***

Lelah. Kata ini memiliki artian yang amat luas. Akan sangat panjang, dan acak bila harus dijelaskan. Bagi Jaehyun, artinya terasa amat kompleks. Tidur berjam-jam pun tidak mampu menyembuhkan rasa lelahnya. Lelah di hati, dan pikiran, lelah bertahan, juga lelah berpura-pura baik-baik saja.

Sembari menuntaskan semester akhirnya, Jaehyun mengisi waktu senggang dengan produktif bekerja paruh waktu. Walau hanya dibayar tujuh sampai delapan ribu Won per-jam, setidaknya laki-laki itu bisa menghasilkan uang sendiri tanpa bergantung uang Krystal. Mulai dari bekerja di cafe bar milik Taeyong, penjaga perpustakaan di kampus, tukang cuci piring di restoran ayam goreng, sampai bekerja di kedai Kopi.

Keterbatasan biaya, dan kondisi yang penuh tuntutan, membawa Jaehyun berevolusi menjadi manusia pekerja keras. Pernah suatu hari Jaehyun kewalahan dalam membagi waktu kuliah, mengerjakan tugas, dan bekerja.

Sudah genap empat bulan Jaehyun tinggal di apartemen kecil bersama Jungwoo. Dua pemuda itu sepakat untuk membagi biaya sewanya, dan membagi tugas beres-beres di apartemen dengan cukup baik. Namun, karena keduanya terlalu seringnya menghabiskan waktu di luar untuk bekerja dan kuliah, jadi apartemen itu hanya seperti tempat singgah mandi dan tidur saja.

Jaehyun benar-benar tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di rumah, tapi sesekali ia bertemu Krystal untuk saling bertukar kabar dan memastikan keadaan tetap baik-baik saja. Terkadang Jaehyun tidak sengaja bertemu dengan Yunho di kampus, maklum saja karena ayahnya adalah seorang guru besar di sana, sudah pasti akan tetap bertemu walau tidak saling bertegur sapa. Walau hanya dari kejauhan Jaehyun sedikit lega karena bisa melihat Yunho terlihat baik-baik saja.

Sementara itu, kelanjutan hubungan Jaehyun dan Rose, dikatakan telah usai sejak keributan di cafe bar. Orang tua Rose melarang keras gadis itu melakukan aktivitas di luar rumah, berjumpa orang asing, dan bertemu Jaehyun. Mungkin Jaehyun tidak dapat bertemu Rose, namun berkat Johnny, ia tetap bisa mengetahui perkembangan kehamilan dan keadaan Rose.

Malam ini terasa sepi, pengunjung kedai kopi tempat Jaehyun bekerja pun bisa dihitung dengan jari. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, sudah waktunya untuk berberes-beres menutup kedai. Kali ini Jaehyun kebetulan ditemani oleh Doyoung, laki-laki yang terkenal dengan ucapan mautnya.

"Wah, kau tampak bagus sekali memakai celemek itu," puji Doyoung yang sedari tadi memerhatikan Jaehyun yang tengah berbenah.

Mendapat pujian dari Doyoung, Jaehyun membalas dengan senyuman manis dan gelengan kepala. "Asal kau tahu, aku ini adalah daya tarik pengunjung," ucap Jaehyun dengan percaya diri yang besar.

Mendengar itu, Doyoung bergidik ngeri. "Dipuji justru semakin besar kepala." Doyoung menyandarkan punggungnya di meja kasir.

Beruntung sekali Jaehyun memiliki partner kerja yang cekatan dalam membereskan pantry. Jaehyun juga memiliki keahlian yang patut diacungi jempol, laki-laki itu bisa menghitung keuangan dengan cepat dan juga tepat. Selama Jaehyun bekerja menjadi seorang kasir, tidak pernah sekali saja ada minus di total pendapatan dan pengeluaran. Semuanya tepat, dan cocok.

Sedang sibuk-sibuknya mematikan lampu-lampu dan pendingin ruangan. Johnny yang entah datang dari mana itu masuk ke dalam kedai kopi dengan wajah yang sudah berkeringat. "Astaga Jung Jaehyun! Ponselmu mati?!" Johnny menghampiri Jaehyun dan Doyoung dengan wajah panik.

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang