Chapter : 9

272 39 19
                                    

Aroma mentega croissant yang baru matang menguap ke luar jendela kedai bakery. Membuat siapa saja yang lewat merasa lapar, sama halnya dengan Nana. Rencana pagi ini Nana ingin langsung berangkat bekerja dengan bus, lalu membeli sandwich di coffee shop samping kantor. Namun aroma croissant yang baru saja tercium itu membuat rencana Nana berubah, dan memilih mampir untuk membeli croissant, dan cheesy garlic bread dengan banyak keju leleh.

Karena Nana termasuk tipikal orang yang tak menyukai americano, maka sebuah latte pun jadi pilihan utamanya. Suasana hati Nana pagi ini secerah cuaca di Seoul. Wanita itu paling mudah untuk merasa bahagia, hanya dengan dua roti dan satu latte saja mampu membuat wajahnya berseri-seri.

Dengan senang hati Nana duduk manis di halte, menunggu bus tujuannya datang. Nana mengeluarkan ponselnya kemudian memotret roti dan minuman yang ia beli, lalu mengunggah ke media sosial pribadi miliknya.

Nana memasang earphone merah muda kesukaannya, kemudian memutar musik. Sebuah lagu lawas, berjudul Pretty Boy yang dipopulerkan oleh M2M, mengalun merdu di telinga Nana.

Sesekali bibir Nana ikut bernyanyi, kakinya juga bergerak pelan mengikuti irama. Sebuah refleks normal, yang dikeluarkan seseorang ketika mendengarkan lagu yang disukainya.

"Oh, my pretty pretty boy i love you, like I never ever love no one before you-" bibir Nana mengatup, dan netranya memicing. Ia mengerjap beberapa kali, seolah menjernihkan pandangan matanya. "Wah, pretty boy yang asli muncul di hadapanku," gumam Nana.

Baru saja sebuah mobil dengan kacanya yang terbuka, menampakkan sosok Jaehyun. Nana pikir ia baru saja berhalusinasi. Mungkin karena beberapa hari belakangan ini ia terus saja terbayang sosok wakil direkturnya yang cukup menyita perhatian di kantor.

Tak lama, mobil hyundai palisade berhenti di dekat halte, dan beberapa detik kemudian Jaehyun keluar dari dalam mobil. Kali ini Nana tidak berhalusinasi, Jaehyun yang dilihatnya sekarang nyata.

Astaga, dia berjalan ke sini? Menghampiri siapa? AKU?!

Nana celingukan, barang kali ada pegawai kantor yang sama dengannya di halte. Wanita itu salah tingkah, dan kebingungan setengah mati. Ia sampai berpura-pura tak melihat ke arah Jaehyun.

"Nana-si," panggil Jaehyun.

Betapa menyenangkan saat mendengar namanya dipanggil orang tampan, Nana bersusah payah menahan lonjakan emosinya. Wanita itu melepas earphone yang dikenakannya dengan anggun, dan menoleh tanpa ragu.

Sudut bibir Nana terangkat bersama. "Selamat pagi Wakil Direktur Jung," sapa Nana dengan manis, seraya menganggukkan kepalanya.

Jaehyun melihat jalanan sepintas, kemudian menatap Nana kembali. "Apa kau sedang menunggu bus?" tanya Jaehyun yang tak lama kemudian dijawab anggukan oleh Nana. "Ayo berangkat bersama."

Jaehyun paling malas berbasa-basi. Baginya jika ada hal yang lebih mudah disampaikan, kenapa harus pakai cara dan kata yang berbelit?

Nana menahan ekspresi wajah terkejutnya setengah mati. Tangannya sampai meremat bungkus roti yang ada di pangkuannya sekarang. Nana tidak percaya dengan apa yang diucapkan Jaehyun, apakah atasannya itu sedang dalam mode baik hati?

Dia mengajak berangkat bersama?! Omo!!!

"Bolehkah? Tapi aku tidak mau, jika merepotkan," jawab Nana sok jual mahal, agar tak terkesan gampang. Padahal hatinya sudah girang bukan main. Kalau bisa, sekarang juga Nana masuk mobil Jaehyun. Tapi apa boleh buat, namanya seorang wanita harus punya skill jual mahal yang anggun.

Dulcenora - SekareareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang