1. The First Hug

22.8K 1.6K 95
                                    

"Gila! Ra liat cowok mu Raa!!," Pekik Shintia, temanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gila! Ra liat cowok mu Raa!!," Pekik Shintia, temanku. Aku hanya menatap lurus heran. Aku akui pacarku memang diatas standar para Mahasiswa di sini. Tapi, apakah tidak berlebihan ciwi-ciwi ini sampai rela berdesakan menonton pertandingan basket nya, sampai tempat aula ini terasa pengap.

Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa aku juga ikut berdempet-dempetan seperti ini sih? Ditambah teriakan mereka histeris dan juga Shintia di samping kanan ku mendukung hasrat ingin menyumpal mulut mereka satu per satu.

Namaku Rania Syafrani. Dan lelaki yang bercucuran keringat sambil memantulkan bola di tengah lapang itu, adalah Abian Meganthara. Pacarku. Kami berpacaran kira kira 2 tahun? 3 tahun? Pokoknya dari kita SMA. Tidak tahu, aku lupa. Intinya seperti itu.

"Tia.. aku haus sama cape berdiri terus, cari tempat duduk kek atau cari makan," aku menarik ujung bajunya, yang dari tadi tak dia perdulikan.

"Bisa diem ga sih Ra, ini juga mau selesai. Toh yang main pacar mu juga, semangatin atau apa gitu!," Aku menekuk mukaku. Bukannya dia ya dari tadi ga bisa diem terus teriak-teriak.

"Aku mau cari makan dulu nih, mana pegel dari tadi berdiri terus," Heran. Kursi tribun sebesar ini, sudah penuh terisi. Padahal ini pertandingan biasa seperti latih tanding, bukan turnamen.

"Iya gih, tapi jangan salahin aku kalo cowok mu diambil sama teteh cantik dipinggir lapang itu loh," Aku melirik dari jauh ke arah gadis cantik jelita yang seperti tengah menunggu pujaan hatinya menghampiri untuk sekedar mengambil tumblr isi air itu.

"Lah bodo amat~lah bacot amat~lah bodoo amat" ucapku sebelum meninggalkan Shintia di sana masih menonton.

Aku tak peduli, rasa lelah dan laparku lebih mendominasi.

***
"Aggggggh, mantap," aku meminum es jeruk melepas dahaga. Aku juga sudah hampir menghabiskan satu porsi besar seblak yang aku pesan di kedai samping aula lapangan basket.

Shintia melihat dengan tatapan lesunya kemudian menghampiriku.
Melihat dia seperti itu, aku tebak pasti pertandingan nya telah usai.

Tanpa kata, aku menyodorkan es jeruk ku ke depan mulutnya. Niatku kan mau menawarkan nya minum, mungkin saja kan dia haus. Namun tanganku malah dia tepis dan menatap malas, kemudian memesan minuman miliknya. Dasar teman tak tahu diri, diberi yang gratis dia malah menolaknya. Meski bekas tapi yang penting gratis kan?

"Panas banget hari ini Ra! Ditambah hot nya Abian tadi," ujarnya duduk di sebelah kursi ku.

Aku mengangguk-ngangguk setuju asal.
Sampai tatapanku tak sengaja berhenti di gerombolan anak teknik yang sepertinya baru selesai kelas siang di gedung sebrang kedai ini. Lumayan berjarak. Bayangkan, anak-anak teknik dengan sebagian mahasiswa nya berambut panjang, ditambah wajah-wajah nya maskulin sekali. Jelas saja aku terpana melihat begitu memukaunya mereka.

"Aku suka sama kakak tingkat itu! Liat deh keren-keren," tunjuk ku ke arah mereka. Kalau digambarkan saat ini kondisi ku seperti tante-tante jelalatan melihat mangsanya. Namun apalah daya, aku selalu berbicara jujur perihal ketampanan.

Tricks To Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang