10. Awal (Flashback)

8.8K 902 89
                                    

"hari ini udah mau?," Gadis berambut sebahu itu mengikuti laki-laki berkacamata yang sedang membersihkan meja kafe tempat bekerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"hari ini udah mau?," Gadis berambut sebahu itu mengikuti laki-laki berkacamata yang sedang membersihkan meja kafe tempat bekerjanya.

Tak kunjung ada balasan.

Gadis itu pun sengaja duduk di kursi tempat meja dibersihkan. Menopang dagu menatap sang pangeran paginya.

"Mau sarapan di sini boleh?," Rara tersenyum dan berkedip manja ke arah pemuda itu.

Dia menatap Rara. Menghela nafas berat.

"Mau sampai kapan kamu mengikuti saya?," Ucap lelaki itu menatapnya pasrah berhenti sejenak dengan kegiatan sehari-hari nya.

"Ih Kak Ardhito! Pelanggan adalah bidadari!"

Ardhito Meganthara. Pemuda berkacamata yang dia kenal karena dia menjadi pelanggan setia di kafe tempat lelaki itu bekerja.

Bagaimana tidak? Kafe ini adalah satu-satunya kafe yang dekat dengan rumah gadis itu. Terkadang dia memanfaatkan tugasnya hanya untuk singgah ke sini.

Rara menyukai nya. Alasan nya sederhana. Karena gadis itu tak sengaja menabrak pegawai baru dihari masa orientasi SMA nya dulu sekaligus hari pertama Ardhito bekerja di kafe tersebut.

Rara mencium aroma lavender pada tubuh Ardhito pada hari itu. Cukup untuk menjadi alasan Rara satu tahun ini menyukainya. Karena dia beraroma lavender.

"Hari ini udah mau jadi pacar aku kan Kak?"

Ardhito yang sebelumnya ke dapur kini menghampiri Rara dengan sepotong roti dan segelas susu.

Seperti itu Ardhito. Wajah nya terlihat tak suka, namun sebenarnya dia suka. Rara tahu akan itu.

"Udah belapa yaap sekhalang?," Tanya Rara yang tak jelas karena melahap roti itu sekaligus dengan terburu-buru.

Ardhito melihat sekeliling, karena waktu masih pagi tak ada pengunjung yang datang ke kafe nya.

Dia pun duduk di hadapan Rara dengan memberikan segelas susu, setelah melihat gadis SMA itu terlihat kesulitan menelan sarapan paginya.

"123 ya?," ucap Rara masih sibuk melahap makanan itu.

"122." tangan Ardhito menyeka selai strawberry yang ada di pipi kiri Rara.

"Perhitungan banget! Jadi sekarang mau dong?" Rara tersenyum berharap.

Ardhito tersenyum. Lalu menggeleng.

"Oke!" Ucapnya semangat, tersenyum menunjukkan deret giginya itu.

Bohong kalau dia tak lelah. Tiap hari meminta pemuda itu jadi pacarnya, meski yang dia ketahui tentangnya hanya sekedar nama. Meskipun ditolak berkali-kali, tapi kakinya tanpa sadar selalu berjalan ke tempat ini keesokan harinya. Menanyakan hal yang sama.

Rara percaya bahwa Ardhito ini pasti menyukai dirinya, karena selama ini tak sekalipun dia mengusir atau melarang Rara untuk datang.

"Aku sekarang udah kelas 2 loh, sabar banget kan aku setia ke kakak?," Rara bangkit melihat jam menunjukkan pukul 7 pagi, yang artinya 30 menit gerbang sekolah nya di tutup.

Tricks To Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang