Jari tanganku berdenyut hebat akibat diinjak heels Laura tadi. Aku berusaha bangkit meskipun lututku saat ini sangat lemas untuk diajak berdiri bersamaan dengan kakiku. Kenapa tiap kejadian seperti ini orang-orang sekitar benar-benar tak ada yang menujukan batang hidungnya, kecuali pacarku yang itu tentunya.
Dari toilet pojok ini aku mampu melihat Abian berdiri disana menatapku masih dengan melipat kedua tangannya memantauku. Apakah dia memang sedang menguji seberapa kuat diriku yang masih dapat berdiri tegak seperti ini setelah diinjak Laura bak keset toilet.
Dengan tertatih aku berusaha membersihkan bekas kotoran sepatu yang menempel di baju ku ini. Aku tak ingin terlihat menyedihkan. Dari beberapa menit lalu, aku benar-benar bertekad untuk tidak lagi mengeluarkan air mataku yang berharga dari segala hal yang berkaitan dengan Abian.
Namun seiring langkah yang aku keluarkan melangkah menuju Abian yang sedang berdiri berjarak 5 meter dengan ku, semakin sakit yang aku rasakan hari ini. Selain memar yang aku rasakan sekarang akibat insiden tadi, harga diriku juga ikut terluka. Aku sangat ingin berbalik tak ingin menghampirinya.
Aku benar-benar ingin berhenti. Ku gigit bibir bawahku sembari menunduk. Semoga saja tangis ku tidak pecah hari ini. Aku berniat menangis jikalau pantat ku ini sudah menyentuh ranjang kamarku nanti.
Aku mengambil keputusan untuk berjalan lurus, namun bukan ke arah berdirinya Abian tapi ke arah masuk Aula. Pasalnya jika aku sekarang menghampirinya aku tak yakin bisa menahan tangis. Menyedihkan memang.
Aku berjalan melewatinya bak tak pernah menyadari kehadirannya.
.
.
Orang-orang keluar dari aula tempat yang sekarang aku ingin masuki. Badanku ikut berdesakkan dengan mereka yang ingin keluar. Padahal pertandingan nya belum selesai, yang selesai hanya baru pertandingan tim Abian, karena memang mereka tim pertama yang bertanding hari ini. Aku sedikit terkekeh, rasanya kurang adil melihat orang-orang apalagi kaum hawa mengidolakan laki-laki sampah macam dia. Andaikan mereka tahu perbuatannya, apakah mereka akan tetap mempertahankan rasa terkesannya itu?
Aku tertatih berusaha masuk berkebalikan dengan orang-orang yang ingin keluar.
Sebuah tangan mulai menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalanku.
Menggeser dan mendorong tiap badan yang hampir bertabrakan dengan langkah berlawanan arahku ini masuk.
Aku menatap sinis Abian yang sok peduli macam ini. Kaki ku dengan cepat melesat ke dalam sesegera mungkin menjauhinya.
"Ra sini!!" Shintia melambaikan tangannya yang sudah berada di jalur koridor hendak keluar, dikelilingi rekan satu tim Abian juga. Mereka masih sibuk merayakan kemenangan mereka padahal mereka bukan masuk final tapi baru babak penyisihan semi final. Sorakan tak henti-hentinya menghiasi tiap langkah mereka, membuat perasaanku makin memburuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricks To Break Up
Teen FictionRania Syafrani. Panggil saja aku Rara. Keinginan ku hanya satu, putus dengan pacarku sekarang. Jika kalian tanya mengapa? Ya kalian simpulkan saja sendiri. Aku bertekad, mencari trik-trik agar dia memutuskan ku terlebih dahulu! bagaimanapun caranya...