12. Trick; 5

9.6K 1K 310
                                    

Rencana ku untuk menjadi pelukis jalanan sehari dengan Kafka di pasar malam waktu itu gagal total

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rencana ku untuk menjadi pelukis jalanan sehari dengan Kafka di pasar malam waktu itu gagal total. Hp ku rusak tak berbentuk dibanting Abian. Aku tak bisa menghubungi Kafka, karena mana mungkin aku ingat nomor handphone nya ketika nomor ku sendiri aku tak ingat. Padahal acara itu sangat aku nantikan.

Abian marah besar. Aku pun sama marah nya. Topik yang kami bahas waktu itu benar benar pembahasan yang sensitif. Tentu nya bagi kami berdua.

Akibat dari perkelahian kami, Abian seperti ingin menunjukkan padaku bahwa dirinya tengah marah besar dengan seperti biasa, mogok bicara ke semua orang.

Sampai teman-temannya kewalahan seperti ini. Mereka memanggilku ke kantin fakultas teknik. Padahal untuk apa? Untuk melihat Abian tengah duduk di depan mejaku melipat tangannya menatap sinis. Lelaki itu memberi kode ke Joko dengan tatapannya seperti memerintahkan dia menunjukan sesuatu kepadaku.

Satu demi satu Joko keluarkan dari tas besarnya, membuat alisku tertaut bingung. Sebenernya apa yang mau Abian lakukan. Sekitar kurang lebih ada 15 jenis tipe ponsel berjajar yang Joko keluarkan dari tas ranselnya itu ke meja kantin yang aku dan Abian tempati.

"Joko kamu mau buka konter hp?"

Tak ada yang merespons ku.

Wajah mereka terlihat serius. Seperti menunggu reaksi dan tanggapan ku perihal ponsel-ponsel itu.

"Pilih," singkat padat jelas, itu yang dikatakan Abian di depanku ini.

"Untuk apa? Toh bakal dirusak lagi," aku menyindir nya keras.

"Makanya aku suruh pilih"

Aku tersenyum miring, "enak ya jadi orang kaya, perlakuin orang seenaknya juga"

Aku membuang mukaku, melihat Kevin dan teman-temannya saling pandang seperti ingin memakiku. Sontak saja aku punya ide cemerlang untuk trik ku kali ini.

Trik ke-5 : Bicara toxic di depannya

"Terus gimana cara aku buat hubungin kamu Ra?"

Aku menghela napas panjang, bersiap-siap.

"Lah jangan hubungin gue lah bangsat!"

Semua terdiam. Pandangan di kantin tertuju padaku.

Apakah aku terlalu kasar? Sumpah demi tuhan sebelumnya aku tak pernah berkata seperti itu, aku saja tak pernah memakai panggilan Lo-Gue dengan teman yang akrab sekalipun.

Teman-teman Abian seperti tercengang, bahkan aku melihat Kevin dan Joko sampai menutup mulutnya kaget.

Tapi yang aneh, orang-orang di kantin ini seperti sedari tadi mendengar percakapanku dengan Abian. Buktinya ketika aku berkata seperti itu padahal intonasi ku tidak terlalu keras mereka yang duduk disekitar melihat ku dengan pandangan aneh.

Tricks To Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang