Sudah seminggu hari ini kampus ramai bergosip mengenai Laura. Topik yang membahas wanita itu tak kunjung usai, video yang di posting akun anonim di situs kampus kian jadi pembicaraan hangat. Untuk saat ini aku tidak tahu kabar dia sekarang, ya memang aku pun tak terlalu memikirkannya. Dia menerima ganjaran yang sepatutnya dia terima, gadis itu pasti memiliki luka yang sama sepertiku. Luka-luka yang dia sebabkan waktu itu masih terasa berdenyut di setiap jengkal kulitku yang dia injak memakai sepatu hak tingginya.
Sedangkan pemilik akun anonim itu tengah terlentang di kasur di rumah sakit dengan wajah tanpa dosa nya tersenyum ke arahku. Padahal luka badanku yang disebakan alasan utamanya gara gara lelaki itu masih belum sembuh, tapi malah Abian yang terkapar di rumah sakit.
Aku terus saja merutuki nasib sialku ini, padahal aku pikir pertengkaran kita yang terakhir itu membuat Abian segan untuk menghubungiku dan marah karena aku meneriakinya tidak waras. Memang dia tak muncul di depanku dan tak mengubungiku, namun naas nya nyatanya yang menghubungiku dan menerorku antek antek nya mengabarkan bahwa Abian tiba-tiba masuk rumah sakit. Jelas saja aku agak terkejut, pasalnya ketika bertengkar dia tampak baik-baik saja.
Tanpa sadar kakiku sudah berada di ruangannya dan akhirnya sampai sekarang terjebak di ruangan jelek berbau obat ini. Ingin segera pulang, namun teman-teman Abian seperti sengaja mengunci ruang inap Abian dari luar setelah aku masuk ke dalamnya. Aku dijebak dari siang sampai sekarang hari mulai petang, saat mau beralibi ada kelas pun tak mempan. Bagaimana bisa mereka tau jadwal kuliahku sih?!
"Sebenernya kamu sakit apa Bi?" Tanyaku yang aku lontarkan, pasalnya teman-teman Abian hanya menyuruhku ke rumah sakit tanpa tau apa yang telah terjadi pada laki-laki itu.
Abian terbaring tiba tiba melontarkan tatapan berbinarnya menatapku. Dia tiba-tiba tertawa, "Kamu masih care ternyata"
Aku membuang muka, melihat tersenyum tanpa dosa seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya membuatku tambah jengkel. Aku berbalik menuju sofa, duduk sedikit jauh dari ranjang tempat Abian berbaring.
"Ra sini," Abian menyuruhku mendekati nya. Aku malah membuang muka.
"Aku mau pulang! Suruh temen kamu buka kunci pintu nya"
Dengan menggerutu kecil, bisa-bisanya tanpa membawa ponsel, aku tergesa-gesa kesini.
Setelah mendengar Abian masuk rumah sakit, aku langsung bergegas dan melupakan benda penting itu di ruang tv rumah tempatku bersantai tadi.
"Iya pulang, tapi sini dulu"
Pandanganku menyipit memperhatikan Abian yang sepertinya benar benar sakit, pasalnya dia tidak bisa beranjak sedikit pun dari ranjangnya menghampiri ku.
"Aku ga bisa nyamperin kamu ke sana, bisa ga kali ini aja kamu yang samperin aku sekarang?," lanjutnya.
Meski berat, aku tetap menuruti keinginannya itu. Saat ku hampiri, Abian terlihat menahan senyumnya, aku merasa dia tengah meledekku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricks To Break Up
Teen FictionRania Syafrani. Panggil saja aku Rara. Keinginan ku hanya satu, putus dengan pacarku sekarang. Jika kalian tanya mengapa? Ya kalian simpulkan saja sendiri. Aku bertekad, mencari trik-trik agar dia memutuskan ku terlebih dahulu! bagaimanapun caranya...