Kegiatanku berhenti ketika mendengar pekikan keseruan dari lantai bawah arah ruang keluarga. Mungkin Kak Eliza dan Bunda sedang menonton acara kesukaan mereka di tv.
Berhubung perutku berbunyi keras, sekalian saja aku ke dapur sebelum melanjutkan list menonton drama Korea ku seperti biasanya.
.
.
Belum sempat aku menginjakan kaki di lantai dapur, aku malah berbelok ke ruang tengah. Pandanganku teralihkan dengan setumpuk tas belanjaan yang tergeletak berserakan di lantai ruang tv. Dahi ku berkerut heran, menatap kedua sosok yang ada di depanku ini. Bunda yang sibuk dengan berbagai tas bermerek nya dan Kak Eliza yang berkutat dengan berbagai pakaian terbarunya."Kalian baru belanja?," Tanyaku yang sedikit aneh dan juga merasa marah karena tak sedikitpun diajak mereka, padahal sedari tadi aku menganggur di kamar sempitku itu.
Bunda dan Kak Eliza tak menjawab, sibuk dengan kegiatan masing-masing ditambah senyuman merekah mereka.
"Kak Eliza gajian? Bukannya udah ya pas waktu awal bulan?" Tanyaku curiga. Bunda dan Kak Eliza malah saling tatap. Bunda menariku duduk disampingnya.
"Bukan, ini cuma bonus kakak kamu," ucapnya. Bunda memberiku satu tas belanjaan yang isinya sepertinya satu set pakaian.
"Iya, bonus dari anak Boss," Kak Eliza melompat ke arahku dan memperlihatkan sebuah kartu hitam lalu memberikannya kepadaku.
"Baik banget, kan? Ini kamu ambil, kamu belanja sepuasnya. Ini ga ada limit nya loh kakak udah coba sama bunda"Alis ku terangkat menatap mereka tambah curiga. Bagaimana ada orang sebaik itu memberikan kartu yang berisi pundi-pundi uang itu kepada kakak ku ini.
Tapi sebentar, bukannya Kakakku ini bekerja di perusahaan Pak Adiguna ya? Otomatis yang dia sebut anak boss pasti Abian, kan? Toh tidak ada lagi, Abian kan anak tunggal.
Aku refleks berdiri. "Kalian minta uang lagi ke Abian?!" Ucapku yang benar-benar marah. Bagaimana bisa Keluargaku begitu tak tahu malu seperti ini.
"Bunda gak minta Ra, kakak kamu juga tiba-tiba dikasih kartu itu sama Bian"
"Ga usah lebay deh, Abi aja ikhlas ikhlas aja tuh"
Aku mengacak rambut frustasi. "Kak! Keluarga Abi udah bantu kita, dengan kakak dikasih kepercayaan jadi sekertaris di kantor pusat perusahaan Pak Adiguna. Emang gak cukup?! Gaji kakak kurang?," Ucapku dengan sekali tarikan napas. "Please seenggaknya jangan porotin anaknya"
Kakakku ikut berdiri sama-sama emosi. "Ya mikir aja De, orang yang punya nya aja nyuruh pake, kok kamu yang sewot sih De!"
Bundaku mencoba melerai kami. "Udah kalian ini pada kenapa? Kamu juga Ra! Dengerin dulu penjelasan kakak kamu!"
"Bunda juga sama aja! Gaji kakak di perusahaan Papa nya Abi udah sangat cukup kan buat kita?" Sungguh lelah menghadapi mereka. "Emang kalian gak pernah mikir gimana cara kita ganti uang yang selama ini Abian kasih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricks To Break Up
Teen FictionRania Syafrani. Panggil saja aku Rara. Keinginan ku hanya satu, putus dengan pacarku sekarang. Jika kalian tanya mengapa? Ya kalian simpulkan saja sendiri. Aku bertekad, mencari trik-trik agar dia memutuskan ku terlebih dahulu! bagaimanapun caranya...