6. Trick; 3

10K 1.1K 113
                                    

Aku merasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merasa bersalah. Pikiranku kalut, bagaimana aku harus bersikap setelah ini kepada Abian? Aku benar-benar jahat, padahal aku tidak boleh meninggalkannya seperti itu. Setidaknya aku harus meninggalkannya dengan kesan baik. Bagaimana kelak aku dicap sebagai wanita tukang selingkuh selepas putus dengannya.

Abian tidak akan menyebarkan rumor buruk tentangku, bukan? Aku kenal Abian dengan baik, mana mungkinlah Ra! Tapi, yang jadi masalah teman-temannya yang melihat ku di Tempat Kejadian Perkara. Apalagi Kevin si mulut ember itu. Wah jatuh sudah harga diriku.

"Ra!" tiba-tiba tersadar dari pikiran tak tenang ku, dengan suara Kafka di sampingku. "dari tadi gue panggil juga"

Oh iya, setelah keluar dari kafe tadi, aku tak langsung diantar pulang, aku yang memintanya. Kami berada di taman dekat perumahan tempatku tinggal. Aku takut Abian akan datang ke rumahku, meski itu kekhawatiran yang berlebihan.

Tapi bagaimana tidak? dengan 25 panggilan tak terjawab dari Abian. Aneh bukan? aku tahu akan ada yang tidak beres.

Rasa dingin terasa dengan minuman yang ditempelkan Kafka di keningku. Aku saja tak sadar kapan dia sempat membeli itu. Kafka menatapku mengisyaratkan untuk mengambil minumannya.

"Ga cocok," lelaki itu menyandarkan punggungnya di bangku tempat kita duduk sembari meneguk air didalam botolnya itu.

"Apanya?" Aku melihatnya heran.

"Kita ga cocok"

"Oh. Aku pikir apa," Ucapku terkekeh lucu. Ya memang aku dan Kafka tidak cocok, aku sudah tahu diri sedari awal bukan. Rasanya sama seperti bersama Abian.

"Ngapain sih ikut acara begituan? Nanti-nanti jangan ikut"

"Sendirinya juga ikutan," Aku bergumam kesal

"Gue kepaksa ya," dia menatapku ikut kesal.

"Aku juga kepaksa!" ucapku tak terima.

Dia berdiri menatapku lurus. Melihatku dari atas kepala hingga ujung kaki. "Berarti kita cocok"

Sungguh orang yang labil, tidak 30 detik tadi dia bilang kami tidak cocok. Hebat sekali pendiriannya bisa berubah dalam hitungan detik.

"kata siapa? Kita ga cocok! cocok dari mana nya coba" Aku juga tak mau menambah beban pikiranku selain dari Abian sekarang ini.

Kafka mengeluarkan ponselnya, memberikannya kepadaku. "Tenang. Gue kasih kesempatan buat lo"

Kerutan di keningku mungkin sekarang terlihat jelas. Pembicaraan macam apa ini, aku saja sekarang tidak paham arahnya.

"Ketik, nomor Lo disini. Gue sih berfirasat lo bakal butuh gue Ra"

Aku tertawa, dan tetap memberikan nomor ku di ponselnya. Anggap saja menambah relasi pertemanan di luar kampus.

Tricks To Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang