Perpustakaan kampus memang tempat paling terbaik. Selain fasilitas WiFi nya yang paling cepat tempat ini juga membuatku merasa bebas. Keheningan yang membuatku fokus dengan earphone di telinga mendengarkan suara dari handphone yang tengah menampilkan episode terakhir dari drama Youth of May yang aku tonton dari kemarin.
Alasan utamaku sih untuk mengantar Shintia mencari referensi untuk tugasnya. Tapi apalah dayaku, WiFi perpustakaan menggoda iman untuk aku streaming menamatkan salah satu list tontonan ku. Shintia nya saja yang terlalu rajin, bukan aku yang terlalu malas. Bayangkan tugas yang dikumpul bulan depan saja dia cari jauh-jauh hari. Sungguh tidak normal.
Pundak ku ditepuk, membuatku melepaskan satu earphone sebelah kananku. "Udah ketemu?"
Shintia menggeleng pasrah, "besok aja gitu? Buku-buku nya ga ada yang srek sama aku"
"Kenapa besok? Kerjain sekarang aja, aku tungguin kok. Waktu luang ku banyak banget sumpah," aku menatapnya dengan maksud yang lain. Shintia pun pasti tau. Kalau tugas Shintia selesai lebih dulu, pasti aku akan menyontek padanya.
Shintia berdecih. "aku belum cek e-journal situs kampus sih"
"Iya cek aja sekarang, aku jabanin nemenin kamu sampe malam juga," aku sedikit tertawa.
"Gak ah, di ruang media nya berisik sama pasangan yang lagi berantem tuh! Heran banget. Berantem kok di perpus, ngehambat orang lagi nugas aja!," Keluh Shintia emosi.
Aku sedikit mengintip ke arah pasangan di ruangan itu. Ruang media terhalang ruang kaca jadi tentu saja tak ada suara yang terdengar keluar, aku hanya melihat pasangan itu seperti tengah beradu argumen di depan komputer. Untung saja perpustakaan masih sepi. Dan ibu penjaga perpus yang super galak itu masih berkutat dengan pengarsipan di meja kerjanya.
"Tia, kamu tinggal masuk aja. Komputer nya juga gak cuma satu"
"Gak enak ih Ra"
"Kenapa ga enak? Bukannya mereka ya yang seharusnya ngerasa gak enak sama kamu?"
Shintia melipat tangannya, duduk di sampingku. "Aku udah masuk, imbasnya aku kaya yang nguping. Tau mereka ributin apa?!"
"Shuut," aku menjulurkan telunjukku ke mulut Shintia. Menandakan untuk dia berhenti bicara.
"Berkat kamu aku jadi mendapat ide"Gadis itu memukul tanganku kasar. "Kamu masih lanjutin trik-trik bodoh kamu? Jangan jadiin aku alesan lagi, yang dulu aja Abian tiap natap aku kaya yang ada dendam kesumat gitu"
"Tapi Tia, kali ini aku dapet inspirasi itu dari ...," Belum juga selesai, justru telunjuknya menyentuh bibirku seperti yang aku lakukan tadi kepadanya.
"Shuut Ra, pokoknya gimana kamu bebas mau lakuin apa aja, tapi jangan masukin aku ke rencana kamu"
Aku mendengus mendengar nya, padahal selama ini aku lakukan secara mandiri tanpa melibatkan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricks To Break Up
Teen FictionRania Syafrani. Panggil saja aku Rara. Keinginan ku hanya satu, putus dengan pacarku sekarang. Jika kalian tanya mengapa? Ya kalian simpulkan saja sendiri. Aku bertekad, mencari trik-trik agar dia memutuskan ku terlebih dahulu! bagaimanapun caranya...