"Seenggaknya kamu masih disini Ra. Jadi gak papa"
Ucapan terakhir kali yang Abian ucapkan ketika aku datang ke rumah nya tempo hari dan mengatakan bahwa aku masih menyukai orang yang menghiasi masa lalu ku dulu, namun respon Abian malah seperti itu. Dia tetap saja seperti Abian yang biasanya, tidak ada perubahan dalam sikapnya kepadaku ataupun apapun itu. Baginya perkataan ku seperti angin lalu.
Seperti saat ini. Pagi buta, ponselku terus berdering. Awalnya aku pikir alarm yang ku pasang tadi malam, ternyata ketika dicek ulang dengan mata yang berusaha untuk mencoba melihat dengan lebih jelas meski sebenarnya masih saja buram.
Nama Abian terpampang di layar ponsel milik ku ini.
Aku menghela napas.
Merutuki keteledoran ku kini, aku yang terlupa dengan tidak mengubah ponsel pemberian Abian itu ke mode pesawat.
Seperti kataku tadi, tak ada perubahan signifikan dari Abian setelah melalui 6 trik yang ku berikan kepadanya. Dia masih Abian tukang spam.
Jari telunjuk ku menggeser notif Abian, lalu mengaktifkan mode pesawat dengan segera. Lalu melihat jam di ponsel pemberiannya ini yang masih menunjukkan jam 3 pagi. Tentu saja sangat jelas, aku hendak tidur kembali. Chat Abian sungguh tak membuatku penasaran, masih tidak ada kekuatan untuk membuatku bangun.
Saat mataku hendak terlelap kembali, perut ku tiba-tiba meronta merasakan lapar dan haus secara bersamaan, tidak taukah aku sekarang ini sedang ada di fase mager mager nya. Hanya perasaan ini lah yang mampu membangunkan kemalasanku untuk beranjak.
Hingga masih dengan pakaian tidur dengan pipi yang masih dipenuhi bekas air liur yang sudah mengering ini, aku turun ke bawah menuju dapur ingin mengambil segelas air minum. Berharap aku juga menemukan beberapa makanan ada di dapur.Baru juga turun tangga dari kamar, pandanganku sudah disuguhi dengan Bunda yang riang gembira sendirian di ruang tengah rumahku ini. Aku menyipitkan mata merasa heran dengannya yang pagi pagi seperti ini dia melompat kegirangan. Sudah jelas bukan apa yang aku lakukan? yap, aku menghampirinya dengan cepat karena penasaran.
"Bunda, kenapa seneng gitu sih pagi pagi gini?" Aku meliriknya sambil menggaruk kepalaku heran.
Melihat bunda yang kambuh seperti itu tidak lagi membuatku merasa haus dan lapar. Dia terlihat teramat senang dengan terus menatap sebuah barang yang berada di tangannya itu.
"Ra liat deh, ada yang kasih bunda cincin. Pasti ini mahal banget ya? Bunda tadi nemu di depan ruang tamu"
Aku menguap ngantuk seketika mendengar perkataan bunda barusan, pikiranku terlalu tinggi yang berpikir akan ada hal istimewa atau apa. Ternyata hanya sebatas cincin yang aku tahu persis siapa yang mengirimkannya.
Sebenernya aku lupa untuk menyimpan paket cincin itu ke kamar dan malah aku simpan di meja ruang tengah ini.
"Pasti bunda ga baca surat di dalem paket nya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricks To Break Up
Teen FictionRania Syafrani. Panggil saja aku Rara. Keinginan ku hanya satu, putus dengan pacarku sekarang. Jika kalian tanya mengapa? Ya kalian simpulkan saja sendiri. Aku bertekad, mencari trik-trik agar dia memutuskan ku terlebih dahulu! bagaimanapun caranya...