Dinda Teman Sekelasku

2K 12 0
                                    

Dinda semakin mendesah hebat. Aku pun menyuruh Dinda untuk tidak berisik karena ini sudah malam. Apa kata orang jika mereka tahu apa yang sedang kami lakukan malam-malam begini di kamar kos perempuan.


"Ssst!!!" kataku sambil mendekatkan jari telunjuk ke mulut.


Dinda mengerti, lalu ia menggigit bantal.


Aku pun melanjutkan lagi genjotanku ke vaginanya. Dinda hanya bisa pasrah. Tubuhnya terlentang dengan payudara kenyalnya yang naik-turun. Sedangkan kakinya tetap mengangkang berbentuk huruf M.


Aku mulai memaju-mundurkan pinggulku. Aku bisa lihat dengan jelas kontolku menyodok-nyodok vagina Dinda, si teman kelasku yang terkenal kutu buku itu.


"Nggghh......" Dinda terus berusaha menggigit bantal.


"Betul Dinda begituch..." kataku lirih sambil mengelus-elus payudaranya yang berukuran sedang.


Aku pun menggenjot vaginanya dengan santai. Sambil menonton puting warna hitam milik Dinda berputar-putar. Dinda teman sekelasku ini memang berkulit cokelat kehitaman. Sementara warna putingnya seperti warna kopi. Hitam pekat.


Dinda yang pahanya mengkangkang menerima hentakan-hentakan tubuhku sambil terus menggigit bantal. Beberapa menit kemudian Dinda melepas gigitan bantalnya.


"Jimmyhhh..." kata Dinda lirih.


"Iyakkh?" jawabku lirih juga.


"Manach jarimuh..." tanya Dinda yang seolah tak butuh jawaban. Dinda dengan cepat meraih tanganku dan memegang jari telunjukku. Dinda dengan cepat memasukkan jari telunjukku ke mulutnya. Mengemutnya.


Jariku tetap dijilati dan dihisapi mulut Dinda sementara penisku sedang diservis vaginanya.


Aku tak menyangka Dinda yang terkenal si kutu buku bisa seliar ini. Jelas aku sangat senang. Aku pun menghadiahinya sodokan maut ke vaginanya. Ritme sodokanku lebih cepat dan lebih cepat lagi... Penisku semakin cepat keluar-masuk vaginanya. Kulihat payudara cokelat kehitaman Dinda semakin terguncang-guncang.


Kulihat Dinda mulai gelisah. Dinda tampak sudah tidak bisa mengemut jariku dengan benar karena ia tampak menahan desahan. Aku pun melepaskan jari tanganku dari mulut Dinda. Tanganku yang kini bebas pun mengambilkannya bantal untuk ia gigit lagi.


Melihat muka Dinda yang imut sedang menggigit bantal dan membayangkan perasaan kedua orangtuanya jika tahu putrinya cuma jadi alat pemuasku, aku jadi semakin bersemangat menggauli teman sekelasku ini. Aku pun semakin bertenaga saat menyodok vagina Dinda. Puting payudara milik Dinda yang berwarna hitam pekat pun berputar-putar. Tampak sangat erotis.


Plek! Plek! Plek!

Plek! Plek! Plek!


Penisku yang gagah perkasa menyodok-nyodok vagina teman sekelasku yang hitam manis ini.


Endless Love From Some Girls For JimmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang