Nia Teman Masa Kecilku

816 4 0
                                    

Sebenarnya bukan Deborah yang merenggut keperjakaanku. Aku dan Deborah bisa dibilang dahulu kencan selayaknya remaja normal. Makanya aku tak habis pikir kenapa Deborah meninggalkanku.


Dinda? Dia cuma partner seksku yang entah ke berapa. Aku lupa.


Sewaktu kami berpacaran dahulu, aku tidak sebrengsek sekarang. Aku belum punya kebiasaan cinta satu malam dengan banyak teman perempuan ketika masih berstatus punya pacar.


Aku tidak pernah merusak Deborah. Aku sangat mencintainya. Untuk urusan seks, aku pilih menyalurkannya ke teman masa kecilku saja. Mengingat dia jua yang membuat keperjakaanku hilang. Namanya Nia.  Dia teman masa kecilku.


Aku dan Nia bertetangga di kota asal. Orangtuanya mengenal orangtuaku. Mungkin itu sebabnya orangtuanya sangat percaya kepadaku dan malah "menitipkan" Nia kepadaku di kota perantauan. Tak peduli kami ini berbeda jenis kelamin.


Memang sejak kecil kami sering main bersama, bahkan aku sering menginap di rumahnya ketika masih kecil. Terakhir aku menginap di rumahnya ketika aku masih SMP dan waktu itu tidak terjadi apa-apa.


xxxxxxxxxxxxx


Kejadian itu terjadi ketika aku dan Nia masih mahasiswa baru. Tepatnya di semester satu. Kami masih saling bertemu meski berbeda fakultas. Aku merasa harus bertanggung jawab kepada orangtuanya Nia. Aku merasa harus sering membantunya di tanah perantauan. Itu sebabnya teman-teman perempuan di fakultasku sempat curiga bahwa kami berpacaran.


Tapi lama-kelamaan aku tidak tahan juga...


Sebenarnya aku merasa Nia diam-diam menyukaiku seperti banyak teman perempuanku yang lain. Tapi, sepertinya ia tutupi, mungkin karena takut merusak persahabatan indah kami sejak kecil. Entahlah...


Suatu hari aku dan Nia pergi berdua seharian. Pada waktu itu kami janjian untuk cari buku kuliah bersama meski kami beda fakultas. Tanpa terasa kami benar-benar seperti sepasang kekasih yang sedang kencan. Tanpa terasa kami seharian berdua saja mengelilingi Kota Jakarta seperti sedang jalan-jalan.


Waktu cepat berlalu. Ternyata Kota Jakarta kala malam hari jauh lebih indah. Tidak panas lagi dan ada gemerlap lampu. Tanpa sadar kami benar-benar seperti berkencan yang sempurna. Sebelum pulang kami memutuskan makan malam dulu.


Seperti biasa aku mengantarkan Nia ke kosnya. Tapi, Nia mencegahku untuk pulang buru-buru, setidaknya minum secangkir kopi dulu bikinannya. Akhirnya aku terpaksa istirahat dulu di teras kos-kosan putrinya.


Sial! Kopinya terlalu panas!


Nia pun minta maaf dan bercanda bahwa itu artinya harus lama di sini dulu. Toh kos-kosan putri ini tidak ada yang berjaga. Lalu Nia berpamitan ingin ganti baju dulu karena merasa bajunya kotor. Sambil menunggu secangkir kopinya dingin.


Aku pun cukup kaget melihat Nia datang lagi. Nia tampak lebih seksi daripada tadi. Bajunya benar-benar ketat. Dadanya terlihat lebih bulat. Biasanya dadanya yang bulat tersamarkan oleh kemeja dan jaket. Aku spontan melotot ke arah dadanya. Nia teman masa kecilku sekarang sudah berubah jadi perempuan dewasa. Tubuhnya lebar, bukan gendut, tapi dadanya cukup menonjol.


"Hayooo liat-liat apa?!" Nia coba mengagetkanku sambil menepuk bahuku. 

Endless Love From Some Girls For JimmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang