Nia Teman Masa Kecilku (2)

691 3 0
                                    

Aku yang mulai sadar kembali pun jadi malu dengan refleksku. Bagaimanapun juga yang kupelototi dadanya tadi adalah Nia. Teman masa kecilku sendiri.


"Ma-maaf Nia," kataku malu.


"Hayoo tadi liat apaaa~" Nia menggodaku.


Aku pun kembali meminta maaf. Aku jelas takut Nia ngadu ke ortuku.


"Takut kubilangin ke ortuku terus nyampe ke ortumu juga ya? Hihihi."


Nia ketawa-ketiwi membuatku sedikit tenang, tapi masih tetap saja rada takut. Aku pun beringsut ingin pamit pulang.


Melihat gelagatku mau pulang, tanganku tiba-tiba dipegang oleh Nia. Aku dicegah pulang. Aku diingatkan belum minum kopi. Tapi aku tetap ingin pulang karena malu dan takut.


"Hihihi. Gapapa Jimmy. Kamu kan udah gede." 


"Ma-maaf Nia."


"Aku janji nggak akan bilang ke ortu kita tentang ulah kamu barusan. Jadi tetep di sini yak!" kata Nia dengan nada yang ceria. Aku pun jadi menarik nafas lega. Aku yakin Nia benar-benar tidak marah. 


Kami pun ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Sambil menunggu kopinya dingin. Meski aku sudah berusaha, tak sengaja aku tetap curi-curi pandang ke arah dada Nia, dan entah kenapa aku tiba-tiba sangat ingin meremasnya.


Tak terasa kami keasyikan ngobrol dan sudah berlalu waktu setengah jam. Aku ingin pamit pulang, tapi Nia selalu menahanku pulang, padahal kopinya sudah kuminum habis. Aku tahu dia sedang merasa kesepian, tapi aku sekarang benar-benar ingin pulang, aku sudah setengah jam menahan konak gara-gara melihat dadanya terus.


Aku sangat ingin pulang ke kosku lalu coli sambil membayangkan dadanya Nia.


xxxxxxxxxxxxx


Nia kini benar-benar membuatku kesal. Selain membuatku sudah sange, kunci motorku diumpetin olehnya, dia bilang aku hanya boleh pulang setengah jam lagi. Kami teman sejak kecil. Nia memang terkadang suka mengusiliku.


Sekarang aku tahu strateginya. Dia ingin mengerjaiku. Sengaja mengajakku ngobrol dengan baju seksi cukup lama tapi tidak membiarkanku bisa segera pulang ketika sudah sange.


Aku sudah bertanya baik-baik dimana kunci motorku, tapi Nia malah ketawa-ketiwi dan menyuruhku mencarinya sendiri, dan bilang mungkin ada di lantai 2.


Aku yang kesal dipikirnya aku sedang bercanda. Aku benar-benar sudah sange, dan itu sudah dari setengah jam yang lalu! 


Aku yang sudah tak tahan lagi tiba-tiba menubruknya di sofa. Nia tampak ketakutan tapi berusaha tetap tertawa ceria. "Apaan sih Jimmy?! Hihihi. Nggak lucu deh, hihihi," kata Nia sambil sedikit meronta di sofa.


Aku yang sudah kalap pun mulai menciumi wajahnya sambil tetap memojokkannya di sofa. Aku ciumi bibirnya dan sesekali jilati pipinya.


"Ih ini udah gak lucu lagi Jimmy!" Nia sudah mulai panik. Nia pun mulai meronta-ronta di sofa.


 "DASAR BANGSAT !!! AKU KAN UDAH BILANG MAU PULANG !!!" bentakku sambil tanganku mulai berani meremas dadanya yang masih ditutupi .


"Iya..iya.. Maaf.. Jimmy, plis stop!" Nia semakin berontak sambil menahan tangis. Nia tidak menyangka akan aku bentak dan payudaranya kuremas.


Aku diam tak menanggapi dan tetap menciumi pipinya sambil terus meremas-remas payudaranya yang bulat kenyal.


"KUNCIMU ADA DI LACI ITU. UDAH PULANG SANA. HIHIHI." Nia mencoba tetap terlihat woles, meski aku tahu Nia sudah sangat panik, Nia tak sadar wajahnya sangat terlihat ketakutan.


Aku dengan kasar menarik kaosnya Nia ke atas dan mengarahkan tangannya agar kaosnya bisa copot. Nia pun berontak sekuat tenaga. Tapi apa daya perbedaan kekuataanku dan Nia. Aku cowok yang atletis dan Nia cewek yang jarang berolahraga.


Dengan kasar aku terus-menerus mencoba menarik kaos Nia sambil pahaku menahan tubuh Nia di bawah agar tidak bisa lari. Tetap terpojok di sofa.

Endless Love From Some Girls For JimmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang