Dinda Teman Sekelasku (3)

959 9 0
                                    

Sudah dua bulan ini Dinda menjadi partner seksku. Meski ia bukan pacarku, ia selalu bersedia menemaniku, terutamanya urusan ranjang. Tentunya secara diam-diam. Agar Deborah tidak tahu hal ini.


Di ruang kelas perkuliahan, kami benar-benar berakting seolah teman biasa, tempat duduk kami berjauhan dan kami jarang mengobrol. Aku yakin tidak ada teman kuliahku yang menyangka bahwa Dinda cukup sering aku gagahi .


Dan, betul. Hari ini ruang kelasku heboh. Dinda ditembak oleh teman sekelasku lainnya yang bernama Ujang.


Dinda yang kebingungan pun menunda memberi jawaban. Teman-teman sekelasku spontan kecewa saat melihat tontonan Ujang menyatakan cinta. Tapi, aku tahu kenapa, Dinda ingin bertanya dulu ke aku.


xxxxxxxxxxxxx


Plak! Plak! Plak!

Plak! Plak! Plak!


Malam ini aku dan Dinda melakukan seks seperti biasanya. Kali ini posisinya doggy style. Menyenangkan rasanya diservis tubuh Dinda setelah pusing mengerjakan tugas kuliah. Dinda tanpa sadar mengerang.


Plak! Plak! Plak!

Plak! Plak! Plak!


Bunyi bongkahan pantat berwarna coklat tua milik Dinda mengenai pahaku.


Plak! Plak! Plak!

Plak! Plak! Plak!


Bunyi aktivitas seks kami terdengar jelas, tapi kami tak peduli. Kali ini kami sedang berhubungan seks di kompleks kosku. Kamar kosku terletak di lantai dua dan tidak ada teman kos yang berani menggangguku selama ini.


Plak! Plak! Plak!

Plak! Plak! Plak!


Penisku keluar-masuk vagina Dinda si teman sekelasku. Aku maju-mundurkan pinggulku terus. Benar-benar kumasukkan semua batang penisku sehingga bongkahan pantat Dinda yang sintal mengenai pangkal pahaku terus.


Plak! Plak! Plak!

Plak! Plak! Plak!


Benar-benar suara yang merdu.


Plak! Plak! Plak!

Plak! Plak! Plak!


Lama-lama tak tahan juga. Aku pun ingin orgasme. Aku pun menghentakkan pinggulku cukup keras saat crot hingga Dinda agak terjatuh ke depan. Tapi Dinda tetap merunduk dengan bongkahan pantatnya tetap naik. Dinda sepertinya bekerja keras menahan posisi tubuhnya nungging demi kepuasanku.


Dinda menoleh ke belakang, lalu ia tersenyum manis, tepat di saat bersamaan spermaku mulai menyirami rahimnya.


Aku pun tertawa kecil melihat ekspresi sange Dinda siang ini. "Terimah kasih Dinda sayanghhh..." kataku sambil penisku masih orgasme.


"Apaan sih Jimmy... Malu ah..." kata Dinda tersipu malu.


"Hehehe... Terima kasih pokoknya."


"Ini bukan apa-apa Jimmyku.."


"Hehehe..." Aku tertawa kecil sambil mengelus-elus bongkahan pantat kenyal milik Dinda dari arah belakang.


Aku pun mencabut penisku dari vaginanya. Kulihat beberapa tetes spermaku yang berwarna putih mengalir dari sela-sela vaginanya yang berwarna hitam. Terlihat sangat erotis.


Lalu aku menyuruh Dinda membersihkan sisa-sisa pertempuran siang ini. Dinda dengan cepat balik badan dan mendekatiku. Kepalanya merunduk ke arah selangkanganku. Lidahnya mulai menjilati penisku yang belepotan sperma.


Sambil terus menjilati penisku, Dinda bertanya padaku soal Ujang, teman sekelas kami yang tadi siang menembaknya. Diterima atau ditolak saja. Aku bilang terserah. Tapi aku jadi penasaran isi hati Dinda pada Ujang. "Apa kamu mencintai Ujang juga?"


Dinda pun menjawab, bahwa satu-satunya lelaki yang dicintai hanya aku, meski ia tahu yang ada di hatiku hanya Deborah. "Aku sadar kalau aku ini jelek. Badanku agak gemuk dan kulitku hitam. Makanya aku udah merasa bahagia jadi teman tidurmu aja, Jimmy..." kata Dinda sambil tiba-tiba menatapku romantis.


Aku pun mengelus-elus rambut kepalanya lalu berkata, "Bagus kalau kamu sadar cuma bisa jadi teman tidurku alias cuma bisa jadi anjing peliharaanku."


Dinda tersenyum getir dan kulihat matanya mulai berkaca-kaca.


"Tapi kayaknya aku akan menerima Ujang menjadi pacarku agar teman-teman kuliah kita tidak ada yang curiga, kalo kita sering berduaan, hehe," kata Dinda sambil terbata-bata menahan tangis. Kemudian ia melanjutkan lagi aktivitas menjilati penisku.



Endless Love From Some Girls For JimmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang