Nia ternyata memakai bra warna putih. Sangat menggoda. Kulihat payudaranya yang cukup besar seperti ingin berontak dari bra warna putihnya. Pada waktu itu Nia masih memakai celana ketatnya.
Aku spontan melotot ke arah dadanya. Nia pun juga spontan menutupi bagian dadanya dengan tangannya. Nia sepertinya sudah menyerah untuk melarikan diri dari sofa. Badannya masih kujepit dan kutindih.
Aku pun semakin kalap. Sekarang hanya nafsu di otakku. Aku pun dengan cepat mencopot jaketku dan kaosku. Aku lempar ke belakang. Nia tampak sangat ketakutan. Nia bisa menebak apa yang mau aku lakukan.
Aku tak peduli tangannya sedang menutupi bagian dadanya. Aku coba cabut paksa bra putihnya. Nia berusaha sekuat tenaga mempertahankan branya. Aku tak kalah gigih. Aku coba cabut paksa branya terus.
Akhirnya aku yang menang!
Bra putihnya Nia putus dan sekarang aku tarik dan lempar ke belakang. Kini payudaranya menyembul dengan indahnya. Nia spontan berusaha menutupi payudaranya. "Udah Jimmy, udah... Hiks... Pulang sana! Hiks... Hihihi, kuncimu tuh di laci, hiks... Hihihi," kata Nia tetap mencoba woles sambil menangis terisak.
Aku yang sudah kalap pun membuka paksa tangan Nia yang sedang berusaha menutupi payudaranya. Kini terlihat dengan sangat jelas bentuk payudara teman masa kecilku. Nia si manis.
Aku refleks menelan ludah ketika bisa melihat payudara Nia untuk pertama kali. Sesuatu yang sebenarnya sangat membuatku penasaran sejak dulu.
Payudara Nia benar-benar bulat. Terlihat kencang. Bulat. Sekepalan tanganku. Putingnya pun terlihat menggairahkan. Warna putingnya coklat tua.
Sebenarnya sudah kuduga, melihat kulit Nia tidak putih, ia hanya berkulit sawo matang. Tapi tetap saja sangat menggairahkan.
xxxxxxxxxxxxx
Aku mulai memegangi tangan Nia kuat-kuat lalu merentangkannya. Payudara Nia yang bulat dan besar itu akhirnya terpampang bebas di depan mataku. Karena Nia masih berontak, payudaranya yang kencang dan bulat malah jadi bergoyang-goyang erotis, membuatku semakin tidak tahan.
Aku pun merundukkan badan sambil tetap mencengkram kuat-kuat tangan Nia. Aku pun mulai menyusu payudara Nia. Mulai kujilat-jilati sebentar puting cokelat tuanya lalu kuhisap. Kulakukan pada payudara Nia sebelah kiri dan sebelah kanan secara bergantian.
Tangis Nia pun meledak akhirnya. Nia benar-benar menangis di dalam cengekramanku.
Aku tak peduli. Aku tetap lanjut menjilat-jilati putingnya lalu mengenyot payudaranya. Kanan-kiri-kanan-kiri. Sambil tetap mencengkram tangannya agar tetap terbuka.
Aku jilat-jilati dulu putingnya lagi. Aku hisap putingnya Nia yang berwarna coklat tua. Aku kenyot-kenyot. Nia hanya bisa terus menangis.
Aku main-mainkan terus puting payudaranya terus.
Lima menit pun berlalu. Nia tampak sudah lemas untuk berontak. Mungkin dia sudah merasa percuma. Aku pun melepaskan cengkraman tanganku di pergelangan tangannya. Tanganku kini jadi bebas sekarang.
Sekarang tidak cuma lidahku. Telapak tanganku sekarang mencengkram payudara Nia. Jika aku sedang nyusu tetek sebelah kiri Nia, tanganku meremas-remas tetek Nia sebelah kanan.
Lima menit pun sudah berlalu. "Jimmyhh, stop... Akh... Pliss... Kita ini...ouch...temenan sejakhhh kecil," mohon Nia sambil mendesah.
Aku tidak mau mendengarkan. Aku tetap nyusu putingnya yang berwarna coklat tua itu. Sambil payudara Nia satunya aku remas-remas.
Nia terus-terusan memohon berhenti sambil mendesah.
Tiba-tiba aku terpikir sebuah ide gila. Aku menghentikan aktivitas nyusuku. Aku mulai mau berbicara dengan Nia lagi.
"Kamu ingin aku berhenti?"
"Iya Jimmy, pliss..."
"Kamu tahu aku begini gara-gara siapa?"
Nia pun terdiam.
"Aku baru bisa berhenti kalo aku udah puas!" kataku tegas.
"Pliss... Jimmy... Kita temen sejak kecil. Ortumu dan ortuku juga temenan." Nia seperti mengancamku.
Tiba-tiba... PLAKKK!
Aku tampar pipi Nia cukup keras. Lalu aku jambak rambutnya sampai kepalanya mendongak. "Denger ya! Kalo sampai ortu gue tau... Kalo sampai lo ngadu ke ortu lo... Mending gue perkosa lo sekalian sekarang! GUE CUMA NYUSU TETEK LO ANJINGGG !!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love From Some Girls For Jimmy
RomanceJimmy adalah seorang mahasiswa di sebuah kampus bilangan Jakarta. Jimmy diam-diam menyukai Deborah, tapi ia tidak berani mengungkapkannya, karena Deborah terlihat membencinya! Jimmy pun ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Petualangannya untuk me...